HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Kisah Minggu Sore Tentang Pemuda Malang di Tiang Lampu Hias

July 21, 2025 19:17
IMG-20250721-WA0083

‎Anies Septivirawan

HATIPENA.COM – Di suatu sore, Minggu yang berdebu. Angin akhir bulan Juli menggoyang dedaunan pohon Palma yang berdiri berjejer dengan sejumlah tiang lampu hias dekat traffic light di Jalan A Yani, kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

‎Aku memacu motorku dari arah timur, lampu merah menyala, aku berhenti. Bukan hanya karena nyala lampu merah, bukan karena kehabisan BBM.

‎Tetapi di depanku ada pemandangan yang tidak lazim. Di depan mataku ada banyak kerumunan orang dan sejumlah polisi lalu lintas yang tatapan matanya pada seorang anak muda pria sedang memanjat sebuah tiang lampu hias.

‎Anak muda itu memanjat seperti akan menggapai sesuatu di puncak tiang lampu hias itu. Namun tidak ada yang dicapainya. Ia memakai sarung, di dalamnya ada celana pendek.

‎Pemandangan tak lazim itu menjadi tontonan gratis bagi para pengendara yang berlalu – lalang di jalan. Sebagian pengendara berceloteh,

‎”Kasian…masih muda sudah mau coba bunuh diri…” ujar salah satu sopir truk arah jurusan Surabaya.

‎Di antara kerumunan orang itu juga ada yang bilang bahwa anak muda itu sedang sakit ingatan. Namun kebanyakan di antara mereka menyuruh agar segera turun.

‎Mereka menggertak-gertak pemuda itu dengan suara lantang sembari menggebrak kaki dan tangannya dengan sebuah benda tumpul yang panjang.

‎Tidak tahan dengan rasa sakit di bagian kaki dan tangan, bahkan kepalanya, pemuda malang yang diketahui bernama Etto itu meloncat atau terjun bebas dari pucuk tiang lampu hias, tubuhnya yang tidak berdosa meluncur ke bawah, disambut kerasnya permukaan pedestarian yang terbuat dari paving. Aku melihat dan menyaksikan adegan sedih itu dengan mata telanjang. Tidak dengan kamera ponsel.

‎Aku sengaja tidak merekamnya karena aku punya rasa iba. Aku hanya punya satu adegan foto itu karena aku sengaja meminta pada salah satu teman.

‎”Itu percobaan bunuh diri ya?” tanya salah satu pengendara motor kepadaku.

‎”Entahlah…” jawabku seraya menggeber motor ke arah barat (*)