Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar
Cerbung “Cinta Tertinggal” (9)
HATIPENA.COM – Di tengah malam sunyi, Nohran sedang sibuk mengutak-atik laptopnya. Jarinya menari di atas keyboard, berusaha mencari pola dalam data yang ia kumpulkan selama ini. Namun, tiba-tiba, layar laptopnya berkedip. Sebuah jendela chat terenkripsi muncul begitu saja, seolah-olah seseorang berhasil masuk ke dalam sistemnya tanpa izin.
“Kau terlalu ceroboh, Nohran,” pesan itu muncul, hanya terdiri dari teks putih di atas latar hitam. Tidak ada nama pengirim, tidak ada identitas.
Jantung Nohran berdegup kencang. Tangannya terhenti, lalu ia dengan cepat menelusuri jejak digital yang mungkin tertinggal. Tapi tidak ada. Ini bukan peretas sembarangan. Ini seseorang yang tahu apa yang ia lakukan.
“Siapa kau?” Nohran membalas pesan itu.
Beberapa detik berlalu sebelum balasan muncul. “Seseorang yang memperhatikanmu.”
Nohran menggigit bibir. Ia benci permainan semacam ini, tetapi di sisi lain, ada sesuatu yang membuatnya penasaran. Ia mengetik, “Kalau begitu, apa yang kau inginkan?”
“Untuk sekarang, hanya percakapan,” jawab orang itu.
Percakapan itu berlanjut. Awalnya, Nohran mencoba menggali informasi tentang siapa sosok di balik layar ini, tetapi justru ia yang akhirnya terseret dalam diskusi panjang, tentang algoritma enkripsi, tentang kode-kode rahasia, bahkan tentang filosofi kebebasan dalam dunia maya. Di balik misteri ini, Nohran merasakan sesuatu yang aneh, rasa ketertarikan.
Di sisi lain layar, pria misterius itu tersenyum tipis. Ia sudah mengamati Nohran selama ini, mengetahui betapa tajam otaknya, betapa keras kepalanya saat mengungkap sesuatu yang ingin disembunyikan orang lain. Ia tahu ia seharusnya tidak boleh terlibat terlalu dalam. Tetapi, ada sesuatu dalam diri Nohran yang membuatnya ingin lebih dekat.
Secara dia-diam, pria misterius terbang ke Korea dengan rute dari Pontianak ke Jakarta. Ia ketemu Nohran. Ada pesan rahasia mau disampaikannya. Di sebuah warkop elite di Daejeon, pria itu sudah tahu Nohran akan datang. Benar, gadis cantik itu datang sendiri. Saat itulah ia beraksi seolah tidak sengaja menabrak Nohran yang baru saja pesan kopi. Kopinya hampir tumpah, tetapi tangan pria itu dengan sigap menangkap cangkirnya.
“Hati-hati,” suara berat itu terdengar familiar.
Nohran mendongak. Mata mereka bertemu. Sekilas, ada sesuatu yang bergetar di dalam dirinya, perasaan asing yang belum pernah ia alami sebelumnya. Pria itu memiliki sorot mata tajam, tetapi ada kelembutan yang tersembunyi di baliknya.
“Terima kasih,” ujar Nohran, berusaha mengendalikan detak jantungnya.
Pria itu hanya mengangguk. “Kau seharusnya lebih berhati-hati, bukan hanya di jalan, tapi dalam segala hal.”
Nohran memicingkan mata. Ada sesuatu dalam kata-kata pria itu yang membuatnya curiga. Tetapi sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, pria itu sudah berbalik dan menghilang di keramaian.
Malam harinya, pesan lain muncul di laptopnya. “Jangan mudah percaya pada orang asing, Nohran.”
Nohran mengepalkan tangannya. “Siapa kau sebenarnya?” ketiknya cepat.
“Seseorang yang akan kau kenali lebih dalam… pada waktunya.”
Kemarahan bercampur penasaran menguasai pikirannya. Nohran ingin menolak permainan ini, tetapi entah mengapa ia tidak bisa. Pria ini adalah teka-teki yang ingin ia pecahkan, dan mungkin, tanpa sadar, hatinya juga mulai terlibat dalam permainan berbahaya ini. (bersambung lagi, namanya cerbung)
#camanewak
,