Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Fitnah Cinta

February 14, 2025 14:31
IMG-20250214-WA0101

Ilustrasi : Meta AI/ Rizal Pandiya
Cerpen Minang Pinto Janir

HATIPENA.COM – “Apo juo nan kau sasa i lai. Kau nan mamilih inyo dahulu mah. Laki kau tu pilihan kau. Bantuak urang nan indak ka dapek dilarai bagai. Takana juo dek amak dulu, baralah ka buruak e rarau kau dilarang bapacar-pacar jo si Tungau tu. Kini tangguang lah dek kau surang. Kan lah tahu kau tu buruak parangai si Tungau kalera tu….! Kini, apo nan kau tangihan?”

Tangih Erni makin jatuh berderai-derai. Ia terngungu. Tidak pernah ia menyangka perlakuan Uda Ris akan begini jadinya. Dulu masa pacaran Amak Erni sudah mengingatkan Erni, ijan bapacar juo jo si Rih tu lai. Inyo baradik kakak jo tungau tu mah, pamantak. Lai adoh anak gadih urang nan tacilak, nyo pantak mah cando tungau menggigit. Nyo tinggakan jajak, urang bangkak, urang manggawik, inyo cigin.

Kajadian tadi pagi tak ubahnyo bantuak pilem sinetron. Sadang lamak-lamak Erni manyapu di rumah kontrakannyo, datang tibo-tibo padusi hamil mudo.

“Maaf Uni….”, inyo lansuang sujuik ka kaki Erni….”Awak alah salah ka Uni. Iko…ha….,” katanya sambil menunjuk ke perutnya yang buncit: ” ulah uda Iris mah……”

Mandanga nan tun raso ka rarak bumi dipijak, raso ka taban langik dijunjuang. Namuah terbit suga Erni dibuatnya. Mau rasanya Erni menjujut atau menggerumas padusi di depannya ini.Tapi apa hendak di kata, padusi itu mangecek terhiba-hiba.

“Kok ka uni pangaan awak…panga an lah. Awak iyo salah…,” padusi tu maratok-ratok. Harusnya Erni yang mestinya maratok.

Mandanga ratok sakareh antah tu, keluar molah si Ris.

“Ada apa ini…ada apa ini?” kata Da Ris. Tak mampu Erni berkata-kata. Ia hanya menunjuk ke arah padusi nan manangih di lua…

Mancaliak keluar, Iris takajuik. Samantaro, Erni lansuang masuak kamar. Inyo sibuk mangamehan pakaiannyo di lamari. Nyo masuak an ka dalam tas. Tidak ia sangka, alun cukuik satahun pernikahan mereka, Iris sudah berulah pula rupanya.

“Erni…..Erni….tunggu !” tangan Da Iris berusaha memegang tangan Erni yang hendak bergegas pergi dengan tas di tangan. Erni langsung menepiskan tangan Iris dengan keras tanpa air mata.

“Uda urus saja wanita ini,” kata Erni sambil menunjuk wanita nan masih tersimpuh menangis di beranda rumah kontrakan mereka.

“Erni…tunggu…jangan lekas menduga. Apa yang Erni lihat tidak seperti apa yang terjadi….”

Lalu Erni membalikkan badannya. “Apa? Masih juga uda membela diri. Masih juga uda bisa mangecek apa yang tampak tak seperti apa yang terjadi? Tidak…..uda… sudah hamil anak orang Uda buat !” ujar Erni yang diam-diam tak mampu menyurukkan air mata.

“Bersyukurlah Erni. Itu tanda Tuhan masih sayang sama kamu Nak…masih untung kau belum punya anak,” lamunan Erni disintakkan amak yang dengan lembut memeluk Erni.

“Amak…..amak…. amak….!” tangis Erni pacah dalam pelukan amaknya itu.

Tapi apakah kita tahu, apa yang sebenarnya terjadi? Sepeninggal Erni, Ris mengamuk ke padusi yang mengaku hamil olehnya itu.

“Kau sudah memfitnah saya Ros…Kau hancurkan keluarga saya…!”

“Tapi, kau juga telah menghancurkan hati saya ini Ris? Dulu kau berjanji akan menikahi saya. Berjanji cinta sehidup semati denganku, tapi kau memilih Erni. Hati saya sakit kini. Apa pun akan saya lakukan untuk menghancurkanmu !”

