Oleh AS Laksana
HATIPENA.COM – Tiga pekan lalu kami makan siang di Rumah Makan Padang Puti Minang, Bandar Jaya, dan kepada mereka—istri dan ketiga anak kami—saya menyampaikan pertanyaan yang sudah mengganggu benak saya berhari-hari: “Poro sedulur semua, apa kira-kira yang terjadi jika saya mati hari ini?”
Mereka diam, memandangi saya, menunggu saya menjawab sendiri pertanyaan itu.
“Itu berarti ada empat orang yang akan segera telantar.”
Memang begitu kenyataannya. Sebagai pekerja sektor informal, dengan penghasilan tidak tentu, tanpa jaminan apa pun dari negara atau institusi mana pun, saya akan menelantarkan mereka begitu saya mati hari ini.
Beberapa minggu sebelum hari itu, Raya memberi tahu saya bahwa ia ikut dua kelas di Coursera. “Gratis,” katanya. “Saya mengajukan finansial aid dan disetujui.”
“Kamu beruntung,” jawab saya. “Saya pernah ikut beberapa kelas juga di Coursera dan tidak pernah mendapatkan finansial aid.”
Saya membuka website Coursera setelah tukar-menukar pesan itu. Sepertinya saya perlu ikut kelas bisnis. Saya perlu tahu cara berbisnis, pikir saya, dan tahu caranya berhasil dalam bisnis, sehingga ketika saya mati nanti empat orang yang saya cintai itu tidak telantar.
Maka, begitulah, saya mengikuti satu kelas bisnis yang ditawarkan oleh Lund University, Swedia, di Coursera, dan mendapati cara berpikir yang sama sekali baru buat saya. Saya tidak pernah mempelajari cara berpikir bisnis.
*
Untuk melengkapi kelas di Coursera, saya meminta AI menjadi guru privat pelajaran bisnis selama tiga bulan. Saya menyampaikan tujuan saya kepadanya dan meminta dia membuatkan program tiga bulan untuk belajar bisnis sebagai pemula. Dia memenuhi permintaan saya: membuatkan program 12 pekan, memberi saya latihan harian, referensi, dan ceramah-ceramah yang bisa saya dapatkan di YouTube.
Dengan niat mulai dari nol, saya mencoba mempraktekkan apa yang sementara ini saya pelajari, dan yang bisa saya lakukan dalam waktu “saat ini juga” adalah memasarkan ebook saya.
Saya sudah membuat landing page di Lynk[dot]id sejak Mei tahun ini dan sampai beberapa bulan tidak tahu apa yang akan saya lakukan dengan itu. Pada 17 Agustus, saya benahi landing page tersebut, membuat naskah penawaran di sana, memanfaatkan pola bahasa hipnotik dengan maksud membujuk orang agar membeli produk yang saya tawarkan (saya mempelajari Ericksonian Hypnosis), dan meluncurkannya pada 18 Agustus.
Landing page itu saya iklankan di FB dan IG, hanya dengan sasaran Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Kemudian satu iklan lagi, kopi dari iklan pertama, dengan sasaran Indonesia kecuali tiga provinsi yang sudah disasar iklan pertama. Sepanjang hari saya pelototi laptop, setiap saat saya periksa angka. Ada 1 pengunjung, 2 pengunjung, 100 pengunjung. Rasanya senang campur degdegan setiap terjadi pertambahan jumlah pengunjung. Lalu 1 pembeli, 2 pembeli, 4 pembeli.
Ternyata hasilnya cukup bagus, untuk ukuran pedagang kecil. Dalam enam hari pertama rata-rata terjadi 30 penjualan per hari. Karena itu saya kemudian berani meminta izin Linda Christanty untuk menjadikan kumpulan cerpen pertamanya “Kuda Terbang Maria Pinto” sebagai bonus. Saya pikir, itu buku bagus. Ia pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2004. Patut ditambahkan sebagai bonus premium kepada pembeli.
Saya sangat berterima kasih Linda menyetujui permintaan saya.
*
Urusan pemasaran ebook ini tampaknya akan mudah. Saya tinggal memperbesar modal iklan dan penjualan akan berlipat-lipat. Dan saya keliru. Penjualan merosot tiba-tiba pada dua hari terakhir Agustus dan berlanjut kemerosotannya dalam empat hari pertama September. Apa sebabnya? Ini membikin gusar.
Sampai saat itu baru ada 407 penjualan. Baru 407 orang membeli, sedangkan Indonesia berpenduduk 280 juta orang. Empat ratus tujuh pembeli artinya nol persen dibandingkan penduduk Indonesia.
Jadi, pangsa pasar untuk produk saya nol persen. Dan sebetulnya seratus ribu pembelian dibandingkan jumlah penduduk Indonesia juga masih terhitung nol persen.
Ketika saya membuat catatan ini, pada hari kedua puluh saya mengiklankan landing page, penjualan sudah naik sedikit menjadi 441. Rata-rata 22 penjualan per hari. Tidak buruk-buruk amat, meskipun tetap nol persen.
Gusar oleh situasi beberapa hari terakhir, saya mencoba mencari tahu bagaimana cara memulihkannya. Oh, ada Pixel, sesuatu yang bisa ditempelkan di landing page dan akan berfungsi seperti CCTV.
Rumit sekali urusan pixel ini, tetapi mau tidak mau saya harus tahu. Ia mungkin akan membantu saya beriklan secara lebih baik.
Secara keseluruhan, ini urusan yang menyenangkan: Memulai dari nol, menjual ebook “Cara Menulis Cerpen secara Cepat & Mudah” dengan harga sangat murah, menawarkan diskon, menambahkan bonus yang punya nilai untuk diberikan kepada pembeli. Rasanya seperti merawat benih yang baru ditanam, melihatnya muncul jadi tunas, lalu pelan-pelan tumbuh.
Dan, saya tahu, pembelajaran ini masih panjang. Semua kerumitannya—Coursera, AI, iklan, pixel—hanya cara yang patut dijalani untuk menyiapkan diri. Agar jika saya mati, yang tertinggal bukan empat orang yang telantar, tapi empat orang yang bisa berdiri tegak dan melanjutkan hal-hal baik dengan apa yang mereka punya.[*]