Kaba “Catuih Ambuih”
Bagindo Ishak
KETIKA penghujung tahun mengetuk, ia hadir bak sahabat bijak, membawa pantulan perjalanan kita—tawa yang menghangatkan hati, dan air mata yang jatuh bagai embun, menyuburkan akar-akar jiwa. Baik atau buruk, manis atau getir, semuanya terjalin menjadi benang dalam tenunan waktu yang kita sebut kehidupan.
Hidup bukan tentang panjangnya jejak yang kita tinggalkan, tetapi tentang dalamnya makna yang terukir di setiap langkah. Seperti arus waktu yang tak menghitung jarak menuju muara, tetapi memberi kehidupan pada setiap tanah yang dilaluinya. Bukan tentang berapa lama kita hidup, tetapi tentang bagaimana kita menjalani setiap detiknya untuk meninggalkan dunia yang lebih baik daripada saat kita menemukannya.
Setiap langkah adalah benih yang kita semai di tanah sejarah. Jika langkah itu baik, ia akan mekar menjadi bunga yang mengharumkan semesta. Jika langkah itu keliru, biarlah ia menjadi pupuk yang menyuburkan kebijaksanaan. Kita adalah perajut waktu, menyulam kisah yang kelak abadi dalam ingatan dunia.
Tahun yang berlalu adalah bab yang telah tertutup, tetapi bukan akhir dari cerita. Tahun baru adalah lembaran kosong, tempat pena kehidupan kembali menari. Rangkai kisah yang tak hanya indah untuk dikenang, tetapi juga bermakna untuk diwariskan. Sebab pada akhirnya, hidup bukanlah tentang apa yang kita genggam, tetapi tentang apa yang kita tinggalkan—layaknya akar yang tak tampak, namun tetap memberi kehidupan , memberi keteduhan pada dunia yang terus berjalan.
Padang, 31 Desember 2024