“Saya tidak suka padamu karena kau wanita yang tak bisa dipercaya. Kau yang hancurkan hubungan cinta kita dahulu. Di belakangku, kau main dengan si Naih….”

“Tapi….aku kan sudah minta maaf. Aku kilaf…..!”

“Sudah, saya akan laporkan kau ke polisi!”

“Laporkan saja. Bagi saya tidak apa-apa masuk penjara, asal kau hancur!” wanita pacar lama Ris itu tampaknya tak takut digertak Ris.

-0-

Sudah seminggu kejadian itu berlalu. Ris tak pula berupaya menurut Erni ke rumah Amaknya. Tak pula berusaha menjelaskan apa kejadian yang sesungguhnya. Dia benci pada Erni. Benci karena Erni tak memberi kesempatan padanya untuk menjelaskan. Tapi, di balik itu semua, Ris juga sangat rindu pada istrinya. Ia biarkan persoalan ini menggenang hingga bertahun-tahun kejadian itu berlalu.

Sebulan sejak kejadian itu Ris merantau ke Jakarta. Ia berdagang. Ia mulai dari bawah. Dari pedagang kaki lima, hingga menjadi pedagang besar. Ia mendapat kepercayaan langsung dari sebuah pabrik mobil dari Jepang untuk menjadi distributor resmi merek mobil baru itu. Untuk Indonesia, Ris yang memasarkan mobil itu. Cabangnya berada di berbagai kota di Indonesia.

Tapi, Ris sengaja menyurukkan identitasnya.Sengaja menyuruk dari orang-orang kampungnya. Sengaja bagaikan batu dilempar ke lautan.

Talak otomatisnya sudah jatuh kepada Erni, begitu Ris tak berkabar berita sejak berbulan-bulan hingga bertahun berlalu. Namun Ris tak pernah menyampaikan kata cerai pada Erni. Hingga kini. Oleh keluarganya, Erni sudah diperlakikan pula dengan Toni, Spd, guru honor sebuah SD di kampung mereka. Toni dan Erni sudah memiliki tiga anak.

Dengan kesuksesan seperti ini, bagi Ris sebenarnya gampang mencari bini. Bahkan yang bentuknya seperti bintang sinetron, mudah saja bagi Ris itu. Namun, itu tak dilakukan Ris. Karena cinta dan rindu Ris hanya pada Erni seorang. Sampai kini, cinta Ris pada Erni tak pernah mati.

Ris memang berwajah ganteng. Ia anak orang miskin. Banyak orang yang iri pada Ris. Dan ia tahu, ia sampai digelari oleh orang-orang yang iri dengan sebutan Ris Tungau. Bukan Ris yang sebenarnya menjadi Tungau, tapi adalah para wanita-wanita yang tergila-gila pada Ris dan tak pernah dilayani Ris. Wanita itu sakit hati, lalu memburuk-burukkan nama Ris.

Akan wanita yang pernah mengaku di depan Erni bahwa Ris telah menghamilinya, adalah si Ros. Ros dan Ris memang menjalin hubungan cinta. Tapi Ros mengkhianati Ris. Ia berselingkuh dengan si Naih anak toke bareh rang kampuang sebelah. Ris memutuskan Ros. Lalu, Ris bertemu Erni hingga akhirnya mereka sepakat nikah.

Namun tanpa diduga, Ros menghancurkannya. Konyolnya, Erni dan keluarganya juga percaya. Mengapa Ris tak membela diri waktu itu? Karena Ris yakin, tak akan ada orang yang akan memercayai omongannya.

Padahal juga, setahun memperistri Erni, Ris sudah mampu menabungkan uangnya untuk membeli rumah sederhana. Waktu itu Ris kerja di showroom jual beli mobil. Sejak nikah rasaki Ris terus menanjak. Banyak mobil yang laku di tangannya. Komisinya itu yang ia kumpul-kumpulkan sehingga cukup membeli rumah sederhana.

Ris juga tidak menyalahi Ros.Ia juga memaklumi perangai Ros. Kalau pun ia marah berlebihan kepada Ros, Ris juga tak sampai hati karena bagaimana pun juga Ris pernah sangat menyayangi Ros sebelum Ros mengkhianatinya.

Padahal, besoknya dari kejadian itu adalah hari Ulang tahun Erni. Hari itu Ris ingin benar menyerahkan seluruh uangnya sebagai kado untuk Erni. Dan hari itu Ris sudah menjanjikan kepada sebuah pengembang untuk melakukan akad jual beli rumah.

