Cerpen Drs. Mochamad Taufik, M.Pd (Guru SD Al Hikmah Surabaya)
#menulis30cerpenramadan1446H Cerpen ke-27
HATIPENA.COM – Malam itu, angin bertiup lembut menyusuri lorong-lorong asrama Pondok Pesantren Singa Putih Munfaridin (SPM). Bulan bersinar terang, seakan menjadi saksi bisu atas mimpi-mimpi besar yang tengah dirajut oleh para santri. Salah satunya adalah Alif, seorang santri yang baru empat tahun menuntut ilmu di pondok ini.
Di dalam kamarnya yang sederhana, Alif menatap piala perak yang baru saja diterimanya. Runner Up Kompetisi Myres Nasional 2020—sebuah prestasi yang membanggakan, tetapi di hatinya, ia merasa belum cukup. “Ini baru awal,” gumamnya. “Aku harus menjadi pemimpin dunia, seperti yang dicita-citakan pondok ini.”
Mimpi di Balik Gerbang Pesantren
Alif tidak sendiri. Ada Fathir yang bermimpi menjadi seorang ulama kelas dunia, ada Nadya yang ingin menjadi konglomerat muslim yang membangun ekonomi umat, dan ada Zaid yang bercita-cita menjadi pemikir besar yang gagasannya diakui di seluruh dunia.
Setiap hari, mereka digembleng dengan ilmu agama yang kokoh, sains yang maju, dan karakter yang tangguh. Tidak ada kata menyerah di kamus para santri Singa Putih.
“Kita ini Singa! Dan singa tidak pernah takut berburu di hutan mana pun!” seru Ustaz Fadli saat membimbing mereka.
Suatu hari, sebuah kompetisi debat internasional diumumkan. Ajang ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai negara. Alif dan kawan-kawan merasa ini adalah kesempatan emas. Dengan tekad baja, mereka mendaftarkan diri.
Latihan mereka tidak main-main. Setiap subuh, mereka sudah membaca literatur dalam bahasa Arab dan Inggris. Malamnya, mereka berlatih berargumen dengan dalil yang kokoh.
“Jika kita ingin menjadi pemimpin dunia, maka kita harus berpikir seperti pemimpin dunia!” ujar Nadya penuh semangat.
Bermimpi Itu Wajib, Tapi Bertindak Itu Keharusan!
Mungkin kalian pernah mendengar orang berkata, “Mimpilah setinggi langit!” Tapi ingat, langit tidak bisa digapai hanya dengan menatapnya. Langit hanya bisa dicapai dengan terbang!
Jika kalian ingin menjadi pemimpin dunia, mulai sekarang, latihlah kepemimpinan kalian. Jika ingin menjadi pemikir besar, asah logika dan wawasan kalian. Jika bercita-cita menjadi ulama, tekunilah ilmu dengan sungguh-sungguh. Jika ingin menjadi konglomerat dunia, kuasai strategi bisnis sejak dini.
Tinggalkan kemalasan! Tinggalkan ketakutan! Tinggalkan kebiasaan menunda!
Panggung Dunia Milik Kita!
Hari kompetisi tiba. Alif dan timnya berdiri di panggung besar, berhadapan dengan lawan-lawan dari berbagai negara. Satu demi satu argumen mereka dilontarkan, dengan kecerdasan dan keyakinan yang membuat juri terkesima.
Di akhir lomba, nama mereka diumumkan sebagai Juara 1 Kompetisi Debat Internasional. Dunia kini mulai melihat potensi santri-santri Singa Putih. Media-media meliput kemenangan mereka.
“Santri Indonesia Menggemparkan Dunia!” demikian salah satu tajuk berita.
Namun, kemenangan itu bukanlah akhir. Itu hanyalah pijakan pertama menuju mimpi yang lebih besar. Di bawah bimbingan Romo KH. Muhammad Syaifullah Arif Billah, mereka terus melangkah maju.
Singa-Singa Muda yang Akan Menguasai Dunia
Beberapa tahun kemudian, Alif menjadi diplomat yang berjuang untuk perdamaian dunia. Fathir menjadi ulama besar yang fatwanya diikuti banyak orang. Nadya sukses mendirikan perusahaan raksasa berbasis syariah, dan Zaid menjadi pemikir muslim yang gagasannya menginspirasi generasi baru.
Di balik kesuksesan mereka, ada satu tempat yang selalu mereka ingat: Pondok Pesantren Singa Putih Munfaridin.
“Ingat,” kata Romo KH. Muhammad Syaifullah Arif Billah saat melepas mereka dulu, “Singa sejati tidak hanya mengaum di kandangnya. Ia harus keluar dan mencengkram dunia!”
Dan mereka pun membuktikannya.
Generasi Alpha, Saatnya Bangkit!
Dunia tidak menunggu orang-orang yang hanya bermimpi. Dunia butuh pemimpin yang berani bertindak, pemikir yang mengguncang peradaban, ulama yang menerangi jalan, dan konglomerat yang menguasai ekonomi dengan keadilan.
Generasi Alpha, inilah waktunya!
Bangunlah dari mimpimu. Berdirilah dengan gagah. Melangkahlah dengan keyakinan. Dunia ini menunggumu, bukan sebagai penonton, tapi sebagai penguasa peradaban!
Saatnya Singa-Singa Muda Mencengkram Dunia! (*)