Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
Cerbung “Cinta Tertinggal” (6)
HATIPENA.COM – Setelah puas menikmati keindahan National Science Museum, lalu berkunjung ke Hanbat Arboretum, merasakan relaksasi alami di Yuseong Hot Springs, dan menjelajahi Daejeon O-World, Mak Leha merasa sangat bersyukur bisa melihat tempat-tempat eksotis di Korea. Mega, Nohran, dan Dabin senang melihat ekspresi kagum Mak Leha, yang sepanjang perjalanan terus membandingkan kemajuan Daejeon dengan kotanya, Pontianak.
Hari mulai gelap, mereka pun kembali ke apartemen masing-masing. Mak Leha merasa tubuhnya cukup lelah, tetapi hatinya bahagia. Sementara itu, Nohran masuk ke apartemennya dan langsung menuju kamar. Setelah mandi dan mengenakan pakaian santai, ia duduk di depan laptopnya. Pikiran tentang pria misterius dari Pontianak masih mengganggunya.
Mega tadi menjawab pertanyaannya dengan penuh teka-teki. “Jawaban yang paling berharga adalah yang kita temukan sendiri, bukan yang diberikan orang lain.” Kalimat itu terus terngiang-ngiang di benaknya. Ia pun memutuskan untuk mencari tahu sendiri.
Sebagai jebolan Seoul Science High School (SSHS) yang terkenal dengan kurikulum sains dan teknologi canggih, Nohran sudah terbiasa bermain dengan dunia IT. Ia membuka browser dan mulai mencari informasi tentang Pontianak, sebuah kota yang selama ini hanya ia dengar dari Mega.
Pontianak adalah ibu kota Provinsi Kalbar. Kota ini terkenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis ekuator. Selain itu, Pontianak juga dikenal sebagai kota perdagangan dan budaya yang kaya akan warisan Melayu, Dayak, dan Tionghoa. Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia, menjadi ikon kota ini, mengalir membelah kehidupan masyarakat setempat.
Setelah memahami gambaran kota, ia mencari informasi tentang Pondok Literasi. Di pondok inilah ia pernah diajak ngopi oleh Mega. Dabin juga ikut. Di pondok itulah, Dede si pemilik pondok menyerangkan bingkisan dari pria misterius itu.
Pria yang membuat penasaran itu selalu menyebut Kopi Liberika. Ia ingin tahu lewat internet. Ternyata kopi tersebut berasal dari Afrika Barat dan diperkenalkan ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Pontianak, kopi ini tumbuh subur di lahan gambut yang memberikan cita rasa unik. Seperti perpaduan antara pahit yang kuat dengan aroma fruity dan sedikit smoky. Keistimewaan lainnya, miliki rasa khas tidak sama dengan robusta atau arabika.
Belum ada petunjuk didapatnya. Nohran bukan hanya seorang atlet berbakat, tetapi juga memiliki keterampilan di bidang cybersecurity dan hacking etis. Di sekolahnya, ia terbiasa melakukan penetration testing, memahami kriptografi, dan bahkan mampu menembus sistem dengan teknik social engineering.
Rasa penasaran mendorongnya untuk menyelidiki lebih dalam. Ia pun mencoba meretas masuk ke situs Dinas Perhubungan Kota Pontianak untuk mencari lebih banyak data terkait lokasi dan pola aktivitas di sekitar Pondok Literasi pada 2 Maret 2025 pukul 16.00 WIB. Saat ia, Mega dan Dabin ngopi di sana.
Tiba-tiba, sesuatu di layar menarik perhatiannya. Ada satu rekaman yang tidak ditampilkan di website publik. Dengan cepat, Nohran menyalin data tersebut dan mulai menganalisisnya. Jantungnya berdegup lebih kencang. Ada sesosok pria pria berkaca mata, menggunakan masker, topi, baju kaus merah, celana pendek, membawa sebuah bingkisan. Ada mobil kecil terparkir di samping pondok itu. Sayangnya, plat nomor kendaraan tertutup sepeda motor. Pria itu masuk ke pondok dari belakang. Kurang lebih dua menit, ia meninggalkan pondok, dan pergi.
Ada petunjuk yang semakin mengarah kepada pria misterius itu, tetapi semuanya masih kabur.
Siapa dia sebenarnya?
Kenapa ia begitu tertarik padanya?
Apakah ini hanya tentang kopi, atau ada sesuatu yang lebih besar?
Nohran menatap layar laptopnya. Ia tahu, ini baru permulaan. Misteri ini masih jauh dari selesai. (bersambung lagi wak)
#camanewak