HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Review “Novel Andromeda” Karya Ika Sarah

September 20, 2025 08:10
IMG-20250920-WA0017

Oleh: Nurul Jannah

Luka yang Menjadi Cahaya

HATIPENA.COM – Di momen tertentu, sebuah buku bukan lagi jejak ringan semata: ia menjelma menjadi gema yang mengetuk ruang terdalam hati.

Andromeda, sebuah novel karya Ika Sarah hadir seperti bisikan lembut yang berubah menjadi badai: menyusup ke sanubari, mengguncang kesunyian, dan menyalakan bara yang enggan padam.

Bukan hiburan yang berlalu begitu saja, novel ini adalah cermin yang memaksa kita menatap luka, harapan, dan kerapuhan manusia dengan kejujuran yang tak dapat kita elak.

Ika Sarah tidak sedang membentuk karakter belaka; ia sedang menuntun kita menelusuri lorong jiwa. Mengenali diri, menyentuh luka, dan menemukan arti memaafkan.

Menjelajahi novel Andromeda terasa seperti berdiri di tepi langit malam. Bintang-bintangnya mempesona, tetapi kedalamannya menggetarkan dan membangunkan keberanian untuk terus menatap.

Siapakah Aku? Andromeda Chandani Prameswari

Andromeda membuka kisahnya dengan pertanyaan yang menyayat sukma: “Siapakah aku?”

Pertanyaan itu bukan hembusan kosong di udara, tetapi jeritan sunyi yang memecahkan keheningan dan mengajak pembaca ikut merasakan sesaknya dada.

Ika Sarah merangkai kebingungan Andromeda dengan detail yang halus namun menghantam. Setiap detak jantungnya bergema seperti suara jiwa-jiwa yang pernah kehilangan arah. Kita bukan hanya pengamat, tetapi penjelajah rasa: merasakan kehilangan identitas sebagai luka yang begitu dalam dan universal.

Vincent Sang Penolong

Vincent hadir bukan cahaya sementara, melainkan jiwa yang juga memikul luka dan memilih tetap bertahan di tengah badai. Ia bukan pahlawan tanpa cela: ia adalah manusia rapuh yang berani hadir meski hatinya sendiri retak.

Dalam setiap dialognya, Vincent menyampaikan pesan sederhana namun menggetarkan: “Terkadang kita tak membutuhkan semua jawaban. Kita hanya butuh seseorang yang menunggu, meski jalan itu penuh duri.”

Keberadaannya memancarkan kehangatan di tengah kegelapan, menjadikan Vincent bukan hanya karakter, tetapi pengingat betapa agungnya empati.

Bercak Ingatan

Ingatan Andromeda muncul dalam fragmen-fragmen bagai pecahan kaca: berkilau indah, namun melukai.

Ika Sarah menata kepingan memori itu dengan ketegangan puitis. Setiap potongan menggiring kita maju dengan rasa ingin tahu sekaligus ketakutan akan kebenaran yang tersembunyi.

Emosi pembaca ditarik tanpa ampun: terjebak antara kerinduan akan jawaban dan kegelisahan akan apa yang mungkin ditemukan.

Tabir yang Terkuak

Ketika kebenaran akhirnya terungkap, ledakannya bukan bahagia sederhana, melainkan racikan getir, kebebasan, dan kelegaan pahit-manis.

Ika Sarah menulis bagian ini dengan keseimbangan yang menawan: kebenaran adalah pedang bermata dua: mampu melukai, tetapi juga sanggup membebaskan. Perih dan lega bertaut, seolah beban panjang akhirnya terangkat, meski jejaknya tetap tertinggal di relung hati.

Dendam Terbayar

Klimaks novel ini meledak seperti badai emosi. Dendam yang terbalas tidak memberi rasa puas, malah menorehkan kehampaan yang menggigit.

Ika Sarah mengupas sisi kelam kebencian: balas dendam tidak pernah menyembuhkan: ia hanya memperdalam luka.

Pembaca pun ditampar kesadaran bahwa kebencian adalah beban yang kita pikul sendiri, dan kebebasan sejati lahir dari keberanian melepaskannya.

Mengalah untuk Menang

Di titik balik yang mengguncang jiwa, Andromeda memilih melepaskan genggaman. Sebuah keberanian yang lahir dari cinta dan kebijaksanaan.

“Kemenangan bukan tentang siapa yang berdiri terakhir, tetapi tentang siapa yang rela menurunkan pedang demi damai,” tulis Ika Sarah dengan kelembutan yang menghujam.

Bagian ini memberi pelajaran mendalam: terkadang, kekuatan terbesar justru lahir dari keikhlasan untuk mengalah. Bukan kalah, tetapi menang dengan keagungan hati.

Refleksi Diri

Andromeda bukan hanya sebuah cerita; ia adalah perjalanan batin yang menyalakan cahaya di lorong tergelap jiwa.

Kisah ini tetap hidup jauh setelah halaman terakhir ditutup. Dari reruntuhan luka, bintang-bintang baru dapat lahir.

Jangan hanya mendengar tentang buku ini: baca, resapi, dan biarkan setiap halamannya mengguncang ruang terdalam hatimu.

Dengan prosa yang anggun dan emosi yang tajam, Ika Sarah menjadikan Andromeda bukan jejak singkat yang mudah dilupakan, tetapi warisan perasaan. Sebuah cahaya kecil yang tak hanya menemani malam-malam tergelapmu, tetapi juga membimbingmu menjemput fajar baru: fajar yang lebih hangat, lebih penuh ampunan, dan lebih sarat harapan.

Dan ketika kau menutup buku ini, beranikan dirimu bertanya: dari luka-luka yang kau simpan, bintang apa yang akan kaulahirkan esok pagi? (*)

Bogor, 18 September 2025