Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Edy Kepo Bikin Ulah

January 19, 2025 17:17
IMG-20250119-WA0081

Cerpen Warsit MR

SEBAGIAN warga RT 10 Perumahan Puspa Indah, Kelurahan Mertajaya, pagi itu menggerutu karena di ujung Gang Semangka, ada gundukan pasir yang tidak diketahui dari mana asal muasalnya. Timbunan pasir cukup tinggi sehingga mengganggu lalulintas warga. Terlebih lagi gang itu cukup vital, yang menghubungkan perjalanan warga menuju ke sebuah masjid. Belakangan diketahui jumlah pasir yang ditimbun sebanyak dua truk engkel.

Pak Yanto yang menjadi Ketua RT 10 tentu saja dibuat pusing tujuh keliling, pasalnya sudah hampir satu pekan belum juga ketahuan siapa yang telah menimbun pasir itu. Beberapa tokoh warga telah dihubungi tapi tak seorang pun yang mengetahuinya. Untuk mencari informasi lebih lanjut, Pak Yanto telah menginformasikan masalah tersebut melalui grup WhatsApp RT 10. Hasilnya tetap saja nihil, tak seorang warga pun yang mengetahuinya.

Sementara itu di tempat yang berbeda, Edy Kepo telah menyusun strategi jitunya untuk mendapatkan uang dari persoalan tumpukan pasir tersebut. Dalam benaknya timbul pikiran tentang apa yang akan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan sejumlah uang, tanpa harus capek-capek bekerja. Edy Kepo berencana menemui bosnya dengan membuat laporan bahwa Ketua RT 10 meminta dana sebagai bentuk kompensasi tempat penumpukan pasir di Gang Semangka. Apabila strateginya ini nanti berhasil, sebagian uang dari bosnya akan dibagi menjadi dua bagian. Sebagian untuk mengisi kas RT 10 Perum Puspa Indah dan sebagian yang lain masuk kantong pribadinya. Pikiran Edy Kepo sudah bulat untuk segera mengeksekusi apa yang telah direncanakan. Edy Kepo bersiap menghadap pimpinannya yang bernama Pak Jonatan, selaku Direktur PT Jayadenta yang bergerak dalam bidang kontraktor. Edy Kepo tidak sempat berpikir panjang dampak buruk yang bakal terjadi dari perbuatannya itu. Yang ada dalam benaknya hanya bagaimana caranya mendapatkan uang.

Setelah berhasil menghadap pimpinannya, Edy Kepo menyampaikan apa yang telah direncanakan. Tanpa berfikir panjang Pak Jonatan menyetujui rencana Edy Kepo tersebut, dengan harapan warga Kompleks tidak akan protes dan Pak Jonatan berharap anak buahnya itu bisa segera menyelesaikan masalahnya. Selanjutnya Pak Jonatan menyuruh Edy Kepo untuk menemui bagian administrasi agar sejumlah dana yang dibutuhkan itu diajukan kepada bendahara dan selanjutnya bisa segera dicairkan. Setelah menerima sejumlah uang dari bendahara proyek, Edy Kepo punya pemikiran lain. Maunya sejumlah uang itu ingin dipakai untuk kepentingan pribadinya. Dengan tujuan untuk ongkos pulang kampung menengok keluarganya. Intinya uang pasir itu dipelintir oleh Edy Kepo untuk kepentingannya sendiri.

Beberapa hari berselang pasir masih tetap menumpuk di Gang semangka. Menghalangi perjalanan warga yang akan ke masjid. Ketika malam datang disertai hujan rintik, Pak Kasirun mendatangi rumah Pak Ketua RT. Ia bermaksud untuk menyampaikan kegelisahan hatinya yang selama ini dipendamnya sendiri dan dirasa tidak nyaman. Bahkan dirinya merasa bersalah bila pengalaman pribadinya tidak segera diungkapkan pada Pak Yanto selaku Ketua RT. Karena Pak Kasirun mengetahui secara pasti siapa sebenarnya yang menimbun pasir di ujung Gang Semangka, yang belakangan membikin resah warga Kompleks.

“Saya melihat dengan mata saya sendiri Pak, beberapa malam yang lalu Edy Kepo membongkar pasir di ujung gang itu,” ujar Pak Kasirun.

