Diceritakan oleh Mitha Pisano
PADA zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja bernama Raja Takus yang memerintah sebuah kerajaan kecil di tepian Sungai Kampar. Raja Takus sangat terkenal sebagai pemimpin yang arif bijaksana, akan tetapi ia memiliki keinginan amat besar untuk mengabadikan namanya melalui sebuah bangunan megah yang akan dikenang sepanjang masa.
Raja Takus memerintahkan rakyatnya untuk membangun sebuah candi besar sebagai pusat peribadatan serta tempat penyimpanan abu jenazah para leluhur. Dengan semangat gotong royong, rakyat dari berbagai desa di sekitar kerajaan bekerja siang dan malam dengan suka cita. Mereka hanya menggunakan tanah liat, batu bata, dan pasir yang diambil dari sekitar Sungai Kampar untuk membangun candi tersebut.
Akan tetapi, pembangunan candi tersebut tidak berjalan lancar sebagaimana mestinya. Beberapa kisah menyebutkan bahwa ada gangguan dari makhluk gaib penjaga hutan di sekitar lokasi pembangunan. Konon, makhluk gaib ini marah dan terganggu karena wilayah mereka dijadikan tempat pembangunan. Untuk menenangkan makhluk gaib tersebut, Raja Takus harus melakukan upacara adat dan memberikan persembahan.
Setelah bertahun-tahun, akhirnya candi tersebut selesai juga dibangun. Dimana Candi ini menjadi lambang kebesaran kerajaan Raja Takus dan pusat kegiatan spiritual rakyatnya. Akan terapi, seiring berjalannya waktu, kerajaan Raja Takus mengalami kemunduran dan akhirnya ditinggalkan. Candi Muara Takus pun lama kelamaan terkubur dimakan oleh waktu, hingga akhirnya ditemukan kembali pada masa yang lebih modern.
Pesan Moral
Legenda ini mengajarkan tentang semangat gotong royong, keuletan, dan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Candi Muara Takus juga menjadi simbol peradaban tinggi masyarakat Riau di masa lalu.
Hingga kini, Candi Muara Takus tetap menjadi salah satu peninggalan sejarah dan kebanggaan budaya Riau yang kerap dikaitkan dengan kisah-kisah mistis dan legenda nenek moyang.