Cerpen Drs. Mochamad Taufik, M. Pd
Malam itu, aku kembali duduk di beranda rumah Pak Lik Jais—panggilan akrab untuk Sodiq Jais, paman yang sejak kecil selalu memberikan wejangan-wejangan berharga tentang hidup. Seorang veteran RI yang berjiwa pejuang, beliau selalu mengajarkanku arti ketangguhan dan keberanian dalam menghadapi kehidupan.
“Fik, kamu harus kumpul dengan teman-teman yang berotak saringan,” katanya sambil menatap langit malam yang penuh bintang.
Aku menatap beliau dengan penuh rasa ingin tahu. “Maksudnya, Lik?”
Pak Lik tersenyum, lalu meletakkan cangkir kopinya. “Kalau kamu ingin jadi pemimpin, kamu harus berada di lingkungan yang menantang, yang bisa mengasah otak dan mentalmu. Seperti besi yang ditempa, semakin sering digesek, semakin tajam. Kalau kamu hanya berjalan sendiri, kamu akan mudah patah. Tapi kalau kamu berada dalam bahtera yang kuat, kamu akan menemukan arah dan tujuan yang jelas.”
Sejak saat itu, aku memutuskan untuk hijrah ke Surabaya dan mencari wadah yang tepat untuk menempaku. Aku sadar, sebagai calon pemimpin, aku harus menempa diri tidak hanya dengan ilmu di bangku kuliah, tetapi juga dengan pengalaman nyata dalam organisasi yang bisa membentuk karakter, kepemimpinan, dan keberanian dalam menghadapi kehidupan.
Lembaga Dakwah Kampus: Bahtera yang Mengokohkan
Di antara banyaknya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), aku memilih Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai tempat menempa diri. Alasannya sederhana: aku ingin berada di lingkungan yang bukan hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki visi besar untuk menolong agama Allah.
Motto perjuangan yang tertanam dalam LDK begitu membekas di hatiku:
“Intansurullaha yansurkum wa yutsabbit aqdamakum.”
“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah pasti menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Ayat ini begitu dalam maknanya. Dengan bergabung di LDK, aku percaya bahwa aku tidak hanya berjuang untuk masa depanku sendiri, tetapi juga menjadi bagian dari perjuangan besar menolong agama Allah. Dan janji Allah itu pasti: siapa yang menolong agama-Nya, maka ia akan mendapatkan pertolongan dalam hidupnya.
Berjuang Bersama di LDK
Bergabung di LDK bukan hanya sekadar berkumpul dalam kajian atau diskusi keislaman, tetapi lebih dari itu—kami ditempa untuk menjadi pemimpin masa depan.
Dalam LDK, aku belajar bagaimana membangun mental seorang pejuang. Aku mulai aktif dalam berbagai kegiatan, dari mengadakan seminar, mengelola kegiatan sosial, hingga memimpin diskusi keislaman. Aku belajar bagaimana berbicara di depan umum, bagaimana menyelesaikan konflik, dan bagaimana membuat strategi untuk menggerakkan organisasi.
Yang lebih luar biasa, LDK juga menjadi tempat di mana kami saling menguatkan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Tidak sedikit dari kami yang berasal dari keluarga sederhana, yang harus berjuang untuk biaya kuliah dan hidup di kota yang penuh persaingan seperti Surabaya.
Tapi, janji Allah itu benar. Dengan berada di lingkungan ini, kami justru semakin kuat. Banyak dari kami yang mendapatkan kemudahan dalam rezeki, mendapatkan beasiswa, dan bahkan mendapat kesempatan besar dalam karier. Semua itu karena kami menolong agama Allah, dan Allah pun menolong kami.
Jejak Langkah Generasi Emas LDK
Banyak alumni LDK yang kini menjadi pemimpin di berbagai bidang—ada yang menjadi akademisi, pengusaha, politisi, bahkan tokoh masyarakat. Mereka adalah bukti nyata bahwa dengan menempa diri dalam bahtera ini, seseorang bisa menjadi pemimpin sejati yang bukan hanya sukses secara duniawi, tetapi juga memiliki keberkahan dalam hidupnya.
Dan aku ingin menjadi bagian dari generasi emas itu.
Menjadi Pemimpin Sejati
Kini, aku paham mengapa Pak Lik Jais selalu mendorongku untuk berada dalam lingkungan yang bisa menempaku. Pemimpin sejati tidak lahir dari kenyamanan, tetapi dari tempaan yang keras.
Aku ingin menyampaikan pesan ini kepada semua generasi muda:
“Jangan hanya jadi mahasiswa biasa. Masuklah ke bahtera para pemimpin. Umat Islam membutuhkan kalian. Jangan tunggu nanti. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?”
Semoga dengan jejak langkah yang kutempuh ini, aku bisa menjadi bagian dari mereka yang menolong agama Allah—dan Allah pun akan menolongku dalam setiap langkah kehidupanku. (*)
Allahu Akbar!