#menulis30esai_opini Opini ke-24
Oleh: Drs.Mochamad Taufik, M.Pd
HATIPENA.COM – Gunung Bromo, yang terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), terus menjadi magnet wisata unggulan di Indonesia. Tak hanya menyedot minat wisatawan domestik, pesona Bromo juga menggema hingga mancanegara. Dengan lanskap eksotis, kekayaan budaya, dan potensi geowisata yang luar biasa, kawasan ini menawarkan lebih dari sekadar destinasi liburan: Bromo adalah pengalaman spiritual, geologis, dan kultural yang utuh.
Keajaiban Alam di Tanah Tengger
Secara geologis, Gunung Bromo merupakan bagian dari kompleks Pegunungan Tengger yang terbentuk dari letusan vulkanik purba. Lautan pasir seluas lebih dari 5.000 hektar yang mengelilinginya adalah kaldera purba yang kini menjadi ikon utama. Pakar geologi dari Universitas Gadjah Mada mencatat bahwa proses terbentuknya kaldera Bromo merupakan bukti aktivitas vulkanik masif di masa lalu, dan menjadi laboratorium alam terbuka bagi peneliti maupun pelancong yang ingin belajar langsung tentang geodinamika pulau Jawa[^1].
Gunung Bromo (2.329 mdpl) sendiri masih aktif dan mengeluarkan asap dari kawahnya. Fenomena alam ini bukan saja menjadi perhatian ilmiah, tetapi juga daya tarik visual yang luar biasa, terutama saat disaksikan dari Puncak Penanjakan saat fajar menyingsing. Momen matahari terbit dengan latar Gunung Semeru dan kabut tipis di bawahnya menjadi incaran fotografer dunia.
Daya Tarik yang Memikat Wisatawan Dunia
Tidak berlebihan jika National Geographic dan Lonely Planet menempatkan Bromo sebagai salah satu destinasi paling menakjubkan di Asia Tenggara. Keindahan alamnya berpadu harmonis dengan ragam aktivitas yang dapat dilakukan, antara lain:
Menjelajah lautan pasir dengan jeep 4×4
Menunggang kuda hingga kaki tangga kawah Bromo
Trekking ke Bukit Teletubbies dan Bukit Mentigen
Berburu sunrise atau Milky Way di malam hari
Selain itu, kemudahan akses menuju Bromo melalui Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Abdulrachman Saleh Malang menjadikan kawasan ini favorit untuk wisatawan mancanegara.
Pesona Budaya: Yadnya Kasada dan Warisan Tengger
Tidak hanya menawarkan pesona alam, Gunung Bromo juga menjadi pusat spiritual bagi masyarakat adat Tengger. Setiap tahun, mereka menyelenggarakan Upacara Yadnya Kasada, sebuah ritual yang dilakukan di kawah Bromo sebagai bentuk persembahan kepada Sang Hyang Widhi dan leluhur mereka. Ritual ini menjadi simbol keharmonisan antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Menurut pakar antropologi budaya dari Universitas Negeri Malang, ritual Kasada bukan hanya pelestarian budaya, tapi juga mengandung nilai-nilai ekologis dan sosial yang mendalam[^2].
Pengembangan Wisata Berbasis Komunitas
Desa-desa wisata di sekitar Bromo seperti Ngadisari (Kabupaten Probolinggo) dan Wonokitri (Kabupaten Pasuruan) menjadi contoh keberhasilan model wisata berbasis masyarakat. Warga setempat kini terlibat aktif dalam penyediaan homestay, pemandu wisata, kuliner lokal, hingga pertunjukan budaya.
Pakar pariwisata dari Universitas Teknologi Yogyakarta menekankan bahwa pengembangan wisata yang berkelanjutan di Bromo bergantung pada sinergi antara pemerintah, komunitas lokal, dan pelaku usaha. Keterlibatan aktif masyarakat menjadikan mereka bukan hanya objek, melainkan subjek dari pembangunan pariwisata[^3].
Tantangan dan Masa Depan Bromo
Namun, pesona Gunung Bromo tidak datang tanpa tantangan. Masalah klasik seperti keterbatasan infrastruktur, peningkatan jumlah pengunjung tanpa regulasi yang ketat, serta risiko kerusakan lingkungan menjadi sorotan utama.
Laporan penelitian yang dipublikasikan di Journal of Economics, Business and Accountancy Ventura menyarankan pentingnya tata kelola destinasi yang holistik dan berbasis konservasi[^4]. Wisata massal tanpa edukasi dan pengawasan yang baik justru bisa menjadi ancaman bagi keseimbangan ekosistem Bromo.
Kesimpulan
Gunung Bromo adalah perpaduan sempurna antara pesona alam, keagungan budaya, dan kekuatan spiritual. Ia bukan sekadar tempat wisata, tetapi simbol keberagaman dan kebesaran alam Indonesia. Dengan pengelolaan yang tepat, Bromo akan terus menjadi destinasi kelas dunia yang tak hanya memesona mata, tapi juga menggugah jiwa. (*)
Daftar Referensi:
[^1]: MagmaGama Expedition: The Secret of Bromo, UGM Press, 2019.
[^2]: Ahmad Kholil, Budaya Kasada dan Masyarakat Tengger, Jurnal Antropologi Indonesia, 2020.
[^3]: Yulianti, D. (2015). Analisis Pengembangan Obyek Wisata Gunung Bromo, Journal of Economics, Business and Accountancy Ventura, Vol. 18, No. 1.
[^4]: Sari, L. & Putra, A. (2021). Pengelolaan Wisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jurnal Pariwisata Berkelanjutan Indonesia.