Oleh: Drs.Mochamad Taufik, M.Pd (Guru SD Al Hikmah Surabaya)
#menulis30cerpenromadhon1446H
HATIPENA.COM – Ramadan selalu menghadirkan suasana yang berbeda. Bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang ketenangan jiwa yang sulit dijelaskan dengan logika biasa. Bagi Abdurrahim, mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia, bulan ini terasa lebih istimewa dari sebelumnya. Bukan hanya karena ibadahnya yang makin khusyuk, tetapi juga karena ia mulai memahami “kimia cinta” dalam makna yang lebih luas.
Di masjid kampus, ia sering bertemu dengan Aisyah, seorang mahasiswi farmasi yang aktif di komunitas kajian Islam. Mereka tidak banyak berbicara, hanya sebatas salam atau sesekali berdiskusi di grup kajian ilmiah. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang membuat Abdurrahim merasa berbeda setiap kali melihat Aisyah.
Malam itu, saat sholat tarawih, Abdurrahim merasakan ketenangan luar biasa. Dalam rukuk dan sujudnya, ia merasa ringan, seolah beban dunia menghilang. Otaknya dipenuhi kedamaian, hatinya terasa lapang. “Apakah ini pengaruh puasa?” gumamnya dalam hati.
Sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia, Abdurrahim memahami bahwa saat berpuasa dan beribadah dengan khusyuk, kelenjar pituitari di otak melepaskan hormon endorfin, yang sering disebut sebagai hormon kebahagiaan. Hormon ini mengurangi stres dan menciptakan perasaan damai. Endorfin yang terus dilepaskan akhirnya memicu hormon dopamin, yang meningkatkan fokus dan membuat seseorang lebih mudah mendapatkan hudan (petunjuk) dari Allah.
Namun, bukan hanya itu. Ada satu hormon lagi yang membuat Abdurrahim semakin penasaran: oksitosin, hormon cinta dan kasih sayang. Hormon ini dihasilkan saat seseorang merasa nyaman, tenang, dan terhubung secara emosional dengan orang lain. Tak heran jika di bulan Ramadhan, hubungan antarmanusia terasa lebih hangat dan penuh kasih sayang.
Dan ternyata, bukan hanya hati yang merasakan manfaatnya. Secara ilmiah, saat seseorang beribadah dengan khusyuk, tubuh juga melepaskan kolagen, protein penting yang menjaga elastisitas kulit. Itulah sebabnya mengapa wajah orang yang sering sholat khusyuk tampak lebih bercahaya dan berseri. Selain itu, tubuh juga memproduksi glutation, senyawa kimia antioksidan yang melawan radikal bebas, menjaga kesehatan, dan memperlambat penuaan.
Dengan demikian, bukan hanya cinta yang didapat, tetapi juga kesehatan. Endorfin yang dilepaskan saat puasa dan sholat khusyuk bertindak sebagai analgesik alami, mengurangi rasa sakit tanpa efek samping seperti obat-obatan. Hormon ini juga menurunkan kortisol, hormon penyebab stres yang berkontribusi terhadap hipertensi dan penyakit jantung. Tidak berlebihan jika endorfin disebut sebagai hormon bahagia, bahkan hormon surga, karena mampu menghadirkan kedamaian yang mendalam.
Sore sebelum berbuka, Abdurrahim bertemu dengan Aisyah di perpustakaan kampus. Mereka berbincang tentang kajian ilmiah malam nanti, lalu tiba-tiba Aisyah berkata,
“Kak Abdurrahim, pernah dengar rumus kimia hormon cinta?”
Abdurrahim tersenyum. Sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia, ia tentu tahu bahwa oksitosin memiliki rumus C43H66N12O12S2. Namun, ia ingin tahu ke mana arah pembicaraan ini.
“Aku pernah membaca bahwa oksitosin tidak hanya tentang cinta antara laki-laki dan perempuan, tapi juga tentang kasih sayang dalam persaudaraan, keluarga, dan bahkan hubungan manusia dengan Tuhan. Saat kita beribadah dengan penuh cinta kepada Allah, hormon ini juga dilepaskan. Jadi, cinta itu bukan hanya urusan manusia, tapi juga bagian dari hubungan kita dengan Sang Pencipta.”
Abdurrahim terdiam. Kata-kata Aisyah seakan menyempurnakan teori yang ia pahami. Ia tersenyum. Mungkin benar bahwa yang ia rasakan bukan sekadar reaksi kimia, tapi juga sebuah tanda dari Allah.
Dan di malam Lailatul Qadar yang mereka nanti-nantikan, Abdurrahim berdoa dengan penuh harapan. Bukan hanya agar mendapat petunjuk dari-Nya, tetapi juga agar cinta yang dirasakannya memiliki makna yang lebih luas—cinta yang bukan sekadar hormon, tetapi juga cahaya yang menuntun.
“Ya Allah, jika memang ini bagian dari takdir-Mu, jadikanlah ia cinta yang Kau ridhoi.” (*)