Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Makin Terbuka

March 19, 2025 22:33
IMG-20250318-WA0078(1)

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

Cerbung “Cinta Tertinggal” (12)

HATIPENA.COM – Cahaya pagi yang samar mulai merayap masuk melalui celah kecil di sudut ruangan bawah tanah. Nohran menggeliat pelan, menyadari tubuhnya terasa pegal setelah tidur dalam posisi tidak nyaman. Di seberangnya, Roja duduk bersandar di dinding, matanya sayu tapi tetap waspada.

Tak ada yang berani menghidupkan ponsel. Di luar sana, Lazarus mungkin masih mencari mereka, dan satu sinyal saja bisa mengungkap lokasi persembunyian ini. Hening. Hanya suara napas dan detak jantung mereka yang terasa mengisi ruangan sempit itu.

Nohran menatap Roja. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak semalam. “Kau bilang Lazarus merekrutmu sejak remaja. Tapi siapa sebenarnya kau?”

Roja terdiam sejenak. Pandangannya menerawang, seolah menggali kenangan yang telah lama dikuburnya.

“Aku tidak tahu siapa orang tuaku,” bisiknya. “Yang aku tahu, sejak kecil aku diasuh oleh Mak Leha di Pontianak. Dia bukan ibuku. Dia wanita tua sederhana yang menemukanku terlantar di depan rumahnya. Dia membesarkanku, menyekolahkanku, menyayangiku seperti anaknya sendiri. Tapi… dia tak pernah tahu apa yang kulakukan.”

Nohran mendengar dengan seksama. “Lalu bagaimana kau bisa menjadi hacker?”

Roja menghela napas. “Aku selalu tertarik dengan dunia digital. Sejak kecil, aku menghabiskan waktu di depan laptop, belajar sendiri, mengutak-atik sistem. Aku suka sendirian, introvert. Tak ada yang tahu aku mulai meretas hingga Lazarus menemukanku. Mereka menawarkan segalanya. Uang, segala fasilitas kebutuhan hacking. Aku masih muda dan bodoh. Aku menerimanya.”

Nohran menatapnya lekat. “Dan Mak Leha?”

“Sampai sekarang dia tidak tahu apa yang kulakukan. Dia pikir aku hanya bekerja di perusahaan biasa. Aku merasa bersalah padanya.” Roja menundukkan kepala. “Dan sekarang… aku juga merasa bersalah padamu.”

Nohran mengernyit. “Kenapa?”

Roja menggigit bibirnya, lalu dengan suara lirih, ia mengaku, “Aku memata-mataimu, Nohran.”

Detik itu juga, napas Nohran tercekat. “Apa maksudmu?”

Roja mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah perangkat kecil seukuran kancing. “Aku memasang alat pengintai di baju dan tas Mak Leha. Dari situ, aku mengamati semua gerak-gerikmu dan teman-temanmu.”

Nohran menegang. “Sejak kapan?”

“Sejak aku tahu siapa dirimu.” Roja menatapnya dalam-dalam. “Aku tahu kau agen Korea Selatan.”

Kali ini, jantung Nohran berdegup lebih cepat. Rahasianya terbongkar. Tangannya mengepal, tapi tak ada amarah di matanya. Hanya keterkejutan.

“Aku… aku tak pernah ingin kau tahu,” suara Nohran bergetar. “Teman-temanku pun tak tahu.”

Roja tetap diam, menunggu Nohran melanjutkan.

“Aku anak tunggal. Keluargaku kaya. Orang tuaku berpikir aku hanya pemain voli. Mereka tak tahu aku agen rahasia.” Nohran menunduk. “Kadang aku ingin berhenti. Aku lelah hidup dalam kebohongan.”

Ruangan itu kembali sunyi. Untuk pertama kalinya, mereka berbagi rahasia yang paling dalam, beban yang selama ini mereka pendam sendiri. Ada sesuatu yang mengalir di antara mereka. Sebuah kehangatan yang samar namun kuat.

Roja tak sengaja menyentuh tangan Nohran. Tapi, Nohran tak menarik diri.

“Kita berdua terperangkap dalam dunia ini,” bisik Roja. “Mungkin… kita bisa saling memahami.”

Mata mereka bertemu. Ada ketertarikan yang tak bisa dihindari, sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kepercayaan.

Di luar, bahaya masih mengintai. Tapi di dalam ruangan sempit itu, sesuatu yang baru telah tumbuh.

Sementara itu, terjadi kekalutan saat Mega dan kawan setim volinya tidak menemukan Nohran di apartemennya. Dihubungi Hp-nya tidak aktif. Mereka berusaha bertanya ke orang dekatnya juga tidak ada yang tahu. Hilang seperti ditelan bumi. Mereka menemukan kamar Nohran yang berantakan. Seperti ada penggeledahan. Cuma, laptop yang biasa dibawa Nohran juga tidak ada. Akhirnya, Mega dkk melaporkan itu ke polisi. (bersambung)

#camanewak