Karya : Mochamad Taufik
HATIPENA.COM – Suara tawa anak-anak menggema di halaman SD Al Hikmah Surabaya pagi itu. Mereka duduk rapi dengan meja kecil dan pewarna di tangan, siap mengikuti lomba mewarnai bertema Hari Santri ke-10. Tema acara itu keren banget: “Hi-Santri Al Hikmah Sparkling Kids Nurture Coloring”, sebuah ajang seru untuk mengenang semangat para santri yang dulu ikut berjuang membela tanah air.
Ustazah Deni berdiri di depan panggung sambil tersenyum,
“Anak-anak, kalian tahu nggak kenapa kita merayakan Hari Santri setiap tanggal 22 Oktober?”
Seorang anak kecil mengangkat tangan, “Karena santri itu pejuang, Ustazah!”
“Betul sekali!” jawabnya antusias. “Dulu, sebelum Indonesia merdeka sepenuhnya, para santri dan kyai ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan dari serangan tentara Sekutu. Dari sinilah lahir semangat Resolusi Jihad.”
Semua anak terdiam, memperhatikan. Ustazah lalu bercerita tentang peristiwa heroik di Surabaya tahun 1945, ketika pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris mencoba merebut kembali kota itu.
Namun rakyat Surabaya tidak gentar, terutama para santri dari berbagai pesantren. Mereka turun ke medan perang membawa bambu runcing, bersatu dengan rakyat dan pejuang kota.
KH. Hasyim Asy’ari, ulama besar dari Tebuireng, setelah berdiskusi dengan Presiden Soekarno, mengeluarkan fatwa bersejarah yang disebut Resolusi Jihad — yaitu kewajiban bagi setiap muslim membela tanah air dari penjajahan. Seruan itu membakar semangat para santri se-Jawa dan Madura untuk turun ke Surabaya, dan dari situlah pertempuran besar terjadi hingga dunia mengenal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Anak-anak SD Al Hikmah tampak kagum. Mereka mulai mewarnai gambar bertema santri dan bendera merah putih dengan penuh semangat.
Di sudut kelas, seorang anak laki-laki berkata pelan kepada temannya,
“Kalau dulu santri berjuang dengan bambu runcing, sekarang kita berjuang dengan ilmu dan warna, ya?”
Temannya tersenyum, “Iya, kita santri zaman now. Kita nggak perang pakai senjata, tapi pakai karya dan semangat belajar!”
Saat lomba selesai, para peserta mendapatkan goodie bag dan sertifikat. Di atas panggung, pemenang utama menerima piala sambil disemangati teman-temannya.
Ustaz Sifin berkata dengan suara pelan namun tegas,
“Anak-anak, ingatlah… semangat Hari Santri bukan cuma tentang perjuangan di masa lalu. Tapi tentang bagaimana kalian, santri masa kini, terus berjuang dengan ilmu, iman, dan cinta untuk Indonesia.”
Tepuk tangan bergemuruh. Langit Surabaya sore itu biru dan cerah—seakan ikut tersenyum menyaksikan generasi penerus para pejuang Resolusi Jihad sedang menorehkan warna baru bagi bangsanya. (*)