Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Vietnam, Sang Raja ASEAN Baru

January 6, 2025 05:47
IMG-20250106-WA0006

Rosadi Jamani
(Ketua Satupena Kalbar)

RAJAMANGALA, stadion megah penuh gemuruh. Malam itu, Vietnam dan Thailand bertarung, bukan sekadar laga bola, tapi perang harga diri. ASEAN menonton.

Menit 8. Tuan Hai Pham, nama sepenting itu, melepaskan tembakan maut. Bola meluncur indah, jaring gawang Thailand bergetar seperti dihantam gempa kecil. Skor 0-1. Pendukung Vietnam bersorak, sementara fans Thailand terdiam sejenak, mungkin mengecek WiFi.

Namun, Gajah Perang tak mau jadi pelengkap penderitaan. Menit 28, Ben Davis dengan nama yang lebih cocok jadi pemeran serial Netflix, membalas. Skor imbang 1-1. Babak pertama berakhir, pemain saling melirik, seperti ingin berkata, “Kau lelah? Aku juga.”

Masuk babak kedua. Supachok Sarachat, pemain dengan nama yang lebih sulit dieja ketimbang diucapkan, menghancurkan harapan Vietnam. Gol menit 62. Penonton Thailand bersorak. Puluhan ribu suara menggema. Kalau ada bakso di stadion, mungkin mangkuknya ikut bergetar.

Tapi bola itu bulat, nasib lebih bulat lagi. Weerathep Pomphan mendapat kartu kuning kedua. Merah. Keluar. Thailand tinggal 10 pemain. Rasanya seperti kehilangan satu roda di mobil F1.

Vietnam tahu kapan harus menyerang, kapan harus bermain catur. Menit 82, Pansa Hemviboon, pemain Thailand sendiri, malah mencetak gol bunuh diri. Skor 2-2. Pemandangan epik, pemain Thailand saling memandang, seolah bertanya, “Kenapa ini hidup begitu keras?”

Tambahan waktu 15 menit. Wasit Ko Hyung Ji, asal Korea, mungkin sedang menguji ketahanan mental kedua tim. Thailand menyerang tanpa henti, seperti film aksi yang tak tahu kapan harus selesai. Bahkan kiper ikut maju. Sebuah adegan komedi tragis.

Lalu, momen itu datang. Hai Long Nguyen, bintang Vietnam, melihat gawang kosong dari jarak jauh. Ia menendang bola dengan keyakinan penuh, seperti mahasiswa mengirim tugas terakhir sebelum tenggat waktu. Gol! Skor 2-3.

Thailand terdiam. Waktu habis. Peluit panjang berbunyi. Vietnam juara.

Rajamangala hening. Thailand kecewa, tetapi tak bisa marah. Vietnam, sang Golden Warrior, resmi menjadi Raja ASEAN. Kita semua, penonton drama tanpa skenario ini, hanya bisa berkata: “Ini bola, Bung. Segala bisa terjadi.”

Selamat, Vietnam. Untuk Thailand, mungkin ini saatnya mengganti kiper dengan AI.

#camanewak