Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Cerpen “Cinta di Arena Voli”

February 17, 2025 21:16
IMG-20250217-WA0132

Ilustrasi : AI/ Wak Rojam
Penulis : Rosadi Jamani *)

HATIPENA.COM – Di sebuah kamar hotel yang elegan di Korea Selatan, empat pemain voli andalan Red Sparks sedang bersantai setelah latihan berat menjelang laga melawan AI Peppers. Mereka bukan sedang menganalisis strategi permainan atau membahas teknik spike terbaru. Oh tidak! Obrolan mereka lebih penting dari itu, soal pacar. Kalau cewek-cewek udah ngumpul, obrolan tak jauh dari soal pacar atau lelaki tampan.

Mega, alias Megawati Hangestri Pertiwi, sudah punya pacar. Itu otomatis membuatnya naik pangkat jadi mentor asmara bagi tiga sahabat Koreanya yang masih perawan ting-ting. “Jadi gini, kalau cowok bilang ‘aku sibuk’, itu artinya dia lagi main game, bukan kerja,” kata Mega dengan nada bijak. Seperti dosen cinta di fakultas hubungan asmara tingkat lanjut.

Yeom Hye Seon, si kapten yang terkenal humoris dan punya jiwa kepemimpinan tinggi, langsung mengangguk. “Jadi, kalau aku nunggu chat dia bales sampai pagi, berarti dia lagi tidur nyenyak dan aku yang bodoh?” tanyanya penuh kesadaran baru.

“Tepat sekali!” Mega menjawab dengan ekspresi penuh kebanggaan, seakan baru saja mengubah hidup seseorang.

Noh Ran, sang anak konglomerat yang wajahnya imut tapi isi rekeningnya lebih tebal dari bantal hotel lima bintang, menghela napas. “Aku bingung, aku punya segalanya, uang, kecantikan, tapi kenapa cowok-cowok masih ghosting aku?”

Park Hye Min, yang terkenal mempesona seperti heroin drama Korea, menepuk bahunya. “Mungkin mereka takut jatuh cinta, Ran. Takut nggak bisa memenuhi standar kemewahan hidupmu.”

Noh Ran menghela napas lagi. “Padahal aku cuma butuh cinta sederhana. Seorang pria yang tukang ngopi di warkop pun tak masalah, asal setia. Untuk apa tampan, tukang selingkuh.”

Yeom Hye Seon tertawa. “Standar yang sangat sederhana. Boleh juga sih. Dari pada oppa-oppa, ih..najis”

Mega menggeleng-geleng. “Sebenarnya, kita nggak butuh cowok yang kaya, tampan, atau berotot. Yang kita butuh adalah cowok yang setia dan nggak tiba-tiba hilang pas kita butuh ditemenin belanja.”

“Setuju!” sahut yang lain kompak.

Pembahasan makin mendalam. Dari ciri-ciri cowok ideal, mereka beralih ke strategi menangani ghosting. Park Hye Min menyarankan metode “diam total” untuk membuat cowok merasa bersalah. Yeom Hye Seon mengusulkan teknik “serangan balik” dengan membalas ghosting lebih lama. Sementara Noh Ran berpikir untuk menyewa detektif swasta demi menemukan cowok-cowok yang hilang tanpa jejak sampai ke Kalimantan Barat.

Tiba-tiba ponsel Mega berbunyi. Notifikasi dari pacarnya. “Aku sibuk,” tulisnya.

Mega menarik napas panjang. “Guys, aku baru saja mendapat wahyu. Kadang, meskipun kita mentor cinta, kita tetap jadi korban teori kita sendiri.”

Tiga sahabatnya langsung memeluknya. Inilah persahabatan sejati. Ketika pacar ghosting, sahabat tetap ada. Setidaknya, sampai mereka sendiri nggak sibuk nungguin chat dari gebetan masing-masing.

Disclaimer, ini hanya fiksi, wak. Kalau ada kesamaan, hanya kebetulan, ehem. (*)

#camanewak

*) Ketua Satupena Kalbar