HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Mendongkrak Pengunjung Perpustakaan Daerah

September 24, 2025 06:36
IMG-20250924-WA0008

Pembangunan Literasi dan Tantangan di Era Digital (4)

Oleh: Rizal Pandiya
Sekretaris Satupena Lampung

HATIPENA.COM – Salah satu langkah strategis guna meningkatkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM), dengan memaksimalkan fungsi perpustakaan, baik yang berada di lingkungan sekolah maupun di daerah. Perpustakaan jangan lagi dipandang sebagai gudang buku, melainkan sebagai pusat ilmu pengetahuan, ruang belajar, dan sekaligus sebagai ruang interaksi intelektual bagi pelajar dan masyarakat umum.

Dalam konteks meningkatkan IPLM Provinsi Lampung, peran ini makin mendesak karena angka kunjungan masyarakat ke perpustakaan relatif masih rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain.

Sebagai perbandingan, pada tahun 2023 jumlah masyarakat yang berkunjung ke Perpustakaan Daerah Lampung tercatat hanya sekitar 18 ribu orang. Jumlah kunjungan ini meningkat signifikan pada 2024. Lalu hanya dalam kurun semester pertama 2024, jumlah kunjungan meningkat menjadi 19.504 orang. Angka ini melampaui total kunjungan sepanjang tahun 2023.

Hingga akhir tahun 2024, tercatat ada 50.636 pengunjung yang datang ke Perpusda Provinsi Lampung. Data ini sekaligus menunjukkan geliat baru dalam pemanfaatan fasilitas perpustakaan. Namun demikian, jika dilihat dari skala jumlah populasi, maka pencapaian tersebut masih jauh dari harapan ideal.

Bukan hanya dari sisi pengunjung, jumlah anggota yang aktif ke perpustakaan juga tergolong meningkat pesat. Jika pada tahun 2023, anggota yang aktif hanya sekitar 986 orang, namun pada tahun 2024 jumlahnya melonjak fantastis menjadi 2.944 orang.

Kenaikan jumlah pengunjung hingga tiga kali lipat ini, patut diapresiasi sebagai indikasi awal bahwa warga mulai menaruh minat lebih besar terhadap aktivitas literasi di perpustakaan. Lalu pertanyaan mendasarnya, apakah kenaikan angka ini merefleksikan kesadaran membaca, atau ada mobilisasi yang dikemas dalam “Wisata Literasi” dan sekadar kunjungan administratif semata?

Jika disandingkan dengan data nasional, posisi Lampung masih menghadapi persoalan kritis dan tantangan serius. Menurut survei BPS 2024, persentase warga yang mengunjungi perpustakaan pada tiga bulan terakhir hanya sekitar 11,36 persen. Angka ini sedikit di bawah rata-rata nasional 11,91 persen.

Dalam hal kunjungan ke perpustakaan, sebagai perbandingan, Sumatra Barat menduduki peringkat tertinggi, yaitu di angka 19,3 persen, lalu diikuti Daerah Istimewa Yogyakarta 18,46 persen. Sayangnya, dari daftar 10 provinsi teratas, Lampung tidak masuk. Angka ini menunjukkan, meskipun ada lonjakan jumlah pengunjung secara signifikan, tapi dari sisi populasi penduduk, persentase relatif terhadap Lampung masih tertinggal.

Kondisi ini harus menjadi catatan khusus bagi pemangku kebijakan, baik di pemerintah provinsi maupun di kota/kabupaten. Upaya mendorong warga agar berkunjung ke rumah baca atau perpustakaan tidak bisa hanya berorientasi pada kuantitas, tetapi tentu juga secara kualitas.

Kunjungan tersebut harus bertransformasi menjadi suatu kegiatan yang berpengaruh terhadap literasi, seperti membaca, lalu menulis, dan berdiskusi hingga menghasilkan sebuah karya. Tanpa itu, maka perpustakaan hanya menjadi ajang transit atau tempat singgah sesaat, bukan diperlakukan sebagai pusat pengembangan pengetahuan.

Lalu, bagaimana cara mendongkrak kunjungan sekaligus menghidupkan fungsi rumah baca atau perpustakaan? Salah satu langkah strategi yang dapat dilakukan, yaitu dengan memancing daya tarik kreatif bagi masyarakat, khususnya para gen-z. Karena generasi ini sudah terbiasa dengan dunia digital, praktis, serba cepat, dan penuh dengan hiburan. Maka, perpustakaan harus tampil dengan wajah baru, tidak membosankan, tidak kaku, dan mampu bersaing dengan daya tarik gadget.

