Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Konsentrasi Buyar

March 21, 2025 15:47
IMG-20250321-WA0004

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

Cerbung “Cinta Tertinggal” (14)

HATIPENA.COM – Usai mengantar Mak Leha ke bandara, Mega segera menuju kantor polisi tempat Dabin dan Lee Yedam menunggunya. Wajah mereka tampak muram saat menyerahkan laporan kehilangan Nohran. Polisi berjanji akan menyelidiki. Mega tahu ini bukan kasus biasa. Nohran tak mungkin menghilang tanpa jejak tanpa ada sesuatu yang lebih besar di baliknya.

Dengan hati yang berat, mereka beranjak menuju Chungmu Gymnasium. Tim Red Sparks akan menghadapi Hi Pass malam ini, dan mereka tak punya pilihan selain bertanding. Begitu mereka tiba, Koheejin sudah menunggu dengan wajah kesal.

“Kalian terlambat!” bentaknya. “Apa kalian tidak tahu betapa pentingnya pertandingan ini?”

Mega meminta waktu ke Koheejin, menariknya ke sudut lapangan. Ia melaporkan Nohran hilang. Awalnya, ia kaget, lalu mencoba fokus pada laga. Setelah itu, ia kembali melatih. Semua pemain juga tahu Nohran raib. “Setelah laga baru kita bicarakan. Sekarang, fokuslah di lapangan!”

Meski mencoba berkonsentrasi, bayangan Nohran terus mengganggu Mega dan yang lain. Dabin dan Lee Yedam pun tak bisa menyembunyikan kegelisahan. Red Sparks memulai pertandingan dengan baik, tetapi perlahan performa mereka goyah. Di set kelima yang menentukan, mereka kehilangan fokus. Serangan mereka melemah, blok mereka kendur, dan Hi Pass memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Akhirnya, Red Sparks kalah tipis 2-3.

Di tribun penonton, beberapa orang mencurigakan duduk mengamati pertandingan. Mereka bukan sekadar penonton biasa. Mereka adalah agen Lazarus. Mereka datang dengan harapan menemukan Nohran. Merka mengira dia akan berada di sini. Namun, begitu pertandingan usai dan Nohran tak juga muncul. Mereka saling bertukar pandang. Salah satu dari mereka segera beranjak, menghubungi seseorang melalui earphone kecil di telinganya.

Di sisi lain, Nohran dan Roja memanfaatkan momentum ini. Mereka tahu agen Lazarus pasti sedang memusatkan perhatian di stadion, memberi mereka celah untuk melarikan diri. Roja membuka pintu rahasia dari tempat persembunyian mereka. Jalan gelap dan sempit itu membawa mereka keluar ke sebuah lorong bawah tanah yang terhubung ke salah satu gedung tua di pinggiran Daejeon.

“Kita harus cepat. Sebelum mereka sadar kita tidak ada di sana,” bisik Roja.

Nohran mengangguk, tetapi matanya menatap Roja dalam-dalam. Sejak semalam, mereka berbagi begitu banyak rahasia dan beban yang selama ini hanya mereka tanggung sendiri. Kini, ada sesuatu yang lebih dari sekadar persekutuan di antara mereka.

Saat mereka berjalan beriringan di lorong itu, jari Nohran tanpa sadar menyentuh tangan Roja. Roja tersentak, tetapi tidak menarik tangannya. Dalam keheningan yang mencekam, di tengah pelarian yang berbahaya, ada sesuatu yang tak terkatakan tumbuh di antara mereka.

“Setelah semua ini selesai… apa yang akan kau lakukan?” tanya Nohran pelan.

Roja terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Aku ingin menebus semua kesalahanku. Tapi… aku tidak tahu bagaimana.”

Nohran menggenggam tangan Roja lebih erat. “Kita akan mencari caranya bersama.”

Roja menatap Nohran, dan dalam sorot mata lelaki itu, ia menemukan sesuatu yang tak pernah ia duga, sebuah harapan.

Di luar sana, malam semakin larut. Sementara para agen Lazarus mulai menyadari bahwa mereka telah salah mengira, Roja dan Nohran terus melangkah ke dalam kegelapan, mencari jalan menuju kebebasan yang masih terasa jauh dari genggaman. (bersambung)

#camanewak