Mohammad Medani Bahagianda
(Dalom Putekha Jaya Makhga)
Seri Pahlawan Radin Intan
HATIPENA.COM – Di dataran Lampung yang permai, terhampar hutan-hutan yang luas dan perbukitan yang menjulang di bawah langit biru. Di tanah itu, sejak zaman dahulu, hiduplah para raja dan pahlawan yang dikenal dengan keberanian dan kebijaksanaan mereka.
Salah satu sosok yang namanya masih dikenang sepanjang masa adalah Radin Intan, putra dari keluarga bangsawan yang gagah berani, dan seorang pahlawan yang mengorbankan dirinya untuk kebebasan rakyatnya.
Radin Intan lahir di wilayah Keratuan Darah Putih, sebuah kerajaan kecil di pesisir Lampung. Ayahnya, Radin Imba II, adalah seorang pemimpin yang disegani, dikenal atas keberaniannya dalam memimpin perlawanan melawan penjajah yang mulai merambah tanah Lampung.
Keluarga Radin berasal dari garis keturunan bangsawan Lampung yang kuat, namun mereka bukan hanya pemimpin dalam darah, tetapi juga penjaga tanah dan tradisi Lampung yang sudah diwariskan turun temurun.
Sejak kecil, Radin Intan dikenal cerdas dan memiliki jiwa kepemimpinan.
Ia belajar banyak tentang seni berperang, strategi, dan diplomasi dari ayahnya, serta menimba kebijaksanaan dari para tetua kerajaan. Namun, Radin Intan tidak pernah memandang rendah rakyatnya.
Sejak usia muda, ia sering mengunjungi desa-desa di sekitar kerajaan, berbicara dengan para petani, nelayan, dan rakyat biasa untuk memahami kehidupan mereka.
Inilah yang membuatnya disayangi oleh rakyat, bahkan sebelum ia diangkat menjadi pemimpin.
Pada masa itu, Nusantara tengah dalam cengkeraman kekuatan penjajah asing.
Di bawah bendera Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang kemudian menjadi pemerintah kolonial Hindia Belanda, para penjajah berusaha memperluas kekuasaan mereka ke seluruh wilayah Lampung.
Mereka memaksakan aturan yang keras, merampas tanah rakyat, dan memungut pajak yang tidak adil, sehingga membuat kehidupan rakyat semakin menderita.
Radin Intan yang saat itu sudah menggantikan ayahnya sebagai pemimpin, tidak tinggal diam. Melihat penderitaan rakyat, ia mengumpulkan para pemimpin suku, prajurit, dan rakyat yang masih setia kepada kemerdekaan. Ia membentuk aliansi antara kerajaan-kerajaan kecil di Lampung, mengajak mereka untuk bersatu melawan penjajahan.
Radin Intan mengerti bahwa kekuatan mereka akan lebih besar jika mereka bersatu, meskipun penjajah memiliki senjata yang lebih canggih dan pasukan yang terlatih.
Dengan penuh keyakinan, Radin Intan mulai mengorganisir serangkaian serangan gerilya. Ia memanfaatkan medan Lampung yang penuh dengan hutan lebat dan perbukitan untuk menyusun taktik perang yang cerdik.
Pasukannya menyerang pos-pos Belanda, menghancurkan logistik musuh, dan memutuskan jalur komunikasi mereka. Taktik gerilya yang digunakan Radin Intan membuat pasukan Belanda kebingungan, karena mereka tidak pernah tahu di mana dan kapan serangan akan datang.
Namun, bukan hanya kekuatan fisik yang membuat Radin Intan disegani, tetapi juga kecerdasannya dalam berdiplomasi. Ia berhasil mendapatkan dukungan dari beberapa kerajaan tetangga di Sumatra, yang ikut memberikan pasukan dan persenjataan untuk membantu perlawanan Lampung.
Salah satu pertempuran yang paling diingat dalam sejarah perjuangan Radin Intan adalah Pertempuran di Hutan Way Sekampung. Saat itu, pasukan Belanda yang dipimpin oleh seorang komandan bernama Van Der Velde datang dengan kekuatan besar, bertekad untuk menangkap Radin Intan dan menghancurkan basis perlawanan Lampung. Mereka yakin bisa menaklukkan Radin Intan dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar dan persenjataan modern.
Namun, Radin Intan sudah menyiapkan jebakan di dalam hutan. Ia memanfaatkan pengetahuan mendalam tentang medan perang dan menempatkan prajuritnya di titik-titik tersembunyi. Pasukan Belanda yang terlalu percaya diri mulai masuk ke dalam hutan tanpa menyadari ancaman yang menunggu mereka.
Ketika pasukan Belanda memasuki wilayah yang sempit dan terjepit di antara bukit-bukit, Radin Intan memerintahkan serangan mendadak. Para prajurit Lampung yang bersembunyi di balik pepohonan dan semak-semak langsung meluncurkan serangan panah, tombak, dan senjata tradisional. Ledakan suara perang memenuhi hutan, dan pasukan Belanda terjebak dalam kekacauan. Mereka yang mencoba melarikan diri malah tersesat dalam belantara yang gelap dan asing bagi mereka.
Meskipun pertempuran berlangsung sengit, Radin Intan sadar bahwa ia tidak bisa bertahan selamanya. Meskipun pasukannya berhasil memukul mundur Belanda dalam banyak kesempatan, jumlah musuh yang terus bertambah mulai menguras kekuatan pasukan perlawanan. Radin Intan akhirnya membuat keputusan yang sulit.
Ia memerintahkan sebagian pasukannya untuk mundur dan menyelamatkan diri, sementara ia sendiri tetap tinggal untuk memberikan waktu bagi mereka melarikan diri.
Dalam pertempuran terakhirnya, Radin Intan bertarung dengan gagah berani melawan pasukan Belanda. Meski dikepung, ia tidak menyerah. Dengan kekuatan yang tersisa, ia melawan hingga napas terakhir.
Legenda menyebutkan bahwa sebelum ia gugur, langit di atas hutan Way Sekampung berubah menjadi gelap, seolah alam ikut berkabung atas kepergian seorang pahlawan besar.
Kabar kematian Radin Intan segera menyebar ke seluruh Lampung dan wilayah sekitarnya. Rakyat Lampung berduka, tetapi mereka juga merasa bangga karena telah memiliki seorang pemimpin yang begitu gagah berani. Meskipun Radin Intan gugur, semangat perjuangan yang ia tinggalkan tetap hidup di hati rakyatnya.
Setelah kematiannya, perjuangan melawan penjajah terus berlanjut, hingga akhirnya tanah Lampung bisa meraih kebebasannya. Radin Intan menjadi simbol perlawanan, keberanian, dan cinta terhadap tanah air.
Namanya diabadikan dalam banyak tempat dan kisah. Salah satu yang paling terkenal adalah Bandar Udara Radin Inten II di Lampung, yang diambil dari nama dirinya dan ayahnya.
Rakyat Lampung percaya bahwa jiwa Radin Intan tidak pernah benar-benar pergi. Ia hidup dalam setiap langkah perjuangan untuk kebebasan, setiap teriakan perlawanan, dan setiap tetes keringat yang dicurahkan untuk membela tanah air. (*)