Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Ultras Garuda dan Opera Buram PSSI

January 10, 2025 12:23
IMG-20250110-WA0077

Rosadi Jamani
(Ketua Satupena Kalbar)

INTERMEZO dulu ya, tadi malam kaget video saya dikomentari Shintaeyong. Nama akun Tiktoknya @shintaeyong7777. Ia komen gunakan Bahasa Korea. Ntah akun asli atau palsu, yang jelas ada orang Korea menanggapi video saya. Tentu dengan bahasa ginseng. Ya, senang saja sih, wak.

Sambil menikmati kopi di Kota Sambas, kota perbatasan RI-Malaysia, yok kita lanjutkan bahas huru-hara sepakbola kita. Kali ini tanggapan dari Ultras Garuda, elemen penting perkembangan Timnas.

PSSI tercinta, pusat segala drama tak berkesudahan. Setelah sekian lama bertahan dalam kekisruhan yang mirip sinetron murahan, kini giliran Shin Tae-yong yang menjadi korban panggung absurd ini. Satu pertanyaan menggantung di udara, mengapa dipecat?

Tentu, jawaban PSSI, seperti biasa, adalah keheningan yang memekakkan telinga. Transparansi? Ah, itu mungkin istilah dari galaksi lain. Ultras Garuda pun terpaksa turun tangan, bersuara lantang, menuntut kejelasan. Bayangkan, suporter harus menjadi detektif! Mungkin mereka juga butuh gelar master dalam investigasi konspirasi PSSI.

“Masyarakat tak mengerti,” kata Chairul Anwar, juru bicara Ultras Garuda. Ya, benar sekali, Bung. Masyarakat memang tak mengerti bagaimana organisasi sebesar PSSI bisa terus-menerus mempermalukan diri sendiri. Mungkin mereka tak tahu juga bahwa sepak bola Indonesia ini ibarat telenovela dengan naskah buruk.

Sementara itu, Arya Sinulingga, anggota Exco PSSI, dengan tenang menyatakan bahwa tak ada tekanan di balik pemecatan Shin Tae-yong. “Saya siapa? Ketum kita ini siapa?” ujarnya, mungkin berharap publik terpesona oleh kehebatan Erick Thohir. Oh, Arya, jangan khawatir, kami semua tahu siapa Ketum itu. Kami hanya tak tahu apa sebenarnya visi PSSI selain menjadi meme nasional.

Lalu ada Patrick Kluivert, nama baru dalam saga ini. “Patrick Kluivert Out!” adalah slogan yang sudah beredar bahkan sebelum ia tiba. Betapa ironisnya, bukan? Seorang legenda sepak bola Belanda kini hanya menjadi pion dalam permainan catur PSSI yang berantakan. Jangan salahkan rakyat, karena, ya ampun, siapa yang masih percaya pada kepemimpinan yang gagal menjelaskan alasannya sendiri?

Transparansi itu mahal, Bung.
PSSI tampaknya tak mampu membelinya. Biarkan masyarakat bertanya-tanya, biarkan suporter berteriak, dan biarkan kita semua menjadi penonton dalam panggung sirkus ini.

Sepak bola Indonesia. Kamu bukan hanya olahraga, kamu adalah komedi tragis yang terus berjalan, membuat kami tertawa dan menangis dalam waktu bersamaan.

#camanewak