Oleh : Widodo & M.Taufik
Alumnus Pramuka SMP Negeri 1 Bangil 1983
HATIPENA.COM – Di tengah gemerlap ibu kota Jakarta, berdirilah seorang pria paruh baya yang tak pernah melupakan akar perjuangannya: Harapan Widodo, seorang pengusaha sukses, pemilik beberapa perusahaan rintisan teknologi dan sosial. Namun, di balik jas elegannya, Harapan menyimpan selembar kenangan yang terus ia peluk erat—seragam cokelat tua dengan dasi kuning-hitam: seragam Pramuka.
Harapan kecil bukan berasal dari keluarga kaya. Ia lahir di sudut pinggir Jakarta yang sempit dan penuh debu. Tapi dari tempat itulah ia mengenal arti perjuangan dan nilai kehidupan. Tempat yang menjadi saksi awal semangat pantang menyerahnya tumbuh, dibentuk oleh barisan kegiatan Pramuka—berkemah, menolong warga, menjelajahi hutan, hingga lomba tali-temali dan api unggun.
“Semua pencapaian saya hari ini,” ucap Harapan dalam salah satu pidatonya di hadapan ratusan siswa SMA, “berakar dari satu hal: Pramuka membentuk mental saya sebelum bisnis membentuk karier saya.”
Kini, Harapan punya mimpi besar yang ia gaungkan di berbagai ruang pendidikan: menjadikan Pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang aktif, progresif, dan dihargai negara. Tak sekadar formalitas seragam setiap Jumat, tapi sebagai medan pelatihan kepemimpinan, solidaritas, dan pembentukan karakter anak bangsa.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai perjuangan pemudanya.” – Soekarno
Dalam satu wawancaranya, Harapan menuturkan harapan agar negara memberikan jalur khusus bagi siswa aktif Pramuka untuk masuk perguruan tinggi negeri dan institusi seperti TNI, POLRI, serta sekolah kedinasan.
“Kalau negara saja bangga dengan medali olahraga, mengapa tidak bangga dengan pemuda Pramuka yang bertahun-tahun berlatih menjadi manusia tangguh dan jujur?” katanya tegas.
“The foundation of every state is the education of its youth.” – Diogenes (filsuf Yunani)
“Scouting is a game with a purpose: to teach young people to grow into strong, reliable citizens.” – Robert Baden-Powell, pendiri Gerakan Pramuka Dunia
Ia pun menggagas program beasiswa “Scoutpreneur”—khusus untuk mantan anggota Pramuka yang ingin jadi wirausaha sosial. Di satu acara pelatihan kewirausahaan bagi pelajar Pramuka se-Jabodetabek, Harapan berkata:
“Seorang Pramuka sejati tak akan tawuran di jalanan. Ia tahu energi mudanya bukan untuk merusak, tapi untuk membangun bangsa.”
Anak-anak mendengarkan dengan mata berbinar. Mereka merasa dihargai. Mereka merasa punya tempat di masa depan.
Salah satu siswi Pramuka dari Jakarta Selatan, Dina, berdiri dan berkata, “Pak Harapan, saya ingin seperti Bapak. Tapi kadang saya merasa Pramuka cuma dianggap kegiatan formalitas.”
Harapan tersenyum dan menjawab, “Justru karena itu kamu harus teruskan. Anak muda seperti kamu inilah yang kelak akan menjadikan Pramuka bukan hanya simbol—tapi pergerakan!”
“Character is higher than intellect.” – Ralph Waldo Emerson
Dalam satu pertemuan dengan Menteri Pendidikan, Harapan Widodo menyampaikan surat resmi berisi lima usulan kebijakan nasional untuk Pramuka, di antaranya:
Pertama. Memberi poin prestasi nasional untuk siswa aktif Pramuka.
Kedua. Menyediakan jalur khusus ke PTN dan sekolah kedinasan.
Ketiga. Menyelenggarakan Scout Camp Nasional tahunan yang didukung BUMN dan kementerian.
Keempat. Menyusun kurikulum karakter berbasis Dasa Dharma Pramuka.
Kelima. Mengintegrasikan pelatihan kewirausahaan dan ketahanan hidup ke dalam agenda Pramuka.
“Leadership and learning are indispensable to each other.” – John F. Kennedy
Kini, nama Harapan Widodo tak hanya dikenal sebagai pengusaha. Tapi sebagai pionir yang membangkitkan kembali semangat Pramuka di era digital—era di mana karakter, gotong royong, dan adaptasi sangat dibutuhkan.
Dalam suatu malam perkemahan nasional, di tengah api unggun dan suara jangkrik, Harapan menutup pesannya untuk generasi muda:
“Indonesia tidak butuh hanya orang pintar. Tapi butuh orang tangguh, jujur, berjiwa sosial. Itulah Pramuka. Jadilah bagian dari mereka yang membangun, bukan yang menghancurkan.”
Penutup
Cerpen ini bukan sekadar kisah fiksi heroik, tapi refleksi nyata tentang pentingnya pendidikan karakter untuk generasi muda. Harapan Widodo adalah gambaran dari pemimpin masa depan yang ingin menanamkan kembali semangat kepramukaan di tengah tantangan zaman. (*)
#menuliscerpenpramuka Cerpen perdana