Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Lidah, Pedang Tak Kasat Mata

January 12, 2025 15:02
IMG_20250112_150202

Oleh : Eka Teresia

LIDAH adalah karunia yang mampu mengukir keindahan, tetapi juga bisa menorehkan luka terdalam. Dalam setiap kata yang meluncur, tersimpan kekuatan yang tak kasat mata, namun gemanya mampu mengguncang hati. Kata-kata yang lembut ibarat embun pagi, menyejukkan jiwa yang terbakar, sementara ucapan yang tajam bagai duri, merobek pelan namun meninggalkan luka yang sulit sembuh.

Betapa sering kita lupa bahwa apa yang kita ucapkan, meski sejenak, bisa bertahan selamanya dalam ingatan orang lain. Ucapan yang keliru dapat menjadi bara dalam hati seseorang, menghanguskan kepercayaan dan menciptakan jarak yang sulit dijembatani. Sebaliknya, kata yang terpilih dengan hati-hati dapat menjadi pelita dalam gelap, menuntun dan menghangatkan jiwa yang kehilangan arah.

Jagalah ucapanmu, seperti engkau menjaga permata terindah. Jangan biarkan emosi sesaat memandu lidahmu menuju kehancuran. Sebelum berbicara, tanyakan pada nuranimu, “Apakah ini akan membawa terang, atau justru menjadi bayang-bayang gelap yang menghantui?” Sebab, setiap kata memiliki kekuatan yang lebih besar dari yang kita bayangkan. Ia mampu menyembuhkan luka terdalam atau menambah luka yang sudah ada.

Bicaralah dengan kehalusan jiwa, dengan kasih yang mengalir dalam setiap nada. Ucapkanlah hanya yang perlu, yang benar, dan yang baik. Karena meski lidah itu kecil, pengaruhnya tak pernah remeh. Ia ibarat mata air yang mengalir ke banyak penjuru. Jika bening airnya, maka suburlah jiwa yang disiraminya. Namun jika keruh, ia akan mencemari bahkan kehidupan yang paling murni.

Dalam diam, ada kebijaksanaan; dalam kata yang tertunda, ada ruang untuk merenung. Jangan takut untuk menahan lidahmu jika ucapanmu berisiko melukai. Sebab diam sering kali adalah wujud dari cinta dan pengendalian diri yang mendalam.

Pada akhirnya, biarkan setiap ucapanmu menjadi hujan di tanah yang gersang, menjadi nada yang merdu di tengah kebisingan dunia. Biarkan ia membawa damai, menyulam luka menjadi kekuatan, dan menjadikan keberadaanmu hadiah bagi mereka yang mendengarkan. Sebab, pada lidah yang terjaga, tersimpan keindahan yang tak ternilai.

Brebes, 30 Desember 2024