Oleh Munasri Hadini
HATIPENA.COM – Dua puluh lima tahun yang lalu, langkah kaki pertama kali menapak di Masjid Ootsuka, Tokyo. Di sanalah hati ini terpaut pada wajah-wajah teduh saudari-saudariku seiman, para muslimah Jepang yang baru saja menemukan cahaya Islam. Mereka adalah generasi pertama muslimah di negeri sakura, mualaf yang hatinya dipenuhi keteguhan iman.
Walau berbeda bahasa, bangsa, dan tanah air, Allah menyatukan hati kami dalam ikatan akidah. Dari perjumpaan itu tumbuhlah cinta karena Allah, cinta yang tidak lapuk dimakan waktu, tidak pudar ditelan jarak, dan tidak luntur oleh perbedaan.
Cinta itulah yang membuat kami saling menguatkan, berpegang teguh pada tali Allah, hingga simpul-simpul ukhuwah terikat kokoh di jalan-Nya.
“Berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (QS. Ali ‘Imran: 103)
Seperempat abad telah berlalu. Waktu menyisakan jejak perjuangan, rintangan yang ditempa, serta perjalanan panjang dakwah yang penuh makna. Bayi-bayi yang dulu digendong di medan dakwah kini telah tumbuh dewasa.
Mereka pun tersambung dengan simpul-simpul perjuangan ini, siap menerima tongkat estafet untuk meneruskan dakwah menuju generasi selanjutnya. Semoga mereka dan generasi beikutnya termasuk golongan orang-orang yang senantiasa menyeru kepada kebaikan.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran: 104)
Alhamdulillah, Allah meneguhkan langkah-langkah kami. Generasi kedua telah hadir, turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan, termasuk penyelenggaraan acara tahunan Ootsuka Masjid Camp, yang mempertemukan jiwa-jiwa dalam cahaya iman.
Semua ini menjadi saksi bahwa selama niat tetap lurus karena Allah, maka pertolongan dan petunjuk-Nya tidak akan pernah terputus.
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh karena (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami…” (QS. Al-‘Ankabut: 69)
Jejak Dakwah di Negeri Sakura bukan hanya catatan perjalanan dakwah di Jepang, melainkan juga sebuah kisah tentang persaudaraan yang melintasi samudra, perjuangan yang diwariskan lintas generasi, dan cinta karena Allah yang tetap hidup meski waktu dan tempat berganti.
Buku ini adalah undangan untuk merenungi kembali makna persaudaraan dalam islam, indahnya cinta dan kerinduan di jalan Allah, pentingnya pewarisan dakwah, serta keyakinan bahwa cahaya Islam akan senantiasa bersinar di setiap penjuru bumi, termasuk di negeri matahari terbit. (*)
Tokyo, 18 September 2025
#latepost