Misalnya, pengelola perpustakaan mengadakan bazar buku secara rutin dan menghadirkan penerbit mayor maupun lokal. Bazar jangan dijadikan hanya sebagai ajang traksasi jual beli, tetapi sebagai momentum interaksi antara penulis, pembaca, dan komunitas literasi itu sendiri.

Selain itu, berbagai kegiatan kompetisi berbasis literasi bisa menjadi daya tarik tersendiri. Contoh sederhana, seperti lomba menulis surat untuk guru, bupati/walikota, gubernur, atau mungkin ke presiden. Aktivitas seperti ini jangan dianggap sekadar kompetisi, tetapi juga sebagai sarana melatih kecakapan sekaligus, yang melibatkan emosi dan daya pikir para gen-z.

Apalagi kalau dalam event itu, juga dihadirkan para penulis, seperti novelis, cerpenis, atau penyair lokal maupun nasional. Maka ini akan memantik semangat dan menambah motivasi para pengunjung untuk menjadi masyarakat yang literat.

Apresiasi untuk pemenang pun tidak harus berbentuk hadiah yang mahal. Cukup berupa sertifikat, buku, atau sekadar cinderamata sebagai bentuk penghargaan simbolis yang dapat memberi kebanggaan bagi para pelajar.

Efek psikologis dari apresiasi ini juga cukup besar untuk menumbuhkan semangat, minat baca dan menulis. Dengan adanya upaya semacam ini, maka dunia literasi akan bergairah dan perpustakaan akan menjadi ruang baca yang hidup, tempat di mana kreaativitas generasi muda merasa dihargai, sekaligus sebagai wahana membangun budaya literasi.

Ada pun target ambisius 75 ribu kunjungan untuk tahun 2025, yang dicanangkan pihak Perpusda Lampung, bisa dicapai jika strategi ini dilaksanakan secara konsisten. Namun perlu diingat, bahwa perpustakaan yang ideal bukan hanya sekadar ramai pengunjung, melainkan produktif melahirkan generasi penulis yang kritis dari kebiasaan membaca. Karena itu pencapaian target kunjungan sebaiknya tidak dilihat dari angka-angka pengunjung yang datang, melainkan juga dari kualitas interaksi dengan bahan bacaan.

Selain itu, perpustakaan harus juga dipandang sebagai investasi peradaban. Angka IPLM Lampung tidak akan naik sebagaimana yang diharapkan jika tampilan perpustakaan dibiarkan berjalan dengan pola lama. Pegawainya hanya duduk menanti pengunjung tanpa memiliki wawasan literasi untuk mempromosikan bahan bacaan baru. Apalagi jika pegawai perpustakaan tidak mengetahui bahan bacaan atau buku yang sedang hangat atau viral di media sosial.

Tetapi jika perpustakaan difungsikan secara optimal, menjalankan program secara inovatif, dan mengajak komunitas literasi berkolaborasi, maka daerah ini memiliki peluang besar mengejar ketertinggalan IPLM.

Karena itu, saatnya perpustakaan mulai berbenah. Hapus stigma bahwa pegawai yang mengabdi di perpustakaan adalah “individu buangan” dan hanya tinggal menunggu kematian. Perpustakaan tidak lagi diasumsikan sebagai gudang buku melainkan pusat ilmu pengetahuan dan pusat kegiatan intelektual.

Guna menghilangkan stigma dan asumsi tersebut, perpustakaan harus tampil modern dan tidak boleh lagi gelap dan berdebu. Ruang baca perlu dipoles dengan interior atau desain interaktif, ruang diskusi yang nyaman, ruang baca sejuk dengan udara ber-AC, hingga fasilitas co-working space. Apalagi jika gedung perpustakaan dilengkapi dengan pertokoan alat tulis seperti di mall. Dengan cara ini, maka membaca buku menjadi nyaman, bisa setara dengan nongkrong di kafe. Menyenangkan.

Oleh sebab itu, jika perpustakaan dikelola dengan baik, ruang baca ini akan menjadi markas intelektual muda. Bukan justru menjadi tempat penyimpanan karya tulis guru yang hanya dibaca oleh rayap, pengap, membosankan atau dijadikan tempat penyimpanan skripsi mahasiswa.(*)

Bandar Lampung, 24 September 2025