Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Api Muda di Laut Banda

January 22, 2025 16:11
IMG_20250122_154912

Gunawan Trihantoro

Martha Christina Tiahahu, Jejak Perempuan di Palagan Nusantara (1)

Martha Christina Tiahahu adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang lahir pada 4 Januari 1800 di Nusa Laut, Maluku. Ia dikenal sebagai simbol perjuangan melawan penjajahan Belanda. [1]

Di bawah langit Maluku, angin bertiup penuh cerita,
Gugusan pulau memeluk kisah perjuangan.
Di sanalah lahir seorang perempuan muda,
Martha Christina Tiahahu, pemberani yang tak kenal gentar.
Dalam riuh ombak dan gemuruh hati rakyat,
Ia berdiri dengan tombak di tangan,
Melawan penjajah, menyuarakan keadilan.

Di tengah aroma pala dan cengkeh,
Maluku menjadi ladang pertempuran.
Kolonial Belanda datang membawa derita,
Menguasai tanah, merampas hasil bumi.
Namun di setiap penjuru,
Semangat perlawanan tumbuh,
Seperti api yang tak bisa dipadamkan.

Ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu,
Adalah pemimpin yang gigih,
Dan Martha, gadis belia dengan tekad baja,
Selalu mengikuti di belakangnya.
Ia bukan hanya seorang anak,
Melainkan prajurit yang tak kenal takut.
Dalam usianya yang belia,
Ia memilih medan perang daripada kenyamanan rumah.

“Perjuangan adalah napasku,” katanya,
“Bumi ini harus bebas dari cengkeraman penjajah.”
Ia melangkah bersama pasukan rakyat,
Menyerang benteng, membakar gudang musuh.
Kepada tanah ia berjanji,
Tidak akan ada penjajah yang bertahan,
Selama darah mengalir di nadinya.

Namun kekuatan penjajah begitu besar,
Dengan senjata modern yang tak tertandingi.
Pasukan rakyat Maluku akhirnya terpukul mundur.
Kapitan Paulus ditangkap,
Dan Martha menyaksikan ayahnya dihukum mati.
Duka menghunjam jantungnya,
Namun ia tidak menyerah,
Baginya, kemerdekaan lebih berharga dari hidup.

Di Laut Banda, ia dipaksa menjadi tahanan.
Kapal penjajah membawanya menjauh dari tanah kelahirannya.
Namun semangatnya tak pernah padam,
Dalam penjara apapun, jiwa Martha tetap bebas.
Ia menolak makanan,
Sebagai tanda perlawanan terakhirnya.

“Biarkan tubuhku layu,” katanya,
“Namun jiwa ini akan terus melawan.”
Martha tahu, kematiannya adalah awal dari kehidupan baru,
Bagi rakyat Maluku yang merindukan kebebasan.
Dan pada usia 17 tahun,
Ia menyerahkan diri kepada laut,
Menghembuskan napas terakhir di gelombang Banda.

Laut menyambutnya dengan kasih,
Seolah tahu bahwa ia adalah pahlawan.
Angin membawa kisahnya ke segala penjuru,
Dan namanya menjadi legenda.
Martha Christina Tiahahu, bunga Maluku,
Yang mekar di tengah badai perjuangan.

Namun kisahnya tak berhenti di sana.
Para pemuda Maluku, dari generasi ke generasi,
Menjadikan semangat Martha sebagai obor.
Ia adalah lambang keberanian,
Yang melampaui batas usia dan gender.
Dalam bayangan ombak Laut Banda,
Setiap orang yang mendengar namanya merasa tergugah.

Betapa tidak, ia adalah simbol perlawanan,
Sebuah bukti bahwa ketidakadilan tak pernah abadi.
Meskipun muda, Martha mengajarkan arti pengorbanan.
Ia memilih kemerdekaan atas hidup yang tertindas.
Kisahnya adalah napas perjuangan,
Yang mengalir di setiap aliran darah Maluku.

Di setiap desa, di setiap pulau,
Namanya diabadikan dalam nyanyian rakyat.
“O Martha, bunga Maluku,
Yang gugur demi tanah tercinta.”
Lirik-lirik itu bergema,
Menyatukan suara-suara yang pernah terpecah.
Semangatnya menjadi perekat,
Bagi rakyat yang ingin melawan penindasan.

Kini, patung-patung didirikan untuk mengenangnya.
Di Ambon, di Nusa Laut,
Namanya menjadi pengingat akan tekad yang tak goyah.
Di sekolah-sekolah, anak-anak belajar kisahnya,
Mengerti bahwa kemerdekaan adalah warisan,
Yang harus dijaga dengan segenap jiwa.

“Martha Christina Tiahahu,” ucap seorang guru,
“Adalah teladan bagi kita semua.”
Dan setiap anak yang mendengarnya,
Tahu bahwa perjuangan belum usai.
Karena di dunia yang terus berubah,
Semangat seperti Martha tetap diperlukan.

Bagi perempuan-perempuan muda,
Martha adalah inspirasi yang tak tergantikan.
Bahwa keberanian tak mengenal jenis kelamin,
Dan cinta tanah air tak memiliki batas.
Dalam setiap langkah, mereka membawa semangatnya,
Membuktikan bahwa warisan Martha tetap hidup.

Kini, di negeri yang merdeka,
Namanya abadi di hati rakyat.
Ia adalah simbol keberanian,
Pengingat bahwa kemerdekaan tidak datang tanpa pengorbanan.
Dan di setiap riuh ombak Laut Banda,
Kisahnya terus bergema,
Menginspirasi generasi untuk mencintai tanah air.

Martha Christina Tiahahu bukan sekadar sejarah,
Ia adalah nyawa yang terus menyala.
Dalam setiap hembusan angin,
Dalam setiap tarian ombak,
Kisahnya menjadi mantra,
Bahwa cinta pada negeri adalah kekuatan tak terkalahkan.

Rumah Kayu Cepu, 22 Januari 2025

Catatan:
[1] Puisi esai ini diinspirasi dari kisah Martha Christina Tiahahu salah satu Pahlawan Nasional termuda.
https://tirto.id/martha-christina-tiahahu-mati-muda-di-laut-banda-dcky.