Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Peluru untuk Cinta

March 22, 2025 12:40
IMG-20250321-WA0112

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

Cerbung “Cinta Tertinggal” (17)

HATIPENA.COM – Di bawah temaram lampu jalan remang-remang, Nohran dan Roja berlari secepat mungkin, menembus gang-gang sempit Daejeon. Mereka tahu agen Lazarus masih memburu mereka. Keringat bercucuran, napas tersengal, tapi mereka tidak boleh berhenti. Sampai di sudut gang buntu, tiba-tiba lima sosok muncul dari kegelapan.

“Berhenti di situ!” bentak salah satu agen Lazarus.

Nohran dan Roja saling bertukar pandang. Mereka tahu pertempuran tidak terhindarkan.

Nohran berdiri tegak, menarik napas panjang. Diam-diam, ia telah mencapai tingkatan tertinggi dalam Taekwondo, Sabuk Hitam Dan 9. Gerakan dan strategi bertarungnya tak bisa diremehkan. Sementara itu, Roja, dengan mata penuh keteguhan, mengambil posisi kuda-kuda khas Tapak Suci Pontianak. Sejak remaja, ia sudah menguasai seni bela diri itu, tubuhnya terlatih menghadapi situasi sulit.

Tanpa aba-aba, salah satu agen menyerang lebih dulu, meluncurkan pukulan ke arah Roja. Dengan gesit, Roja menghindar, membalas dengan tendangan sabit yang menghantam tepat di rahang lawan, membuatnya terhuyung. Nohran tak tinggal diam. Ia menangkis pukulan seorang agen, lalu memutar tubuhnya dalam gerakan cepat, menghantamkan tendangan berputar ke dada lawan hingga terhempas ke belakang.

Namun, lawan mereka bukan orang sembarangan. Agen-agen Lazarus juga terlatih dalam berbagai seni bela diri. Dua agen menyerang Nohran bersamaan. Ia memblokir pukulan pertama, lalu dengan gesit melompat menghindari tendangan lawan. Sementara Roja bertarung sengit dengan dua agen lainnya, menggunakan kombinasi pukulan cepat dan tendangan beruntun khas Tapak Suci. Salah satu agen berhasil menangkap lengannya, tapi Roja memanfaatkan momentum, melompat dan menendang wajah lawan dengan tumitnya.

Ketegangan semakin memuncak. Lima lawan dua, pertempuran terasa tak seimbang, tapi Nohran dan Roja terus bertahan. Hingga akhirnya, Park Jin Hyok, pemimpin operasi Lazarus yang sejak tadi mengamati, mengeluarkan pistol dari balik jaketnya.

Dooor!

Suara letusan pistol memecah keheningan. Peluru meluncur deras, tepat menuju Nohran yang sedang bertarung. Semuanya terasa begitu cepat.

Tanpa ragu, Roja bergerak secepat kilat. Tubuhnya melesat, menjadi tameng hidup di depan Nohran.

Peluru menghantam bahunya.

Roja terhuyung. Rasa panas menjalar dari luka tembaknya, darah segar mengalir membasahi jaketnya. Nohran terkejut, matanya membelalak saat melihat Roja jatuh ke pelukannya.

“Roja!” teriaknya histeris.

Roja masih sadar, meskipun tubuhnya lemas. Mulutnya bergetar, darah mengalir dari sudut bibirnya, tapi ia tersenyum tipis. Tangannya berusaha menghapus air mata yang mulai jatuh dari wajah Nohran.

“Jangan… jangan menangis…” bisiknya lirih. “Aku… aku baik-baik saja…”

Nohran memeluk Roja erat, menggenggam tangannya yang berlumuran darah. “Kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau rela terluka demi aku?!”

Roja tersenyum lemah. “Karena… aku tidak ingin kehilanganmu.”

Hati Nohran terasa hancur. Ia melihat wajah Roja pucat, matanya mulai meredup. Perasaan yang selama ini ia abaikan kini membuncah. Getaran yang selama ini samar, kini menjadi kenyataan yang menyakitkan. Cinta itu nyata. Cinta Roja untuknya nyata.

Tapi semua terlambat.

Agen Lazarus segera mengepung mereka. Nohran tak sempat bertarung lagi. Mereka menarik tubuh Roja yang masih lemas. Sementara dua agen lainnya mencengkeram Nohran, menekan wajahnya ke tanah.

“Bawa mereka!” perintah Park Jin Hyok.

Dalam keadaan tak berdaya, Nohran dan Roja digiring ke dalam sebuah mobil hitam. Nohran masih memeluk tubuh Roja yang berlumuran darah. Sementara Roja berusaha tetap sadar, meski tubuhnya melemah. Mobil itu melaju kencang menuju markas rahasia Lazarus di bawah tanah Daejeon.

Malam itu, tak hanya tubuh Roja yang terluka. Hati Nohran juga hancur. (bersambung)

NB. Jika yang baru membaca cerbung ini, sebaiknya baca juga part 1-16, ada di playlist.

#camanewak