HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Dunia Pisang

May 1, 2025 11:19
IMG_20250501_111834

Warsit MR

HATIPENA.COM – “Hari ini saya merasa bahagia yang tak terhingga,” ucap Pisang Raja di sela-sela pisang lainnya.

“Memang ada kabar apa, Pisang Raja?” tanya kawan-kawan Pisang Raja yang sedang ngobrol bersama.

“Aku baru saja menerima penghargaan sebagai pisang terbaik dunia,” jawab Pisang Raja dengan wajah semringah.

“Wow … hebat kamu, Pisang Raja! Kami semua turut bahagia. Tetapi jangan lupa, kalau menerima hadiah dibagi bersama ya,” sahut rekan-rekan pisang lainnya.

Akhir-akhir ini, dunia pisang memang sedang dikejutkan dengan keberadaan Pisang Raja. Pisang Raja asli dari Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai pisang terbaik di dunia versi Taste Atlas, menempati peringkat pertama dengan rating 4,5 bintang. Penghargaan itu menunjukkan keunggulan Pisang Raja dalam hal rasa manis, aroma harum, dan tekstur yang lembut namun padat.

Pisang Raja dikenal sebagai pisang yang memiliki rasa manis legit dan aroma khas, yang menjadikannya favorit dalam berbagai hidangan tradisional Indonesia. Prestasi itu juga mengangkat kekayaan kuliner lokal ke panggung internasional, membuka peluang lebih besar untuk ekspor dan pengembangan industri buah dalam negeri.

“Hai, Pisang Raja, apa rahasianya sehingga kamu bisa menjadi pisang yang hebat, mendapat penghargaan dunia?” tanya Pisang Emas penasaran.

Pisang Raja tidak segera menjawab.

“Saya yang disebut Pisang Emas belum pernah menerima penghargaan nasional, apalagi internasional,” lanjut Pisang Emas merasa iri. Begitu juga pisang-pisang yang lain, seperti Pisang Ambon, Pisang Kepok, Pisang Susu, Pisang Tanduk, Pisang Cavendish, dan Pisang Nangka, semuanya merasa iri terhadap Pisang Raja.

“Saya juga merasa heran pada diriku sendiri, sebab selama ini saya tidak pernah berganti baju, apalagi wajah, tapi mendapat penghargaan dunia,” jawab Pisang Raja dengan jujur.

“Selama ini, kalian kan bisa menyaksikan diriku, tak pernah bersolek, to. Lagian hidupku biasa saja, tidak seperti artis atau bintang film yang sering operasi wajah,” seloroh Pisang Raja di hadapan kawan-kawan pisang lainnya.

“Iya sih, saya tahu kalau kamu hidupnya sama seperti saya, sederhana, jujur, dan tak pernah menuntut pada Tuan yang merawat kita,” sahut Pisang Ambon yang bodinya lebih semok.

“Seharusnya saya yang pantas mendapat penghargaan dunia, karena saya lebih besar, lebih panjang, dan tak mudah membusuk,” sela Pisang Tanduk.

Tak mau ketinggalan, Pisang Kepok Pipit angkat bicara, “Kalian semua itu gak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan saya,” ucap Pisang Kepok Pipit dengan lantang. “Manusia justru suka dengan saya. Sebab saya bisa dimasak kolak, direbus, dikukus, atau dibikin keripik yang rasanya sangat nikmat, sedikit manis, dan renyah di mulut. Itu pengakuan mereka, termasuk Tuan kita,” tegas Pisang Kepok Pipit besar kepala.

“Bahkan, berkat keberadaan saya, bisa menjadikan burung-burung ocehan suaranya menjadi merdu, dan ketika kontes bisa meraih juara. Sehingga harganya mampu menembus hingga ratusan juta rupiah. Itu baru hebat!” ujar Pisang Kepok Pipit dengan bangga.

Semua pisang yang sedang ngobrol bersama itu masing-masing sempat memamerkan keunggulan yang dimilikinya. Karena memang sudah terbukti masyarakat dunia menyukainya.

“Saya ingin jawaban sejujurnya, hai Pisang Raja, apa yang selama ini dilakukan oleh Tuan kita, sehingga kamu bisa meraih bintang juara dunia?” desak Pisang Emas penasaran.

“Memang akhir-akhir ini saya merasakan, Tuan memperlakukan secara istimewa terhadap diri saya,” jawab Pisang Raja membuka rahasia.

“Nah, benar kan apa kataku tadi, pasti kau dimanja oleh Tuan,” sela Pisang Emas.

“Perlakuan istimewa apa yang diberikan oleh Tuan selama ini?” desak Pisang Nangka semakin penasaran.

“Aku selalu dirawat dengan baik, dipupuk, dijauhkan dari berbagai jenis gulma yang mengganggu, dan bila kemarau datang, saya disiram dengan air. Selain itu, tanah di sekitar tempatku juga dicangkul, akibatnya menjadi gembur. Sehingga saya mendapat makanan yang cukup.”

“Rupanya seperti itu. Tapi pisang lain saya lihat juga mendapat perlakuan yang sama. Sebenarnya kamu itu punya keunggulan apa?” Pisang Ambon mengajukan protes.

“Kata ahli gizi, sebagai Pisang Raja, saya memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia karena saya mengandung banyak nutrisi. Saya juga kaya akan karbohidrat, vitamin, dan mineral, serta serat yang baik untuk pencernaan manusia,” jawab pisang Raja dengan wajah gembira.

Mendengar percakapan para pisang tersebut, petani pisang tidak tinggal diam. Ia memberi nasihat agar antara pisang satu dengan lainnya tidak saling bertengkar, apalagi saling menjatuhkan.

“Kalian para pisang yang baik, tidak perlu saling bertengkar, menyombongkan diri, dan saling mengolok-olok di antara sesamamu. Apalagi menggerutu, sebab kalian sebagai ciptaan Tuhan masing-masing sudah diberi kelebihan dan kelemahan.”

“Bila baru-baru ini Pisang Raja mendapat penghargaan dunia, itu wajib kalian syukuri. Sebab Pisang Raja masih termasuk saudaramu sendiri. Tidak perlu pisang yang lain iri hati. Karena dunia telah mengakui Pisang Raja Indonesia banyak manfaatnya,” lanjut petani pisang menutup pembicaraan.

Para pisang akhirnya mengerti dan menyadari atas pesan-pesan bijak yang disampaikan petani pisang. Sesama pisang mestinya saling menghargai, menghormati, serta tak perlu saling membenci. Akhirnya, para pisang itu hidup berdampingan sesuai dengan kodratnya. (*)

Semarang, 30 April 2025

Berita Terkait

Berita Terbaru