“Jadi Pak Kasirun tahu siapa sebenarnya yang telah menimbun pasir di Gang Semangka. Kenapa Bapak diam saja selama ini dan baru sekarang melaporkan kepada saya?”

“Maaf Pak, saya pikir Edy Kepo tidak akan lama menimbun pasir di sana. Katanya keadaannya darurat, Edy Kepo minta pengertian saya. Dia itu saudara ipar saya. Itulah kenapa saya diam saja. Tapi ketika Edy Kepo tidak punya tanggung jawab sama sekali, saya tidak bisa berdiam diri saja. Saya beranikan melapor kepada Pak RT agar bisa segera ditindak lanjuti!”

“Terima kasih Pak Kasirun, biar pun terlambat ini berguna sekali. Sekarang Pak Kasirun ceritakan siapa Edy Kepo ini. Setahu saya tidak ada nama itu di buku daftar warga.”

Pak Kasirun pun mengatakan bahwa Edy Kepo dulunya merupakan warga RT 10, namun sekarang sudah pindah tempat tinggal di RT sebelah. Pak Kasirun maklum Pak Yanto tidak tahu siapa Edy Kepo karena itu terjadi sebelum Pak Yanto menjadi warga komplek dan akhirnya terpilih menjadi ketua RT 10.

Tentu saja Pak Yanto sangat menghargai informasi yang disampaikan oleh Pak Kasirun. “Kami atas nama warga RT 10 Perumahan Puspa Indah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pak Kasirun yang telah menyampaikan informasi ini. Saya secara pribadi juga sangat menghargai kejujuran serta tanggung jawab yang dimiliki Pak Kasirun,” ucap Pak Yanto dengan hati yang lega. Ketua RT yang baru menjabat selama satu setengah tahun itu akan segera menemui Edy Kepo untuk diklarifikasi lebih lanjut.

Di lain pihak Ibu-ibu Perumahan Puspa Indah mulai kasak-kusuk membicarakan Pak Yanto. Sebagai ketua RT lelaki itu dinilai tidak sat-set dalam menyelesaikan masalah. Karena sudah beberapa pekan gundukan pasir menghalangi perjalanan warga menuju ke masjid dan tidak kunjung bisa diatasi. Tidak terima jalannya terhalang pasir, pagi itu salah seorang ibu bernama Jumi Larasati mencak-mencak di depan rumah Pak Yanto mewakili ibu-ibu yang lain. Dengan nada keras, Jumi Larasati meminta agar gundukan pasir di ujung Gang Semangka segera dibereskan.

“Sudah berminggu-minggu pasir dibiarkan menumpuk di tengah jalan mengganggu orang lewat. Kami ibu-ibu warga RT10 bila mau ke masjid kesulitan Pak RT, tolong siapa pun yang menumpuk pasir di situ, diimbau untuk bisa segera memindahkannya,” protes Jumi Larasati dengan nada emosi. Ibu-ibu yang lain pun tak kalah heboh dalam meneriakkan yel-yel mereka. Tentu saja protes ibu-ibu kompleks itu tidak mendapat tanggapan karena Pak Yanto tidak ada di rumah.

Mendengar protes dari ibu-ibu kompleks, istri Pak RT yang ada di dalam rumah merasa risih. Istri Pak RT mengetahui bahwa ibu yang protes dengan suara lantang itu bernama Jumi Larasati, menyusul setelah mengintip dari kaca jendela. Maka pada malam harinya istri Pak Yanto langsung mengadu pada suaminya. Istri Pak Yanto juga mendesak pada suaminya agar segera menangani masalah tumpukan pasir yang dipersoalkan ibu-ibu kompleks. Mendengar pengaduan dari istrinya, Pak Yanto menjadi gusar sekali dan ingin segera mencari Edy Kepo. Pak Yanto menganggap Edy Kepo sebagai biang kerok dalam lingkungan warganya, yang selama ini dirasa adem ayem. Selepas shalat isya Pak Yanto segera mencari Edy Kepo ke rumahnya yang ada di RT sebelah tetapi keberadaannya tidak diketahui. Menurut tetangganya Edy Kepo tidak ada di rumah.

