Oleh : A.Yudi & M.Taufik
Alumnus Gudep 211 SMPN 1 Bangil 1983
HATIPENA.COM – Di tengah semangat remaja SMP Negeri 1 Bangil, nama A. Yudi mulai mengukir jejaknya. Berawal dari Gudep 211, salah satu gudep favorit di Kabupaten Pasuruan, ia memasuki dunia kepanduan yang penuh makna.
Awal Perjalanan: Karnaval Minang dan Tanggung Jawab
Kisahnya dimulai dengan mengikuti lomba pramuka di Taman Bahagia Kersikan, Bangil. Saat itu, Yudi mengenakan pakaian adat Minang dalam karnaval budaya. Sebuah pengalaman pertama yang menyisakan kesan mendalam. Namun, nilai sejati seorang pramuka ia peroleh bukan dari lomba, melainkan ketika seorang adik kelas terjatuh dan mengalami tangan terkilir.
Selama empat minggu berturut-turut, Yudi mengunjungi rumah sang adik kelas sebagai bentuk tanggung jawab moral. Ia belajar bahwa seorang pemimpin sejati tidak meninggalkan anggotanya, sebagaimana pesan Al-Qur’an:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa…”
(QS. Al-Ma’idah [5]: 2)
Imam al-Qurthubi menafsirkan ayat ini sebagai perintah untuk saling mendukung dalam amal baik dan bentuk solidaritas sosial yang konkret, bukan hanya retorika.
Di SMA: Hening Tapi Tak Mati
Masa SMA tidak membuat Yudi terlalu aktif di Pramuka. Namun, semangat kepramukaan dalam dirinya belum padam. Ia terus melangkah dengan disiplin dan integritas yang ia pelajari sejak SMP. Pramuka bukan lagi kegiatan, tapi karakter yang melekat.
Jambore Nasional: Seragam Pramuka, Jiwa Transportasi
Kesempatan emas datang saat Jambore Nasional di Cibubur. Yudi terlibat sebagai peserta dari Taruna Akademik Lalu Lintas, bertanggung jawab dalam bidang transportasi. Meski tidak mewakili Pramuka secara resmi, ia tetap berseragam pramuka, menunjukkan jati dirinya. Ia menjadi bagian dari sistem yang memastikan ribuan peserta terlayani dengan baik. Dalam diam, ia menunjukkan bahwa “mengabdi itu tak perlu sorotan”.
Tugas Suci: Petugas Haji dan Pramuka dalam Satu Napas
Puncaknya terjadi pada tahun 2013, saat ia dipercaya menjadi petugas haji. Bersama Pak Adyaksa Dault—Ketua Kwartir Nasional Pramuka kala itu—Yudi diberangkatkan ke Tanah Suci. Ia terpilih dari unsur Pramuka dan juga menjalankan tugas perhubungan. Selama hampir 4 bulan, ia menjadi bagian dari garda depan pelayanan jemaah: berangkat paling awal, pulang paling akhir.
Menjadi petugas haji adalah bentuk ibadah tersendiri. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“…dan bersiaplah kamu dengan bekal, karena sebaik-baik bekal adalah takwa…”
(QS. Al-Baqarah [2]: 197)
Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat ini mengajarkan bahwa dalam perjalanan haji, seseorang harus mempersiapkan bekal materi dan spiritual. Dan melayani tamu-tamu Allah—para hujjaj—adalah salah satu bentuk takwa yang sangat tinggi nilainya.
Pandangan Pakar dan Psikologi Pendidikan
Menurut Prof. Djam’an Satori (2020), pendidikan karakter melalui kegiatan lapangan seperti Pramuka memberi ruang tumbuhnya nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kepemimpinan. Sementara itu, psikolog pendidikan internasional seperti Jean Piaget menyebutkan bahwa aktivitas sosial di masa remaja sangat menentukan perkembangan moral dan kognitif seseorang (Crain, Theories of Development, 2011).
Selain itu, menurut Dr. John Wilson (Oxford), kegiatan kepanduan membantu generasi muda memahami pentingnya “moral service” kepada masyarakat, bukan hanya pada tataran simbolik, tetapi dalam tindakan nyata seperti menjadi relawan atau petugas sosial.
Kesimpulan: Jiwa Pengabdian Sejati
A. Yudi mungkin bukan tokoh besar dalam buku sejarah, tetapi kisahnya adalah representasi dari ribuan jiwa yang diam-diam membangun bangsa. Dari Pramuka, ia belajar bukan hanya cara bertahan di alam, tapi bagaimana bertahan pada prinsip: tanggung jawab, kesetiaan, dan pengabdian. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ahmad)
Jejak langkahnya dari Bangil ke Cibubur, hingga ke Tanah Suci, adalah kisah kepahlawanan yang layak menjadi panutan bagi generasi muda hari ini. Karena kadang, kepahlawanan itu bukan soal sorotan, tapi soal kesetiaan terhadap amanah. (*)
#menuliscerpenpramuka Cerpen ke 4: