HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Pertemuan di Jabal Rahmah – Kisah Cinta yang Abadi

October 19, 2025 14:29
IMG-20251019-WA0052

Karya : Mochamad Taufik

HATIPENA.COM – Langit senja di padang Arafah berwarna keemasan. Di kejauhan, sebuah bukit batu menjulang anggun — Jabal Rahmah, bukit kasih sayang yang menyimpan kisah paling indah sepanjang masa: pertemuan Nabi Adam AS dan Hawa setelah perpisahan panjang selama empat puluh tahun.

Suatu sore yang sunyi, angin gurun berhembus lembut membawa aroma pasir dan harapan. Di bawah terik mentari, seorang lelaki tegap berjalan dengan langkah tertatih. Jubahnya lusuh, wajahnya letih, namun matanya menyala oleh rindu yang tak pernah padam. Dialah Nabi Adam AS, manusia pertama yang diciptakan Allah, sedang menapaki langkah terakhir dari pencarian cintanya yang hilang.

Setiap langkahnya adalah doa, setiap hembusan napasnya adalah penyesalan.

“Ya Rabb… jika Engkau masih merahmatiku, pertemukanlah aku dengan Hawa, tulang rusukku, separuh jiwaku…”

Di tempat lain, di antara hamparan gurun yang sama, Hawa juga menapaki jalan dengan hati yang penuh doa. Ia telah bertahun-tahun berjalan, dari hutan-hutan lembab di India hingga padang tandus di tanah Arab, mencari sosok yang dulu ia kenal di surga. Tak terhitung berapa kali air matanya jatuh, tapi ia tak pernah berhenti berharap.

“Wahai Tuhanku, jika Engkau berkenan, tunjukkanlah jalan kepadaku menuju Adam. Aku rindu, bukan hanya pada dirinya, tapi pada kasih-Mu yang menyatukan kami.”

Hari demi hari, tahun demi tahun berlalu. Langit menjadi saksi perjalanan dua jiwa yang terpisah karena takdir, tapi disatukan oleh cinta yang suci. Hingga akhirnya, di kaki Jabal Rahmah, takdir itu berpihak.

Adam menatap ke puncak bukit. Dari kejauhan, tampak sosok perempuan berjalan perlahan. Langkahnya gontai, wajahnya lembut, dan air mata mengalir tanpa disadari.

“Hawa… apakah itu engkau?” suara Adam bergetar.

Hawa berhenti. Ia menatap ke arah suara itu, dan tubuhnya gemetar hebat.

“Adam… apakah benar kau yang kupanggil dalam setiap sujudku selama ini?”

Keduanya berlari. Pasir berterbangan, air mata jatuh bersamaan. Dan di bawah langit Arafah, setelah empat puluh tahun berpisah, mereka akhirnya berpelukan — bukan karena dunia, tapi karena cinta yang diberkahi oleh Allah.

“Wahai Adam,” bisik Hawa lirih, “aku tidak pernah berhenti mencintaimu.”
“Dan aku,” jawab Adam dengan air mata menetes di pipi, “tidak pernah berhenti mencarimu.”

Malaikat-malaikat turun membawa kabar gembira. Langit bersenandung memuji kebesaran Allah. Bukit itu kemudian dikenal sebagai Jabal Rahmah, tempat kasih sayang abadi dua insan pertama kembali bertemu.

Adam menatap Hawa dengan senyum penuh makna.

“Kita jatuh bukan karena kebencian, tapi agar manusia tahu bahwa cinta sejati selalu berujung pada pengampunan.”

Hawa menunduk, memegang tangan Adam erat-erat.

“Dan agar dunia tahu, bahwa kasih yang dibangun atas nama Allah, tak akan pernah punah.”

Sejak hari itu, setiap batu di Jabal Rahmah menjadi saksi cinta yang tak lekang oleh waktu. Setiap jamaah haji yang berdiri di sana akan mengenang pertemuan itu — bukan sekadar kisah dua insan, tapi pesan bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalannya, meski terpisah oleh jarak, waktu, dan ujian yang panjang.

Langit Arafah pun bersaksi. Di tempat itu, cinta pertama manusia lahir kembali — di puncak Jabal Rahmah, bukit yang menandai bahwa kasih sejati selalu berujung pada rahmat. (*)