Semua itu jadi buyar. Buyar. Akhirnya, sebagian besar uang yang tertabung itu diserahkan Ris ke pengurus yayasan Rumah Panti Asuhan untuk membangun beberapa kamar tambahan.

“Mohon rahasiakan nama saya. Gunakan uang ini untuk menambah jumlah kamar,” begitu kata Ris kepada pengurus yayasan.

Begitu rapinya Ris menyimpan rahasia kesuksesannya di Jakarta pada orang kampungnya. Kepada ibunya, kepada adik-adiknya; Ris memang sengaja tak pernah berkirim kabar berita, selain berkirim uang sekadarnya. Dan tak satu pun orang kampuangnya yang dapat mencium aroma kesuksesan Ris sebagai pengusaha dan pedagang besar, kecuali Jal Cutaik.

Ris dan Jal Cutaik bertemu di Pasar Senin Jakarta. Jal pedagang kaki lima penjual kaca mata. Jal Cutaik adolah kawan sama besar Ris di kampuang. Jal Cutaik yang paling acap membela kalau Ris dipojokkan orang. Ris menjadikan jal sebagai direktur keuangan di perusahaan Ris. Komitmen mereka, Jal harus menyimpan rahasia sukses Ris kepada orang kampung. Satu yang tak terahasiakan oleh Ris kepada Jal yakni tentang kejadian masa silam bersama Erni dan Ros si penghancur rumah tangga Ris.
Kepada Jal, Ris juga bertutur segalanya tentang cintanya yang amat sangat pada Erni, hingga kini.

Hari ini Ris pulang kampung untuk pertama kalinya. Hari ini ia tetapkan sebagai hari untuk membahagiakan ibunya.

“Begitulah Bu…….!” kata Ris mengakhiri pembicaraannya dengan ibunya di ruang tamu rumah tua mereka yang sangat sederhana. Tampak air mata ibu jatuh. Air mata kebahagiaan.
Tadi Ris katakan pada ibu, bahwa Ris akan membeli tanah di lokasi yang paling bagus di kampungnya ini. Ris tak mau membangun di tanah di rumah tuanya ini. Bagi Ris, rumah ini adalah sebuah kenangan.
“Rumah ini kita rehab saja Bu. Ris akan bikinkan ibu rumah paling bagus di kampung ini. Bulan depan Ibu dan adik-adik Ris harus pergi umroh,” ujar Ris.tak bisa ibunya berkata-kata. Ibunya mendengar seperti cerita dongeng.

Kabar kepulangan Ris memang bikin heboh orang sekampung. Orang heboh lantaran Ris terdengar sudah membeli tanah di simpang dekat panorama di tepi jalan milik Wak Dulah. Orang kampung sudah mendengar juga kalau Ris akan membangun rumah megah dan mewah untuk ibunya.

“Kambuik si Ris tu. Sudah nyo hamili si Ros, inyo cigin. Si Erni nan bininyo tu inyo tinggakan. Dasar Ris Tungau tak batangguanng jawab!” kata Dar Colak mambukak kato di lapau.

“Iyo, paja kalera tu. Bunyi kaba inyo sukses bana babisnis rumah pelacuran jo diskotik di Jakarta,” ujar Ijun Lebeh.

“Patuiklah inyo rasiokannyo di dima jo ba-a inyo di Jakarta. Kalau wak tahu, tantu taturuik dek awak inyo..malu barangko…bisnis e rupo e…bisnis lonte….hahahahahahaha…pitih haram nannyo baok ka kampuang. Jan-jan rumah mewah nan nyo buek tu nyo jadikan pulo sebagai rumah poyok. Kalau itu tajadi, cilako kampuang kito dek ulah si Rih Tungau ko…Harus lakeh awak mausia si Rih ko….”, solo Imeh Bano.

“Bana…tu…bana tu….!” sambut Ijun Lebeh.

“Oih caliak tu ha, si Ris mahenggak-henggak kamari. Nyo tampak bajalan jo konco e, si Jal…..” bisik Imeh. Si Jal ko terkenal sebagai urang bagak. Wakatu di kampuang, Jal main lapia saja. Segan orang ke si Jal.

Katikok si Ris jo si Jal masuak ka lapau, barabuik lo preman lapau ko manjawek tangan si Ris jo si Jal.
-0-

Tanpa di sengaja, Ris terperogok dengan Erni di simpang sebelum Pakan Raba-a. Mereka sama-sama terpaku.Dan sama-sama tak sanggup menyembunyikan betapa kerasnya debar rindu di dada. Erni menunduk. Ia tak mampu menatap mata Ris lebih lama-lama. Tapi, Ris menjulurkan tangannya.

