Ngopi Sewarung Edisi Baduy Sebuah Novel (23)
Uten Sutendy
HATIPENA.COM – Gejolak hati Mirsa seperti mempunyai kekuatan gelombang elektkromagnetik yang begitu kuat hingga bisa menembus ruang dan waktu dan bisa dirasakan oleh Suten yang sedang berada di Jakarta, terhalang oleh gunung dan hutan serta jarak yang jauh.
Saat Suten baru terbangun dari tempat tidur, mendadak ingatannya melayang ke Tanah Baduy dan kekasihnya Mirsa. Kerinduan pada Mirsa tiba-tiba menyergap seluruh perasaan dan pikirannya.
Pucuk dicari ulam pun tiba.Telpon genggamnya di atas meja kecil di samping tempat tidur berdering. “Hai anak muda, ada kabar baik nih. Minggu ini kau harus balik lagi ke Baduy, ” terdengar suara lelaki di ujung telpon.
Rupanya itu suara redaktur Karim yang meminta agar Suten masuk lagi ke tanah Baduy terkait info yang beredar ada perusahaan asing yang mulai melakukan ekplorasi tambang minyak di sekitar Tanah Ulayat Baduy. Kabarnya, pemerintah pusat sudah mengeluarkan ijin eksplorasi tambang minyak seluas 4000 ha di wilayah yang disebut Blok Rangkas (Rangkas Block).
“Ini masalah serius bro. Mengancam kelestarian Tanah Ulayat Baduy. Kamu harus lakukan investigasi di sana;” perintah Karim dari ujung telpon.
Suten pun bersama sahabatnya, Andrea , bergegas berangkat ke Baduy lagi.
Di tengah perjalanan, tepatnya di daerah Bojongmanik, berbatasan dengan tanah adat Baduy, Suten melihat ada banyak mobil dumptruck ukuran besar membawa alat- alat berat, menderu -deru bergerak merayap menaiki jalan berkelok menuju puncak bukit. Tak jauh dari tempat itu Suten melihat ada kendaraan alat berat yang sudah beroperasi mengurug lembah dan membabat hutan. Burung-burung berterbangan dan suara mahluk hutan “berteriak-teriak” melihat wilayahnya kini terganggu dan diganggu.
Banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran dan hati Suten.Apa yang hendak mereka lakukan? Siapa sesungguhnya mereka? Mau mencari apa di sekitar tanah Ulayat Baduy yang seharusnya semua orang ikut menjaga? Jangan-jangan ekplorasi tambang minyak itu benar-benar sudah berjalan?!
Pertanyaan pertanyaan itu terus bergelayut di dalam hati dan pikiran Suten hingga tak terasa ia sudah sampai di Ciboleger (pintu masuk ke Baduy Luar).
Ketika Suten dan Andrea hendak naik ke Kampung Kaduketug, mereka berpapasan dengan Arji, Samani, dan Samin.
“Hai Suten, ngapain kamu balik lagi ke sini?”Hardik Arji dengan suara tinggi.
“Ada apa ini?!” Tanya Suten heran.
“Jangan banyak tanya. Kamu tidak boleh mendekati si Mirsa lagi! Itu melanggar adat!” ujar Arji lagi sembari mengarahkan telunjuk tangan kanannya ke arah wajah Suten.
“Mulai sekarang kamu harus jauh jauh dari Mirsa. Dia sudah dijodohkan sama Arji. Kalau tidak kamu bisa celaka..!”Samani mengancam. Matanya menatap tajam memelototi Suten . (*)
Get the feeling
Mr. Ten