Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
Cerbung “Cinta Tertinggal” (10)
HATIPENA.COM – Daejeon, Korea Selatan. Kota yang tampak tenang di permukaan, tetapi di baliknya, badai sedang mendekat.
Pria misterius itu duduk di sebuah apartemen kecil yang ia sewa dengan identitas palsu. Cahaya monitor komputer menyinari wajahnya yang setengah tertutup bayangan. Jari-jarinya dengan cekatan menari di atas keyboard, mengakses jaringan rahasia yang hanya bisa ditembus oleh mereka yang paham seluk-beluk dunia bawah tanah digital.
Di layar, serangkaian kode berkedip cepat. Ia sedang menyusup ke dalam sebuah server milik agen keamanan Korea Selatan. Namun, ada sesuatu yang janggal. Firewall yang biasanya bisa ia tembus dengan mudah, kali ini tampak lebih ketat. Sistem perlindungan yang digunakan bukan teknologi biasa. Ini adalah sesuatu yang sangat canggih, seperti dipasang oleh tangan-tangan yang mengenalnya dengan baik.
Ia menyipitkan mata. Ada sesuatu yang tidak beres. Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul di layar.
“We found you. You can’t run forever.”
Matanya membelalak. Ia mengenal gaya komunikasi ini. Singkat, dingin, tanpa basa-basi. Lazarus Group.
Tangannya dengan cepat mengetik serangkaian perintah untuk menutup aksesnya, tetapi sudah terlambat. Sebuah trojan telah menyusup ke sistemnya, menelusuri keberadaannya melalui jejak digital sekecil apa pun yang ia tinggalkan. Dengan cepat, ia mencabut koneksi internet dan merobohkan server kecilnya. Nafasnya memburu. Mereka menemukannya.
Sementara itu, di tempat lain, Nohran menerima pesan terenkripsi di laptopnya. Mata gadis itu menyipit curiga. Pesan ini datang dari seseorang yang tidak dikenal, tetapi ada sesuatu yang aneh: enkripsinya mirip dengan pola yang pernah ia lihat sebelumnya.
“Nohran, kau harus keluar dari tempatmu sekarang. Mereka sudah tahu.”
Jantungnya berdegup kencang. Siapa “mereka”? Tangannya bergetar saat ia mencoba membalas pesan itu, tetapi sebelum ia bisa mengetikkan satu kata pun, layar laptopnya tiba-tiba mati. Listrik di apartemennya padam seketika.
Gelap. Sunyi.
Nohran menahan napas.
Kemudian, suara ketukan pelan di pintu apartemennya. Tidak ada yang tahu ia berada di sini, kecuali…
Pria misterius itu.
Dengan hati-hati, Nohran melangkah ke pintu, meraih pisau lipat kecil yang selalu ia simpan di balik saku jaketnya. Ia menempelkan telinganya ke pintu, mendengar suara langkah kaki yang nyaris tak terdengar.
“Nohran, ini aku.” Suara berat dan teredam.
Ia menelan ludah. “Kenapa kau ada di sini?”
“Mereka tahu kita.”
Nohran mengerutkan kening, tetapi akhirnya ia membuka pintu. Pria itu masuk, menutup pintu dengan cepat, lalu mengunci semua kunci tambahan yang ada. Wajahnya tampak tegang. Mata gelapnya menyapu ruangan, memastikan tidak ada ancaman yang tersembunyi.
“Siapa yang tahu?” bisik Nohran.
Pria itu menatapnya dalam-dalam. “Lazarus.”
Darah di wajah Nohran seketika hilang. Ia tahu nama itu. Lazarus Group, kelompok hacker paling berbahaya dari Korea Utara. Mereka yang pernah mengacak-acak sistem keuangan dunia, membobol pertahanan siber negara-negara besar, dan sekarang… mereka mengincar pria ini dan dirinya.
“Apa hubunganmu dengan mereka?” tuntut Nohran, suaranya hampir tak terdengar.
Pria itu menghela napas. “Aku pernah bekerja untuk mereka. Tapi aku keluar. Sekarang, mereka menganggapku sebagai ancaman.”
Nohran ingin bertanya lebih jauh, tetapi sebelum ia bisa membuka mulutnya, suara dentuman keras terdengar dari luar apartemen. Seperti suara ledakan kecil. Alarm kebakaran di gedung tiba-tiba berbunyi, dan di kejauhan, suara sirene polisi mulai mendekat.
Pria misterius itu melirik ke jendela, lalu kembali menatap Nohran dengan ekspresi serius.
“Mereka sudah datang. Kita harus pergi sekarang.”
Tanpa berpikir panjang, Nohran mengambil tasnya. Sementara pria itu membuka jendela dan melihat ke bawah. Lima lantai dari tanah. Tapi di bawah, ada gang sempit yang bisa mereka manfaatkan.
“Percayalah padaku,” katanya, mengulurkan tangan.
Nohran menatapnya ragu-ragu, tetapi di matanya, ada sesuatu yang membuatnya merasa bahwa ini adalah satu-satunya pilihan.
Dengan detak jantung yang berpacu, ia meraih tangan pria itu. Dalam sekejap, mereka menghilang ke dalam malam, meninggalkan apartemen yang kini sudah tidak aman lagi. Nohran merasa heran dirinya, kenapa ngikut saja. Padahal, ia tidak mengenal pria misterius. Ada sesuatu getaran di hatinya saat ia meraih tangan pria itu. Ia berusaha mengabaikan perasaan itu. Sebagai orang Korea, Nohran tahu kemana ia harus sembunyi.
Perburuan baru saja dimulai. (bersambung lagi, wak)
#camanewak