Oleh: Rizal Tanjung
di lembah hening, di pangkuan kabut,
tujuh putri duyung menari lembut,
ekor mereka berkilau bagai langit senja,
menyulam mimpi di danau yang memuja.
rambutnya melambai, benang sutra cahaya,
emas, perak, perunggu, memeluk angkasa.
bersama ombak kecil yang bernyanyi lirih,
mengantar cerita pada rindu yang gigih.
mereka membawa mutiara bercahaya,
dari dasar waktu, rahasia semesta.
sambil bersenda,
menganyam kasih, di sudut air yang sejuk dan sunyi.
bunga-bunga air terapung lembut,
dipeluk jari-jari, dijadikan kalung waktu.
hati mereka tenang, bagai cakrawala biru,
tersenyum pada dunia yang terus berlalu.
danau maninjau, cermin tak ternoda,
tempat dongeng lahir dari sunyi yang nyata.
metafora cinta, alam dan rahmat,
tujuh duyung itu, penjaga hikayat.
kala malam tiba, bulan pun iri,
pada sinar mereka yang tak pernah mati.
di setiap gelombang, ada sajak ilahi,
dan tujuh putri duyung, abadi di hati.
Maninjau, 11 Oktober 2024.