Rerasan: Muslimin Lamongan
HATIPENA.COM – Bulan Juni langit masih sambang mengguyur. Deras hujan kerap mendera. Bulir-bulir air jernih menyejuk suasana. Bila malam langit mendung namun tiada suwung. Hujan menyegera menghantar kenang ingin mengulang.
Suara radio mengalun lagu-lagu rindu mendayu. Lampu minyak tanah nyala meliuk ditiup angin. Bau dinding bambu meruap rimbun berayun. Secangkir kopi menemani, belajar pelajaran sekolah menghalau payah.
Kantuk tak kuasa tunduk, bangun pagi jelaga lampu menghias dahi. Tertawa dalam ria, menyambut hari tanpa risih. Bau tanah sumringah, hujan telah menggenang segala goyah.
Hujan adalah undangan bagi kanak yang merindu ketukan halus seluruh tubuh. Membuat bendungan kecil di halaman rumah. Bila air sudah melimpah, bendungan disudet, mengalir bersorak gembira. Hujan adalah gerakan kaki mengolah bola, di lapangan berlumpur. makin deras, makin meriah teriak suasana. Melupakan waktu, melupakan panggilan ibu. Paling utama bermain, paling bahagia ruang batin.
Hujan juga masa menanam bunga-bunga. Memetik tangkai bunga sepatu, tak berakar, ditancapkan kala deras hujan senja. Esok pagi menyawang takjub, kembang kertas segar tak melayu.
Setiap hari disiram, seminggu berikutnya sang bunga merekah tak kuyu. Kadang menjumput pucuk daun-daun pohon beluntas pagar rumah, dibuat lalapan pelengkap nasi jagung, ikan asin, dan sambal terasi. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?
Hujan pun merebahkan tubuh di mbayang bergalar bambu. Bukan melemah raga, namun melenturkan hati dari bujuk ambisi yang berlari tanpa henti. Maka sandingan air kendi dan karak digoreng pasir atau wedi, terasa nikmat sekali.
Kembali suara radio mengiringi, Radio Suzana Surabaya dengan Trio Borolo menertawai setiap letih dan pedih. Ludruk RRI Surabaya mencandai cerita kehidupan sehari-hari. Sandiwara radio membusung asa bahwa kebaikan akan tetap bertahan sepanjang zaman. Kejahatan adalah perilaku yang tak pantas dipamerkan.
Begitulah, hujan kanak membekas selalu dalam ingatan. Hujan adalah sahabat yang tak tergantikan. Hujan kini pun penyimpul keindahan yang mengembung kebajikan. Selalu ada rasa haru, takjub, riang, setiap kali turun hujan. Selalu ada cerita baru yang menghiasi cakrawala: kehilangan itu persalinan pencerahan. (*)
Lamongan, 2 Juni 2025