Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
HATIPENA.COM – Negara Amerika Serikat memang digdaya. Ia yang menciptakan perang, atau pendukung perang, tapi ia juga yang bisa damaikan. Hasilnya, tetap untung banyak. Di bawah tekanan Paman Usman, eh salah, Paman Sam, Ukraina menyatakan sepakat damai. Luar biasa, wak. Sambil seruput kopi liberika, yok kita bahas progres terkini perang Ukraina vs Rusia yang mulai ada tanda-tanda damai.
Setelah ribuan nyawa melayang, miliaran dolar terbuang, dan stok meme perang mulai menipis, akhirnya Ukraina dan Rusia “mungkin” bakal damai. Amerika Serikat? Masih jadi wasit. Gak ada dia, mana seru! Semua ini kayak duel tinju yang udah masuk ronde ke-257, tapi nggak ada yang mau KO. Saling hajar, saling tendang, tapi ujung-ujungnya tetap harus nunggu wasit buat mutusin siapa pemenangnya.
Ceritanya begini, wak! Usai Presiden Trump bertengkar dengan Zalensky di White House, bukan berarti habis perkara. Ternyata, Ukraina dan Amerika ngobrol-ngobrol di Jeddah, Arab Saudi. Tentu bukan di warung kopi. Hasilnya? Gencatan senjata 30 hari. Tiga Puluh Hari! Seperti uji coba diet, tapi ini perang. Bayangkan, udah dua tahun ribut, eh dikasih jatah damai cuma sebulan. Kayak orang pacaran yang putus nyambung. Hari ini bilang nggak mau ketemu lagi, besok udah jalan bareng sambil mesen es kopi liberika dua sedotan. Bener-bener nggak konsisten.
Selama gencatan senjata itu, ada larangannya, wak! Katanya nggak boleh ada misil, nggak boleh ada drone, nggak boleh ada bom, pokoknya semua harus sunyi senyap. Harus adem kayak pendingin ruangan di mall. Tapi masalahnya, gimana kalau ada yang curi-curi serangan? Nggak ada CCTV, nggak ada satpam. Bisa aja besok tiba-tiba ada rudal nyelonong ke langit-langit. Terus semua saling tuduh kayak anak kecil berebut mainan. “Bukan aku! Dia duluan!” Ah, dasar bocah.
Tapi eh tapi, ada satu masalah. Kesepakatan ini harus disetujui Rusia. Yang perang itukan Ukraina dan Rusia, bukan Amerika. So, agar kesepakatan damai tercapai, pihak lawan juga harus sepakat. Tak bisa dong, sepakat damai sendirian.
Rusia selama ini dituduh jadi tukang hancurin semuanya. Sejauh ini negeri Vladimir Putin ini masih mikir-mikir. Kata Kremlin, “Kami masih nunggu info lebih lanjut.” Artinya? Masih “ghosting”. Udah kayak gebetan yang bilang, “Aku lagi sibuk,” padahal cuma scroll TikTok sambil makan keripik di kamar.
Amerika sih udah setuju buat tetap kirim senjata ke Ukraina. Lucu, kan? Gencatan senjata, tapi tetep dikasih senjata. Kayak orang putus, tapi masih suka nge-stalk mantan. Lebih lucu lagi, ini kayak lagi janji diet tapi masih langganan paket ayam geprek level pedas naga. Udah tahu nggak boleh, tapi tetap aja lanjut. Pokoknya nggak ada yang bener.
Terus sekarang gimana? Rusia diam. Ukraina harap-harap cemas. Amerika? Santai aja. Kalau damai, bagus. Kalau perang lagi, ya siapa tahu bisa jualan senjata lebih banyak? Kapitalisme, bro! Sementara itu, dunia cuma bisa nonton dari jauh, sambil ngelus dada dan berpikir, “Kapan sih episode terakhirnya?”
Perang ini kayak sinetron. Udah episode 1000, tapi konfliknya masih gitu-gitu aja. Sudah banyak karakter yang mati, banyak plot twist yang terjadi, tapi jalan ceritanya tetap muter-muter di situ-situ aja. Yang satu ngotot menang, yang satu nggak mau kalah, yang di tengah cuma bisa bilang, “Udah lah, capek.” Ending-nya? Masih jauh! Stay tuned sambil ngopi tanpa gula.
Semoga followers saya semakin bertambah wawasan soal geopolitik global. Tak lah selalu mikir “Bang, minta THR, dong!” Sip ya, I Love You. (*)
#camanewak