“Bagaimana kabarmu Erni?”
“Alhamdulillah…lai baik-baik sajo Da.Uda ba-a?” pelan dan lirih sekali Erni berkata.

“Ya, seperti inilah…..”

Dari jauh tampak Ijun dan Idar Colak.

“Hoi Dar, si Erni basalingkuh jo si Ris. Awak agiah tahu capek si Toni laki si Erni!”

Tampak Dar jo Jun Lebeh bergegas menuju ke sekolah tempat Toni mengajar yang tak berapa jauh dari pasar itu.

Dan saat itu, di ujung simpang itu, Ris dan Erni masih saling terpaku. Ris tak bisa menyembunyikan perasaannya, bahwa ia masih mencintai Erni. Tak pernah ada di mulutnya meluncur kata putus atau kata cerai. Dan jauh di lubuk hati Erni yang paling dalam, Erni juga masih mencintai Ris. Ia masih sering merindukan Ris sekali pun ia sudah menjadi istri Toni. Erni menerima lamaran Toni karena dipaksa oleh amak dan mamaknya.

“Kini ko, kau harus patuh ka kami. Kau harus tarimo si Toni. Jan kau banyak carito,” kata Mamak Erni.

“Tapi….Mak…!”

“Tapi…tapi apo juo dek kau lai ko ha. Lah labiah duo tahun si Tungau indak bakaba barito, aratinyo, lah jatuah talaknyo secaro agamo!” sergah sang Mamak.

Sebenarnya, walau pun luka, Erni ingin menanti Ris. Erni menyesal, mengapa pada kejadian itu ia terlalu terburu-buru meninggalkan Ris dan langsung mengadu ke rumah amaknya. Kala itu, ada hati kecilnya berdetak lain. Tapi, emosinya sudah keburu terpanggang sehingga ia tak sempat menerima penjelasan dari Ris…..

“Erni…..!” Ris mengejutkan ketermenungan Erni….
“Mengapa Erni menangis?” tanya Ris. Dan dari jauh tampak Toni bergegas-gegas ke arah mereka.

“Itu suami Erni? Kenalkanlah ia nanti ke uda….ya!”

Belum sempat Erni mengangguk, seperti kilat Toni sudah ada di hadapan mereka berdua.

“Berselingkuh kalian ya….!”

Dengan cepat Toni mencabut pisau yang terselat di pinggangnya. Ia tikamkan dalam-dalam ke dada Ris. Pisau terpancang. Ris tak sempat berkata-kata. Ia tersungkur dengan baju bersimbah darah. Erni meratap dan menangis histeris.

Orang berkerumun.

Dikabarkan, Ris meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Tak lama kemudian polisi menangkap Toni.

Besoknya Ris dimakamkan.

-0-
Ibu, adik-adik dan seluruh sanak saudara Ris benar-benar berada dalam duka dan air mata yang tak teduh-teduhnya.

Kuburan Ris nan sirah penuh bertabur bunga. Banyak karangan bunga tiba dari berbagai cabang perusahaannya yang teersebar di berbagai kota. Dalam sehari itu, menjelang Ris dikuburkan, banyak pelayat berdatangan, terutama anak-anak buah Ris dari berbagai kota.

Di situlah orang sekampung tahu kalau Ris adalah pengusaha dan distributor mobil termasuk sukses di Indonesia.

“Sudahlah Erni, kita pulang… relakan Ris!” ujar Jal yang melihat Erni seperti enggan meninggalkan kuburan Ris yang basah oleh air mata itu.

Dan Erni makin terpukul ketika Jal menceritakan apa dan bagaimana dengan Ris. Termasuk juga, zal ceritakan soal si Ros. Soal kado ulang tahun untuk Erni dan lain sebagainya.

“Maafkan Erni…Uda……..!”

“Erni, hari sudah senja…mari kita pulang. Kita doakan saja,
semoga Ris damai di sisiNya….!” kata Jal yang tak dihiraukan Erni.

Erni tak mau beranjak. Tubuhnya serasa membeku. Ia tersungkur menahan sedih di sisi kuburan Ris.

Ia menyesal! (*)

Parakkopi Padang 26 Maret 2017/1.02