Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Misi Penyelamatan di Jalan Mokjung

March 22, 2025 13:05
IMG-20250322-WA0092

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

Cerbung “Cinta Tertinggal” (19)

HATIPENA.COM – Sinyal GPS yang tersembunyi di sepatu Nohran akhirnya membuahkan hasil. Saat dalam perjalanan menuju markas Lazarus, Nohran diam-diam mengaktifkan sistem pelacakan yang telah lama ia persiapkan sebagai langkah antisipasi. Sinyal itu berhasil ditangkap oleh kawan Dabin, hacker andal yang merupakan salah satu sahabatnya.

Begitu menerima sinyal tersebut, Dabin segera menghubungi Mega dan tim Red Sparks. Tanpa membuang waktu, ia juga meneruskan informasi ini kepada National Intelligence Service (NIS) Korea Selatan dan Badan Intelijen Negara (BIN) Indonesia, serta kepolisian Daejeon. Semua pihak kini memiliki satu tujuan, menyelamatkan Nohran dan Roja.

Di sebuah ruangan rahasia di kantor NIS, Kepala NIS Kim Kyou-hyun sedang memimpin rapat darurat. “Target terdeteksi di sebuah bangunan tua di Jalan Mokjung. Kita harus bertindak cepat sebelum mereka dipindahkan atau lebih buruk lagi, dihabisi.”

Di Jakarta, Letnan Jenderal TNI (Purn) Hendarto, Kepala BIN, juga melakukan koordinasi dengan timnya. “Kita tak bisa membiarkan ini berlarut-larut. Kirim tim elit ke Daejeon. Sebab, agen terbaik kita, Putra Hasyim sudah hilang kontak. Tanda ia dalam bahaya. Kebetulan, ada informasi, Nohran yang selama ini jadi target kita, tertangkap. Siapa tahu Putra juga ikut tertangkap.”

Sementara itu, Mega dan kawan-kawan dari Red Sparks, yang bukan bagian dari lembaga intelijen mana pun, menyiapkan rencana mereka sendiri. Mereka tidak peduli bahwa ini bukan keahlian mereka. Bagi Mega, Nohran bukan sekadar rekan setim, tapi sahabat yang harus diselamatkan dengan segala cara.

“Kita harus bertindak sebelum mereka dipindahkan atau lebih buruk lagi, dibunuh,” kata Mega dengan penuh keyakinan. “NIS dan BIN mungkin punya cara sendiri, tapi kita juga punya cara kita. Kita bergerak tanpa menunggu mereka.”

Para pemain Red Sparks bukan sekadar atlet voli biasa. Dengan latihan fisik intensif dan kekuatan yang luar biasa, mereka memiliki keunggulan tersendiri dalam pergerakan cepat dan ketahanan fisik.

“Dabin, tolong kawannya suruh terus pantau pergerakan mereka dari warnet. Jika ada perubahan, beri tahu kami segera,” instruksi Mega. Dabin mengangguk sambil terus mengetik di laptopnya, memantau pergerakan GPS dan jalur komunikasi Lazarus.

Di sisi lain, tim NIS dan BIN sudah menyiapkan strategi penyergapan yang matang. Mereka tahu bahwa Lazarus adalah kelompok berbahaya, dengan kemampuan teknologi tinggi dan strategi licik yang sulit ditebak. Penyergapan ini tidak boleh gagal.

Namun, ada satu hal yang tidak mereka sadari. Mega dan Red Sparks sudah bergerak lebih dulu, menuju bangunan tua di Jalan Mokjung. Mereka siap mempertaruhkan segalanya demi menyelamatkan Nohran dan Roja. Tanpa senjata, hanya dengan kekuatan dan tekad, mereka mendekati sarang musuh.

Di dalam markas Lazarus, Nohran dan Roja berada dalam kondisi terikat di kursi besi. Wajah Roja masih pucat akibat luka tembak di bahunya. Nohran menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata. Ia tahu, waktunya mungkin tidak banyak. Ia tiba-tiba merasakan getaran cinta yang membuncah dalam tubuhnya saat melihat kondisi Roja tidak karuan.

Namun, ia coba abaikan, namun tidak bisa. Situasi semakin mencekam. Nohran pasrah, dan ia yakin tidak sendirian. Bantuan pasti akan datang.

Di luar, di bawah langit malam Daejeon yang sunyi, Mega dan timnya mengendap-endap mendekati bangunan tua itu. Mereka tidak tahu bahwa dalam beberapa menit ke depan, neraka akan pecah di Jalan Mokjung. (bersambung)

NB. Jika baru membaca cerbung ini, ada baiknya baca juga part 1-18, ada di playlist atau daftar putar.

#camanewak