Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Daya Rusak Megawati Mengerikan

December 25, 2024 07:26
Foto: Kecerdasan Buatan/Rosadi Jamani
Foto: Kecerdasan Buatan/Rosadi Jamani

INCHEON Heungkuk Life Pink Spiders. Tim megabintang. Tim yang pernah menguasai puncak klasemen tanpa ampun. Tim yang menorehkan 14 kemenangan beruntun dengan angkuh. Tapi semuanya berubah ketika Megawati Hangestri Pertiwi turun ke medan pertempuran. Nama ini bukan hanya seorang pemain. Dia adalah badai. Dia adalah gemuruh. Dia adalah takdir buruk yang menghantam Pink Spiders tanpa belas kasihan.

Pertemuan melawan Daejeon JungKwanJang Red Sparks menjadi titik balik yang menghancurkan segalanya. Rekor kemenangan Pink Spiders? Hancur berkeping-keping seperti cermin jatuh dari lantai sepuluh. Mental para pemain? Luluh lantak seperti tanah longsor. Bahkan, tubuh andalan mereka, Tutku Burcu Yuzgenc, tak mampu menahan efek destruktif dari permainan Megawati. Cedera itu membuat Pink Spiders kehilangan salah satu senjata paling mematikan mereka. Dan semua ini bermula dari serangan Megawati, sang penghancur.

Mari kita bayangkan sejenak. Pink Spiders memasuki lapangan dengan percaya diri, seperti pasukan raja yang yakin akan kemenangan. Tapi di seberang sana, berdiri Megawati. Sorot matanya seperti elang yang sudah menargetkan mangsanya. Ketika bola pertama dipukul, dunia berubah. Pukulan demi pukulan, seperti palu Thor, menghantam pertahanan Pink Spiders. Set demi set, Megawati memimpin Red Sparks seperti jenderal perang yang tak tergoyahkan. Saat peluit panjang berbunyi, Pink Spiders tak lagi terlihat seperti raksasa. Mereka hanya tim biasa yang baru saja digilas sejarah.

Sejak hari itu, Pink Spiders tak pernah sama lagi. Bagaikan bayang-bayang Megawati terus menghantui mereka di setiap pertandingan. Melawan Suwon Hyundai E&C Hillstate? Kalah. Bertandang ke Gimcheon Korea Expressway Hi-Pass? Kalah lagi. Bahkan Kim Yeon-koung, si legenda hidup, terlihat seperti membawa tim yang beratnya berkali lipat dari yang mampu ia gendong. 17 poinnya di laga terakhir terasa sia-sia, seperti menyalakan lilin di tengah badai. Sementara itu, Hi-Pass, dengan kolektivitas yang biasa-biasa saja, tak perlu berusaha terlalu keras untuk mengalahkan mereka.

Megawati bukan hanya seorang pemain. Dia adalah mitos yang lahir di saat Pink Spiders sedang berada di puncak kejayaan. Dia datang seperti badai, mengguncang fondasi yang dianggap tak tergoyahkan. Kini, meski dia tak hadir secara fisik dalam kekalahan Pink Spiders berikutnya, efek kehadirannya tetap terasa. Bayangannya menghantui mereka di setiap langkah, setiap pukulan, setiap kekalahan.

Pink Spiders masih memimpin klasemen. Tapi keunggulan itu rapuh, seperti pasir yang tergerus ombak. Mereka harus memilih, terus terpuruk dalam bayang-bayang Megawati atau bangkit dan melawan kutukan yang ia tinggalkan. Satu hal yang pasti, pevoli asal Jember itu telah menciptakan babak baru dalam sejarah Liga Voli Korea. Sebuah babak di mana nama Pink Spiders tak lagi identik dengan dominasi, melainkan dengan ketakutan akan satu nama, Megawati.

#camanewak

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar