Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Amarah Para Datu, Kisah Penaklukan Lampung

March 22, 2025 05:54
IMG-20250321-WA0005

Mohammad Medani Bahagianda
(Dalom Putekha Jaya Makhga)

HATIPENA.COM – Pada masa lampau, tanah Lampung yang kini damai menyimpan kisah kelam yang penuh pertumpahan darah dan perebutan kekuasaan. Kisah penaklukan ini melibatkan para datu, pemimpin-pemimpin lokal dengan kekuatan dan pengaruh yang besar. Mereka dikenal karena keberanian, strategi perang, serta kemarahan yang meledak-ledak saat kekuasaan mereka terancam.

Lampung, sebelum ditaklukkan, merupakan wilayah yang dihuni oleh suku-suku lokal yang memiliki struktur pemerintahan sendiri. Setiap wilayah dipimpin oleh seorang datu, gelar yang diberikan kepada pemimpin adat yang dihormati. Mereka adalah sosok yang memiliki kuasa atas masyarakatnya dan seringkali berperan sebagai penghubung antara rakyat dengan dunia spiritual.

Namun, harmoni di wilayah ini mulai goyah saat kekuatan eksternal dari kerajaan-kerajaan besar di Nusantara seperti Majapahit dan Sriwijaya mulai menaruh perhatian pada wilayah Lampung yang strategis. Wilayah yang subur dengan hasil alam yang melimpah, serta letaknya yang strategis sebagai jalur perdagangan, menjadikan Lampung incaran para penguasa luar.

Para datu di Lampung, meskipun memiliki pengaruh di wilayah masing-masing, tidak memiliki persatuan yang kuat. Mereka sering terlibat dalam pertikaian antar sesama dalam memperebutkan wilayah, kekuasaan, dan pengaruh.

Ketika ancaman dari kerajaan besar mulai tampak, sebagian datu memilih untuk bekerja sama dengan kekuatan luar demi mempertahankan kekuasaan, sementara sebagian lainnya dengan keras menolak intervensi dan mempertahankan kemerdekaan wilayah mereka.

Salah satu tokoh utama dalam kisah ini adalah Datu Pangeran Utama, seorang pemimpin yang sangat dihormati di wilayah pesisir barat Lampung. Pangeran Utama dikenal karena keberaniannya menentang pengaruh Majapahit yang mencoba menaklukkan Lampung.

Ia menyatukan pasukan dari berbagai suku untuk melawan invasi tersebut. Pertempuran demi pertempuran ia menangkan, namun kemarahan para datu lain yang iri terhadap kekuatannya menjadi penghalang utama bagi persatuan Lampung.

Penaklukan Lampung mencapai puncaknya ketika Majapahit berhasil menghasut salah satu datu untuk mengkhianati Pangeran Utama. Dengan janji kekuasaan dan emas, datu tersebut membuka jalan bagi pasukan Majapahit untuk menyerang dari dalam. Dalam pertempuran besar yang dikenal sebagai Perang Ngarai Tua, Pangeran Utama gugur di medan pertempuran setelah dikhianati oleh sekutunya sendiri.

Kematian Pangeran Utama menjadi titik balik penaklukan Lampung. Tanpa pemimpin yang kuat, wilayah-wilayah lain jatuh satu per satu ke tangan Majapahit. Meski beberapa datu mencoba bertahan, mereka tidak mampu menghadapi kekuatan besar yang datang.

Namun, meskipun secara militer Lampung takluk, amarah para datu yang kehilangan kekuasaan mereka terus membara. Mereka melancarkan pemberontakan sporadis di berbagai wilayah selama bertahun-tahun, meski tidak pernah berhasil sepenuhnya mengusir kekuatan asing dari tanah mereka.

Kisah penaklukan Lampung meninggalkan luka mendalam dalam sejarah tanah ini. Hingga kini, cerita tentang para datu yang gagah berani, pengkhianatan, dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan masih menjadi bagian penting dari identitas budaya Lampung. Kisah mereka menjadi pelajaran tentang persatuan, pengorbanan, serta bahaya dari ambisi kekuasaan.

Amarah para datu yang tidak pernah benar-benar padam kini diwariskan dalam bentuk cerita rakyat, seni tradisional, dan adat istiadat yang menghargai keberanian serta perjuangan. Lampung yang sekarang, meskipun damai, tidak pernah melupakan masa-masa kelam di mana darah para pahlawan mengalir demi mempertahankan tanah mereka dari tangan para penakluk.

Kisah ini menjadi pengingat bahwa dalam setiap perjuangan, pengkhianatan, ambisi, dan keberanian adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah yang membentuk masa depan suatu bangsa. (*)