HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Belajar dari Kekalahan Perang Uhud

August 31, 2025 17:59
IMG_20250831_175642

Yesi Elsandra

HATIPENA.COM – Bapak, Mas, Abang, Kakak, Adik, Nak, mari sejenak kita belajar dari perang Uhud. Ketika itu kaum Muslimin kalah telak, bukan karena kurangnya kekuatan atau karena kehebatan musuh. Tapi kaum Muslimin kehilangan fokus, mereka tergiur rampasan perang, mereka jarah itu rampasan dan meninggalkan pos di bukit. Padahal Rasulullah, pemimpin tertinggi kala itu memerintahkan tetap siaga di bukit.

Jadi, jangan kehilangan fokus, jangan merampas, jangan menjarah. Tujuan utama kita bukan itu. Tujuan utama kita bukan merusak, bukan merampas dan menjarah.

Kita ingin tunjangan-tunjangan penyelenggara negara yang tidak masuk akal dipangkas. Penyelenggara negara yang tidak kredibel, tidak memiliki kapasitas, IQ jongkok nggak bisa berhitung, menghina rakyat, yang joget-joget di gedung terhormat saat rakyat lapar, koruptor, pecat mereka semua.

Kekayaan mereka diaudit secara transparan. Tolak pensiun seumur hidup bagi mantan DPR. Turunkan pajak, sediakan 19 juta lapangan pekerjaan seperti janji kampanye. Gaji guru dan dosen dengan layak karena mereka garda terdepan mencerdaskan bangsa.

Sebagian anggota DPR sudah ada yang dinonaktifkan, yang joget-joget belum dan yang nggak pandai berhitung belum. Terus gaungkan kebenaran, kebebasan menyampaikan pendapat, agar demokrasi sehat yang dapat melahirkan pemimpin yang kredibel. Tidakkah kita iri dengan negara tetangga, mereka nggak punya sumber daya alam, tapi negara mereka makmur, bahkan negara kita berutang pada negara tersebut.

Mari sama-sama kita berjuang mencerdaskan bangsa kita, bukan menjarah….. (*)