Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Piko dan Kebun Ajaib

December 19, 2024 19:20
Foto : Artificial Intelligence
Foto : Artificial Intelligence

Terinspirasi dari Seto Mulyadi

DI SEBUAH desa kecil, hiduplah seorang anak bernama Piko. Ia adalah anak yang sangat ceria, tapi sayangnya, ia tidak terlalu suka membantu orang lain. Setiap kali ibunya meminta bantuan menyiram bunga atau membersihkan halaman, Piko selalu berkata, “Ah, nanti saja, Bu!”

Suatu hari, Piko berjalan-jalan di dekat hutan. Ia menemukan sebuah kebun yang sangat indah. Di sana ada bunga-bunga yang warnanya lebih cerah dari pelangi, dan buah-buahan yang besar dan menggiurkan. Di tengah kebun, berdiri seorang nenek tua dengan senyuman ramah.

“Selamat datang di Kebun Ajaib, Piko,” kata sang nenek.

Piko terkejut. “Bagaimana Nenek mengetahui nama saya?”

Sang nenek hanya tersenyum. “Di kebun ini, siapa pun yang masuk harus mengikuti satu aturan: semua yang kau ambil harus kau kembalikan dengan kebaikan.”

Piko mengangguk tanpa berpikir panjang. Ia memetik sebuah apel merah besar dan menggigitnya. Rasanya luar biasa manis! Tetapi ketika dia melangkah keluar dari kebun, sesuatu yang aneh terjadi. Tangan dan kaki mulai terasa berat.

Piko kembali ke rumah dengan lemas. Ketika ibunya meminta tolong, dia mencoba berkata “nanti,” tetapi tidak ada suara yang keluar. Ia hanya bisa mengangguk dan mulai membantu.

Hari-hari berikutnya, Piko mulai menyadari bahwa setiap kali ia membantu orang lain, tubuhnya menjadi lebih ringan. Ketika dia benar-benar tulus membantu, hatinya pun terasa hangat dan senang.

Akhirnya, Piko kembali ke Kebun Ajaib untuk bertemu nenek tua itu. “Nenek, terima kasih telah mengajarkan aku arti kebaikan,” katanya.

Sang nenek tersenyum. “Ingat, Piko, kebahagiaan itu tumbuh dari kebaikan yang kau tanam. Seperti di kebun ini, setiap bunga dan buah tumbuh karena cinta dan perhatian.”

Sejak saat itu, Piko menjadi anak yang paling rajin membantu di desa. Kebahagiaannya menyebar ke semua orang, seperti sinar matahari di pagi hari.

Pesan moral: Kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita, sering kali dalam bentuk kebahagiaan yang tak terduga. (A-1)