Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025 ------ Ikuti Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2025. Ketentuan dan Syarat #sayembaranoveldkj2025

Legenda Gunung Marapi di Sumatra Barat

January 15, 2025 10:57
IMG-20250115-WA0065

Diceritakan Mitha Pisano *)

DAHULU kala, di tanah Minangkabau, berdirilah sebuah gunung yang sangat megah dan diselimuti dengan misteri, Gunung Marapi. Gunung ini dikenal sebagai tempat suci, penuh keajaiban, dan dipercaya sebagai tempat pertemuan para dewa dan leluhur masyarakat Minang dahulunya.

Konon, di sebuah desa di kaki gunung tersebut, hiduplah seorang pemuda tampan yang bernama Malintang, seorang anak yatim piatu yang dikenal bijaksana dan pemberani. Malintang sering bersemadi di hutan sekitaran Gunung Marapi tersebut untuk mencari kedamaian batin dan jawaban atas berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat di kampungnya.

Pada suatu hari, desa tempat Malintang tinggal dilanda musim kering yang panjang. Sawah-sawah semuanya mengering, sungai-sungai pun surut, dan masyarakat mulai kelaparan karna musim panen gagal disebabkan kekeringan tersebut. Para tetua desa mengadakan musyawarah dan memutuskan bahwa hanya ada satu cara untuk mengakhiri bencana ini: meminta bantuan kepada Sang Penunggu Gunung Marapi, makhluk gaib yang konon menjaga keseimbangan alam di daerah tersebut.

Malintang, pemuda yang pemberani menawarkan diri untuk mendaki Gunung Marapi menemui Sang Penunggu. Ia membawa persembahan berupa hasil bumi terakhir yang dimiliki desa. Dengan tekad yang kuat, ia mulai mendaki, melewati jalan-jalan hutan lebat, jurang-jurang yang terjal dan curam di sertai kabut yang tebal.

Setelah sampai di puncak gunung, Malintang bertemu dengan seorang wanita tua berjubah putih yang memancarkan energi keagungan. Wanita itu ternyata adalah Sang Penunggu Gunung Marapi. Malintang memohon belas kasihan dari Sang Penunggu Gunung, dan menceritakan semua penderitaan desanya, lalu Malintang menyerahkan persembahan yang dibawanya.

Sang Penunggu tersenyum dan berkata, “Aku akan membantu desamu, tetapi dengan satu syarat. Engkau harus bersedia menjadi penjaga keseimbangan alam di gunung ini selamanya.”

Tanpa berfikir panjang, Malintang, yang sangat peduli pada desanya dan seluruh kehidupan di sekitarnya, menerima syarat itu tanpa ragu. Sang Penunggu mengibaskan tangannya, dan turunlah hujan yang sangat deras, membasahi seluruh desa dan sawah-sawah, menyuburkan tanah, memenuhi sungai, serta menyelamatkan desa. Namun, Malintang tidak pernah kembali lagi ke desanya tercinta. Ia tetap tinggal di Gunung Marapi sebagai penjaga setia, melindungi keseimbangan alam agar masyarakat di sekitarnya tetap hidup dalam kedamaian.

Hingga sekarang, masyarakat Minangkabau percaya bahwa setiap kali Gunung Marapi mengeluarkan asap atau gemuruh, itu adalah sebuah pertanda peringatan dari Malintang agar manusia menjaga hubungan harmonis dengan alam. Gunung Marapi tidak hanya menjadi lambang keindahan alam, tetapi juga pengingat tentang tanggung jawab manusia terhadap lingkungannya.

*) Anggota Satupena Sumatra Barat