Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Malam Minggu di Lumen

December 28, 2024 18:19
Ilustrasi: Kecerdasan Buatan/ Rosadi Jamani
Ilustrasi: Kecerdasan Buatan/ Rosadi Jamani

Rosadi Jamani
(Ketua Satupena Kalbar)

MALAM Minggu. Biasanya, kami nongkrong di kafe-kafe pusat Kota Pontianak. Tempat di mana lampu-lampu bersinar seperti mata bidadari yang kangen pulang. Tapi kali ini, hasrat petualangan menggelitik. Kami banting setir, secara literal, menuju Jalan Ayani 2, Kabupaten Kubu Raya. Agak jauh dari keramaian kota, tetapi dekat dengan ekspektasi tinggi. Kafe baru bernama Lumen menjadi target. Namanya sederhana. Tapi entah kenapa terasa seperti nama tokoh antagonis di novel gothic.

Bersama istri, kami naik mobil kesayangan. Perjalanan 30 menit yang terasa seperti ziarah modern, menyusuri jalan, melawan macet, dan menantikan secangkir kebahagiaan dalam bentuk kopi. Sampai di sana, cat kafe itu begitu terang, sampai terasa seperti matahari baru saja lahir di temboknya. Orang-orang ramai. Sangat ramai. Seolah mereka semua diundang grup WhatsApp tanpa sepengetahuan kami.

Saya pesan Amarico. Namanya seperti kopi yang sedang diet huruf. Istri pilih Cappuccino. Selera kami memang beda. Saya kopi hitam, dia kopi berbusa. Lalu, untuk urusan perut, kami satu hati, nasi goreng kampung. Jangan tertipu namanya. “Kampung” itu hanya simbol. Kenyataannya, nasi goreng ini penuh glamor dengan ikan teri yang tersenyum lembut dari atas piring, telur mata sapi yang nyaris menyapa, dan topping lainnya yang membuat lidah berjanji untuk kembali. Harganya? Tak membuat dompet berteriak histeris. Aman.

Malam Minggu, kami duduk, menikmati hiruk-pikuk. Pengunjung bercengkerama seperti dunia ini tidak pernah mengenal PPN 12 persen. Hidup mereka tetap manis, seperti es kopi gula aren yang lewat di sebelah saya.

Malam Minggu ini indah. Ada istri tercinta di sebelah, secangkir kopi di depan, dan rasa syukur di hati. Di Lumen, waktu terasa berhenti. Kami hanya ingin menikmati.

#camanewak