HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Bersembunyi di Ruang Rahasia

March 19, 2025 22:39
IMG-20250318-WA0081

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

Cerbung “Cinta Tertinggal” (11)

HATIPENA.COM – Daejeon, Korea Selatan. Malam masih pekat saat Nohran menyeret pria misterius itu ke dalam bangunan kecil di pinggir kota. Napas mereka tersengal setelah pelarian dari kelompok Lazarus. Pria itu, Roja Rongak atau Roroxy, masih berusaha mengatur pernapasan. Mata tajamnya memindai ruangan sempit yang aman.

Nohran menyalakan lampu redup. Cahaya kekuningan memperlihatkan dinding beton berdebu, rak besi dengan barang tua, serta meja kayu dengan laptop dan dokumen berserakan.

“Duduk,” perintah Nohran, menunjuk kursi besi di sudut ruangan.

Roja menurut. Nohran mengeluarkan sebotol air dari ranselnya, lalu melemparkannya ke Roja. “Minum. Lalu bicara.”

Roja meneguk air. Setelah beberapa detik, Nohran bersandar di dinding.

“Siapa kau? Kenapa Lazarus memburumu?” tuntutnya.

Roja mengusap wajahnya. “Nama asliku Roja Rongak. Nama dunia maya, Roroxy. Aku mantan anggota Lazarus.”

Nohran mengernyit. “Mantan?”

Roja mengangguk. “Aku direkrut saat 17 tahun. Lazarus melatihku jadi peretas dan aset bagi pemerintah Korea Utara. Aku membantu mereka mencuri dana dan meretas sistem pertahanan. Sampai akhirnya, aku menyadari sesuatu…”

“Apa?” Nohran mendesak.

“Aku hanyalah pion. Tak pernah bertemu pemimpin sebenarnya. Saat mulai bertanya, mereka mencium ancaman dariku. Aku kabur, dan kini mereka memburuku.”

Nohran terdiam sejenak. “Apa yang kau lakukan di sini?”

Roja menarik napas dalam. “Aku mencuri data jaringan Lazarus. Nama agen mereka, lokasi operasi, semuanya ada di sini.” Ia menepuk dadanya, tepat di balik jaketnya.

Nohran mengernyit. “Ini bukan sekadar peretasan biasa.”

“Ini bukan permainan,” Roja menjawab. “Aku punya cukup informasi untuk menghancurkan Lazarus, tapi mereka ingin aku mati sebelum itu terjadi.”

Nohran menatapnya lekat. “Kenapa kau memberitahuku?”

Roja tersenyum tipis. “Karena kau bukan orang biasa. Tempat persembunyianmu membuktikannya. Dan… aku mempercayaimu.”

Nohran menelan ludah. Kepercayaan bukan sesuatu yang mudah didapat di dunia ini. Ia meneliti wajah Roja.

“Aku belum tahu apakah bisa mempercayaimu,” katanya akhirnya.

Roja menunduk. “Aku mengerti. Tapi jika kita diam di sini, Lazarus akan menemukan kita. Aku butuh bantuanmu.”

Nohran mengepalkan tangannya. Ia tahu Roja benar. Tapi yang lebih membingungkannya, adalah perasaan aneh di dadanya. Bukan sekadar kewaspadaan, tetapi sesuatu yang lebih dalam.

Ia mendekat, berdiri di hadapan Roja yang masih duduk di kursi besi itu. Bayangan mereka berbaur di dinding.

“Baiklah, Roja. Aku akan membantumu. Tapi jika kau berbohong, aku sendiri yang menyerahkanmu ke Lazarus.”

Roja menatapnya, dan dalam sekejap itu, ketegangan berubah menjadi sesuatu yang lain. Lebih dalam. Lebih berbahaya.

“Aku tidak akan mengecewakanmu,” bisik Roja.

Mata mereka bertemu. Dunia di sekitar mereka terasa menghilang. Benih-benih ketertarikan telah tertanam. Tapi di tengah kejaran musuh, bisakah mereka mempercayai perasaan itu?

Malam itu, kedua merehatkan badan. Tidur secara terpisah. Untuk sementara mereka aman. Hp keduanya di-off-kan. Mereka tak mau sinyal dari Hp terlacak. Awalnya Nohran susah tidur. Ia memikirkan Roja, lelaki asal Pontianak baru saja menampakkan identitasnya. Begitu juga Roja, sulit tidur. Padahal akhirnya keduanya terlelap, larut dalam mimpi.

Sementara itu, para agen Lazarus terus memburu. Mereka seperti kehilangan jejak. Kaki tangan mereka terus disebar ke sudut-sudut Kota Daejeon. Roja dan Nohran aset berharga yang mesti diamankan. (bersambung)

Bagi yang baru membaca cerbung iji, bisa buka playlist agar bisa membacanya dari part 1-11. Saat membacanya siapkan kopi wak! (*)

#camanewak

Berita Terkait

Berita Terbaru