Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Usia yang Tepat untuk Mengenalkan Screen Time pada Anak

January 20, 2025 08:58
Foto :  Momsmoney
Foto : Momsmoney

Penulis: Ririe Aiko

ISTILAH screen time merujuk pada waktu yang dihabiskan seseorang untuk menggunakan perangkat dengan layar, seperti televisi, tablet, dan ponsel pintar. Dalam pengasuhan anak, istilah ini menjadi topik yang sering dibahas, karena teknologi kini hadir dalam hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari.

Namun, kapan waktu yang tepat untuk mengenalkan anak pada screen time, dan bagaimana orang tua dapat melakukannya secara bijak? Pendekatan ini memerlukan pemahaman mendalam tentang perkembangan anak dan dampak teknologi pada kesehatan mental dan fisik mereka.

Psikolog anak sering kali menekankan pentingnya memahami tahapan perkembangan anak sebelum memutuskan kapan dan bagaimana screen time diperkenalkan.

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), anak di bawah usia 18 bulan sebaiknya tidak terpapar layar sama sekali, kecuali untuk video call. Ini bukan tanpa alasan; pada usia tersebut, otak anak sedang berkembang dengan sangat pesat, dan interaksi langsung dengan orang tua serta lingkungan jauh lebih bermanfaat daripada interaksi dengan layar.

Salah satu alasan utama pembatasan screen time pada usia dini adalah dampaknya terhadap perkembangan otak. Anak-anak di bawah usia dua tahun belajar melalui eksplorasi dunia nyata dan interaksi langsung dengan orang-orang di sekitar mereka. Stimulasi berlebihan dari layar dapat mengganggu proses ini. Penelitian menunjukkan bahwa paparan layar yang berlebihan dapat mengurangi kemampuan anak untuk fokus, memengaruhi perkembangan bahasa, dan bahkan menghambat keterampilan sosial mereka.

Selain itu, screen time juga dapat berdampak pada pola tidur anak. Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang membantu tubuh untuk tidur. Bagi anak-anak, gangguan tidur dapat berdampak besar pada mood, konsentrasi, dan kemampuan belajar mereka. Oleh karena itu, penting untuk memastikan anak memiliki waktu bebas layar sebelum tidur untuk mendukung pola tidur yang sehat.

Setelah anak memasuki usia dua tahun, mereka mulai dapat diperkenalkan pada screen time dalam jumlah yang sangat terbatas. Namun, penggunaannya harus diawasi dengan ketat. AAP merekomendasikan screen time tidak lebih dari satu jam per hari untuk anak usia 2 hingga 5 tahun, dengan konten yang berkualitas dan didampingi oleh orangtua. Pendampingan ini bertujuan agar orang tua dapat menjelaskan konten yang ditonton dan memastikan bahwa anak memahami apa yang mereka lihat.

Ketika anak mencapai usia sekolah, sekitar 6 hingga 12 tahun, pengaturan screen time menjadi lebih kompleks. Pada usia ini, anak-anak mulai menggunakan layar tidak hanya untuk hiburan, tetapi juga untuk belajar. Meskipun demikian, orang tua tetap harus menetapkan batasan. Idealnya, screen time tidak melebihi dua jam per hari di luar keperluan sekolah. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa anak tetap memiliki waktu untuk bermain di luar, membaca buku, dan berinteraksi dengan keluarga serta teman.

Mengelola screen time anak bukan hanya soal menetapkan batas waktu, tetapi juga tentang membangun kebiasaan yang sehat. Salah satu strategi yang efektif adalah membuat aturan bersama. Libatkan anak dalam diskusi tentang berapa lama mereka boleh menggunakan layar dan jenis konten apa yang dapat mereka akses. Dengan melibatkan anak dalam proses ini, mereka cenderung lebih menghormati aturan yang telah disepakati.

Selain itu, orang tua juga perlu menjadi teladan dalam penggunaan layar. Anak cenderung meniru perilaku orang tua, termasuk dalam hal penggunaan teknologi. Jika orang tua sering menggunakan ponsel atau menonton televisi sepanjang waktu, anak kemungkinan besar akan menganggap perilaku tersebut sebagai hal yang normal. Dengan menunjukkan penggunaan layar yang bijak, orang tua dapat membantu anak memahami pentingnya keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengurangi ketergantungan pada layar, penting untuk menyediakan alternatif aktivitas yang menarik bagi anak. Kegiatan seperti bermain di luar, menggambar, membaca buku, atau bermain permainan papan dapat menjadi pilihan yang menyenangkan sekaligus mendukung perkembangan anak. Dengan memberikan berbagai pilihan aktivitas, anak tidak akan merasa bahwa screen time adalah satu-satunya cara untuk bersenang-senang.

Orang tua juga dapat memanfaatkan waktu bersama untuk mempererat hubungan dengan anak. Misalnya, menggantikan waktu menonton televisi dengan aktivitas keluarga seperti memasak bersama, berkebun, atau olahraga. Aktivitas semacam ini tidak hanya membantu mengurangi screen time, tetapi juga menciptakan kenangan indah yang akan dikenang anak sepanjang hidup mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa membatasi screen time di era digital adalah tantangan besar. Teknologi kini telah menjadi bagian dari sistem pendidikan dan hiburan, sehingga sepenuhnya menghindarinya hampir mustahil.

Namun, ini tidak berarti bahwa orang tua harus menyerah. Dengan pendekatan yang bijak dan konsisten, orang tua dapat membantu anak memahami bahwa teknologi adalah alat, bukan kebutuhan utama.

Mengajarkan literasi digital juga merupakan langkah penting. Anak-anak perlu memahami cara menggunakan teknologi dengan aman dan bertanggung jawab. Ini termasuk mengenali konten yang tidak sesuai, memahami pentingnya privasi, dan mengetahui kapan harus beristirahat dari layar. Dengan membekali anak dengan keterampilan ini, orang tua dapat membantu mereka menghadapi tantangan dunia digital dengan percaya diri.

Screen time adalah bagian tak terelakkan dari kehidupan modern, tetapi penggunaannya harus diatur dengan bijak, terutama bagi anak-anak. Memahami tahapan perkembangan anak dan dampak teknologi pada kesehatan mereka adalah langkah awal yang penting.

Dengan menetapkan batasan yang jelas, memberikan pendampingan, dan menawarkan alternatif aktivitas yang menarik, orang tua dapat membantu anak memanfaatkan teknologi secara positif tanpa mengorbankan kesejahteraan mereka.

Peran orang tua dalam mengelola screen time anak tidak hanya tentang melindungi mereka dari dampak negatif teknologi, tetapi juga tentang membimbing mereka untuk menjadi individu yang cerdas, sehat, dan bahagia di dunia yang terus berubah ini. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi dapat menjadi alat yang mendukung perkembangan anak, bukan penghalang. (*)