Selang dua hari setelah kehadiran Pak Kasirun di rumah Pak Yanto, datang Pak Jonatan menemui Pak Yanto. Ia bermaksud untuk menyampaikan perihal tumpukan pasir yang ada di ujung Gang Semangka. Tumpukan pasir dua truk engkel yang dipermasalahkan warga kompleks Puspa Indah tersebut adalah milik perusahaannya. Sebagai direktur PT Jayadenta, Jonatan merasa bertanggung jawab atas onggokan pasir yang menumpuk di Gang Semangka. Pak Jonatan merasa perlu melakukan cek dan ricek di lapangan sekaligus ingin mengetahui apakah Edy Kepo selama ini sudah menjalankan tugas dengan benar. Edy Kepo sebagai karyawan beberapa hari silam sempat mengajukan permohonan sejumlah dana untuk mengisi kas RT 10 Perum Puspa Indah. Ada rasa tidak enak, atau lebih tepatnya kecurigaan pada diri Pak Jonatan, karena Edy Kepo sudah beberapa hari tidak masuk kantor dan tidak memberi keterangan apa pun. Diketahui Edy Kepo yang diserahi tanggung jawab untuk melansir pasir, beberapa waktu yang lalu sempat menyampaikan pada Pak Jonatan, katanya Ketua RT 10 pernah meminta sejumlah uang untuk mengisi kas RT, sebagai ganti rugi atau sewa tempat yang dipergunakan untuk menumpuk pasir.

Pak Jonatan merasa perlu untuk menemui Pak Yanto secara langsung, guna mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Pak Jonatan didampingi sopir pribadinya, pagi itu sekitar pukul 09.45 menuju rumah Pak Yanto. Tapi sayang sekali Pak Jonatan kembali pulang dengan tangan hampa, karena pagi itu Pak Yanto sedang ada perjalanan dinas ke Surakarta. Sedangkan menurut tetangganya, istri Pak Yanto baru saja pergi ke pasar. Tidak putus asa Pak Jonatan pada hari berikutnya kembali ke rumah Pak Yanto. Bila pada waktu pertama datang di pagi hari, maka untuk hari kedua dirinya datang pada waktu malam. Meskipun telah mengubah strategi, Pak Jonatan tetap belum berhasil menemui Pak Yanto karena yang bersangkutan belum pulang dari perjalanan dinasnya. Pak Jonatan kemudian meminta nomor ponsel Pak Yanto kepada istrinya agar bisa berkomunikasi.

Setelah bicara panjang lebar melalui sambungan ponsel Pak Jonatan dan Pak Yanto akhirnya sepakat untuk bertemu di sebuah rumah makan pada keesokan harinya. Pertemuan antara Ketua RT dengan seorang kontraktor itu awalnya sempat canggung karena keduanya belum saling mengenal. Pak Jonatan menyampaikan maksud kedatangannya, yang ada sangkut pautnya dengan masalah pasir. Secara terus terang Pak Jonatan menyampaikan bahwa, pasir yang menumpuk di Gang Semangka itu adalah miliknya. Menurut Pak Jona, panggilan sehari-hari Pak Jonatan, pasir itu semula akan dibongkar di proyek tempat di mana Pak Jonatan membangun saluran air. Tetapi karena waktunya sudah larut malam, sementara itu jalan menuju proyek telah ditutup sehingga dengan terpaksa pasir dibongkar di wilayah RT 10 Perum Puspa Indah. Menurut Edy Kepo, salah seorang karyawannya ada lahan kosong di RT 10 yang bisa digunakan untuk menurunkan pasir. Menurut Edy Kepo, kakak iparnya yang bernama Pak Kasirun pasti bisa membantu.

Dalam kesempatan tersebut Pak Jonatan memohon maaf kepada warga Kompleks melalui Pak Yanto sebagai ketua RT. Bagi Pak Yanto dirinya tidak keberatan untuk memberikan maaf, namun kenapa bongkaran pasir itu belum juga segera diangkut dari tempatnya setelah sekian lama. Pak Yanto meminta agar masalah pasir segera dibereskan, dan pihaknya memberi waktu sehari untuk menyelesaikannya.

