Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Kader NKRI

March 17, 2025 09:14
IMG_20250317_091310

Cerpen Mulyadi J. Amalik

HATIPENA.COM – Seorang kader partai politik menggebu-gebu berteriak di panggung massa partainya. “Saudara-saudara, pemilihan umum tinggal menghitung hari. Tidak ada pilihan lain kecuali NKRI harga mati! Coblos calon yang NKRI!” teriak Sang Kader. Massa bergemuruh membalasnya: “Coblos NKRI! Hidup calon NKRI!”

Sang Kader ditugaskan oleh pemimpin partainya untuk membina pemilih di sebuah desa. Ia mendatangi setiap rumah calon pemilih dan berpesan agar mencoblos calon yang berjiwa NKRI. Sang Kader ditarget oleh pimpinan partainya untuk mendulang suara di atas 50 persen di desa itu. Hampir setiap hari Sang Kader bergerilya ke rumah-rumah warga desa.

Di sebuah pos keamanan lingkungan, sejumlah warga desa berdiskusi.
“Calon NKRI itu maksudnya apa, ya?” tanya seorang bapak.

Beberapa orang tertawa sebab pertanyaan lugu itu dianggap tak bermutu. Pak Peci pun menjelaskan dengan semangat: “Maksudnya, calon yang memiliki jiwa Negara Kesatuan Republik Indonesia disingkat NKRI! Berjiwa nasionalis, berjiwa NKRI!”

Uraian itu disambut tepuk tangan heroik oleh yang lain sambil berteriak, “Hidup lambang Garuda Pancasila! Hidup bendera Merah Putih! Hidup semboyan Bhinneka Tunggal Ika! Hidup NKRI!”

Tibalah hari pencoblosan dan rakyat sedesa berbondong-bondong ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Prosesi pencoblosan berjalan aman dan lancar hingga selesai.

Saat hari memasuki siang, penghitungan suara pun dimulai oleh petugas pemilu. Sang Kader berharap cemas. Namun, ia memasang raut gembira setiap berjumpa warga desa yang mengenalnya. Ia yakin partainya menang mutlak di desa itu. Kampanyenya pasti berhasil.

Penghitungan suara usai menjelang petang. Ketua TPS mengumumkan bahwa partai pesaing atau lawan dari partai yang dibela Sang Kader menang mutlak.

Berdasarkan surat suara yang tercoblos dari total pemilih yang mencoblos, lebih dari separuh suara terhitung masuk kolom Suara Tidak Sah. Suara yang tidak sah itu semuanya mencoblos sudut kiri atas surat suara yang terdapat lambang burung Garuda Pancasila. Itu adalah lambang Komisi Pemilihan Umum, lembaga penyelenggara pemilu. Lambang itu tentulah mencerminkan NKRI harga mati.[*]