“Saya memberi waktu satu hari, agar Pak Jonatan membereskan masalah pasir tersebut. Sebab sudah terhitung tiga pekan pasir itu menumpuk dan mengganggu lalu lintas warga kami, utamanya para jamaah yang mau beribadah ke masjid,” pinta Pak Yanto dengan tegas. Pak Yanto pun sempat mengutarakan, beberapa waktu yang lalu dirinya pernah didatangi oleh sekelompok ibu-ibu yang melakukan protes tentang keberadaan tumpukan pasir di Gang Semangka.

Atas teguran Pak RT ternyata Pak Jonatan memberikan jawaban di luar dugaan, yang sebelumnya tak pernah terpikirkan oleh Pak Yanto. Pak Jonatan sempat menanyakan apakah selama ini pernah ditemui oleh Edy Kepo sebagai karyawannya. Merasa belum pernah ada perwakilan dari PT Jayadenta, Pak Yanto justru balik bertanya, “Sebenarnya Edy Kepo itu siapa? Selama ini saya belum pernah ditemui saudara Edy. Beberapa hari yang lalu saya pernah mendapat laporan dari warga saya yang mengatakan bahwa Edy Kepo yang menumpuk pasir di ujung Gang Semangka. Tapi hingga detik ini Edy Kepo belum pernah menemui saya, dan saya selama ini memang sedang mencari-carinya!”

Pak Yanto kelihatan kesal. Dari keterangan Pak Yanto akhirnya Pak Jonatan mengerti ternyata selama ini Edy Kepo berlaku tidak jujur. Sejumlah uang yang diminta Edy Kepo untuk mengisi kas RT 10 belum juga diserahkan. Bahkan belakangan ini, sudah beberapa hari Edy Kepo juga tidak masuk kantor. “Kurang ajar sekali, Edy Kepo benar-benar menyelewengkan uang pasir untuk kepentingan pribadinya.” Rutuk Bos Kontraktor itu dalam hati. Pak Jonatan kelihatan geram setelah mengetahui fakta tentang Edy Kepo dari Pak RT Yanto.

Tidak ingin masalahnya melebar ke mana-mana yang bisa memperburuk citra PT Jayadenta yang dipimpinnya, Pak Jonatan berfikir praktis. Agar tidak menimbulkan masalah baru, saat itu juga Pak Jonatan menyerahkan dua truk pasir itu kepada Pak Yanto. Semoga pasir tersebut bisa dimanfaatkan untuk kepentingan warga Perumahan Puspa Indah.

“Dari pada kami angkut dua truk pasir itu dan menghabiskan waktu, lebih baik kami serahkan untuk kepentingan warga Kompleks, semoga bermanfaat untuk warga,” ujar Pak Jonatan dengan ikhlas. Pihaknya juga menyerahkan sejumlah uang untuk mengisi kas RT.

Atas keikhlasan, ketulusan dan kebaikan hati Pak Jonatan, Pak Yanto pun meminta maaf bila ucapannya di awal dianggap menyinggung perasaan. Pak Jonatan pun bisa memakluminya. Pak Yanto berjanji akan memanfaatkan pasir tersebut dengan baik, utamanya untuk memperbaiki gorong-gorong di wilayah Perumahan Puspa Indah. “Semoga pasir Pak Jonatan menjadi berkah. Kami mewakili warga menyampaikan banyak terima kasih!” ujar Pak Yanto dengan perasan lega. Keduanya pun melanjutkan makan dengan penuh rasa persaudaraan. Pak Yanto bisa pulang ke rumahnya dengan gagah karena masalahnya bisa diselesaikan dengan baik. Justru warga Perumahan Puspa Indah kali ini menang banyak.***

Bionarasi:
Warsit MR, lahir di Gunung Kidul DI Yogyakarta. Belajar di SPSA Tarakanita Jogja. Merantau dan kerja di Lampung selama lima tahun. Mengenyam pendidikan di UNILA Lampung, S1 IKIP Negeri Semarang. Mengajar SMP-SMA di Semarang, mengelola PAUD selama lima tahun. Agen asuransi pernah menjabat Kepala Distrik di Kudus. Wartawan Koran Dialog, Wartawan Majalah Kampus Indonesia, Wartawan Tabloid Kontak di Jawa Tengah serta Wartawan majalah Info Koperasi. Saat ini menjadi anggota Satupena Jawa Tengah. Hobi olahraga tenis lapangan, E-mail: warsitsri@mail.com