Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600 ------ Anda Bisa Mengirimkan Berita Peristiwa Seni Budaya Tanah Air. Kirim ke WhatsApp Redaksi Hatipena : 081217126600

Menjadi Cahaya di Tengah Kegelapan: Peran Pemuda dalam Transformasi Bangsa

March 18, 2025 07:08
IMG-20250318-WA0045

Oleh: Drs.Mochamad Taufik, M.Pd Guru SD Al Hikmah Surabaya

#menulis30esairamadan1446H Esai Perdana

HATIPENA.COM – Pemuda selalu menjadi aktor utama dalam setiap perubahan sejarah. Dari gerakan kebangkitan nasional hingga revolusi digital saat ini, peran mereka tak tergantikan. Namun, pertanyaannya adalah: apakah kita, sebagai pemuda, sudah benar-benar memahami tanggung jawab besar yang kita emban?

Di era modern ini, tantangan makin kompleks. Kita dihadapkan pada arus informasi yang deras, budaya instan yang mengikis nilai perjuangan, serta persaingan global yang menuntut keunggulan. Astuti (2010) dalam penelitiannya tentang organisasi kepemudaan di Indonesia menegaskan bahwa pemuda memiliki peran penting dalam membangun karakter bangsa melalui pendidikan, kepemimpinan, dan aktivitas sosial yang berkelanjutan. Jika dahulu para pemuda seperti Soekarno dan Hatta berjuang dengan darah dan air mata, maka tantangan kita hari ini adalah bagaimana mengisi kemerdekaan dengan prestasi dan kontribusi nyata.

Sayangnya, tidak sedikit pemuda yang justru terjebak dalam budaya hedonisme dan individualisme. Media sosial yang seharusnya menjadi alat untuk menyebarkan kebaikan, malah digunakan untuk ajang pamer dan pencitraan semu. Holroyd (2020) dalam analisisnya terhadap pemuda di Irlandia menemukan bahwa meskipun media sosial menjadi alat kampanye yang efektif, sebagian besar pemuda menggunakannya untuk kepentingan pribadi daripada advokasi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi membuka peluang besar, tanpa kesadaran yang benar, pemuda bisa kehilangan arah dan lupa bahwa mereka adalah harapan bangsa.

Namun, tidak semua pemuda larut dalam arus tersebut. SDSN Youth (2018) dalam laporan mereka tentang peran pemuda dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) menyoroti banyaknya inisiatif pemuda dalam menciptakan solusi inovatif di bidang lingkungan, ekonomi, dan sosial. Kita melihat anak-anak muda yang membangun start-up inovatif, mengembangkan komunitas sosial, hingga menorehkan prestasi di kancah internasional. Mereka adalah bukti bahwa pemuda tetap bisa menjadi cahaya di tengah kegelapan zaman.

Bangkit dari Keterpurukan: Waktunya Gen-Z Ambil Peran

Banyak anak muda yang merasa terjebak dalam kegagalan, tekanan sosial, atau ketidakpastian masa depan. Namun, satu hal yang harus diingat: kegagalan bukan akhir, tetapi awal dari kebangkitan. Setiap tokoh besar dalam sejarah pernah mengalami kegagalan sebelum akhirnya sukses. Jack Ma ditolak berkali-kali sebelum mendirikan Alibaba, bahkan Walt Disney pernah dianggap tidak cukup kreatif oleh perusahaannya sendiri sebelum membangun kerajaan animasi terbesar di dunia.

Generasi Z harus menyadari bahwa dunia tidak akan menunggu kita siap. Jika kita hanya berdiam diri dan meratapi keadaan, maka kita akan semakin tertinggal. Seperti yang dikatakan Khadiagala (2020), kepemimpinan pemuda pasca-pandemi menjadi kunci dalam membangun tata kelola pemerintahan dan ekonomi yang lebih inklusif. Oleh karena itu, sudah saatnya Gen-Z keluar dari zona nyaman, belajar dari kegagalan, dan berani mencoba hal baru.

Menjadi Bagian dari Solusi, Bukan Hanya Pengamat

Lantas, bagaimana agar kita tidak hanya menjadi penonton dalam perjalanan bangsa ini? Jawabannya sederhana: jadilah bagian dari solusi, bukan sekadar pengkritik keadaan. Jika kita peduli dengan dunia pendidikan, maka mari terlibat dalam gerakan literasi. Jika kita ingin melihat ekonomi Indonesia maju, mari ciptakan lapangan kerja, bukan hanya menjadi pencari kerja. Jika kita prihatin dengan kondisi moral bangsa, maka mari mulai dari diri sendiri dengan menjaga integritas dan nilai-nilai luhur.

Sebagaimana Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad)

Pemuda yang sejati bukanlah mereka yang hanya mengeluh dan menyalahkan keadaan, tetapi mereka yang bergerak dan membawa perubahan. Dalam penelitian Henn, Sloam, dan Nunes (2022), disebutkan bahwa pemuda yang memiliki nilai post-materialis cenderung lebih aktif dalam gerakan sosial dan lingkungan dibandingkan mereka yang hanya fokus pada kepentingan ekonomi pribadi. Dunia tidak butuh lebih banyak komentator, tapi lebih banyak pelaku aksi. Bangsa ini tidak butuh pemuda yang hanya bermimpi, tetapi yang bekerja keras untuk mewujudkan mimpi itu.

Kita tidak harus langsung menjadi besar untuk mulai bergerak. Langkah kecil pun bisa membawa perubahan besar jika dilakukan dengan konsisten. Mulailah dengan memperbaiki diri, membangun keterampilan, dan terlibat dalam komunitas yang berdampak. Generasi Z adalah harapan bangsa, bukan sekadar generasi yang dikenal karena viralitasnya di media sosial. Jadilah cahaya yang menerangi, bukan hanya bayangan yang hilang dalam gelapnya zaman.(*)

Berita Terkait

Pertemuan Pertama

March 18, 2025

Pelarian Berdua

March 18, 2025

Batas Sabar

March 18, 2025

Madrasah yang Dianak-tirikan

March 18, 2025

Hanya Kelas 2 SMA

March 18, 2025

Berita Terbaru

Pertemuan Pertama

March 18, 2025

Pelarian Berdua

March 18, 2025

Batas Sabar

March 18, 2025

Madrasah yang Dianak-tirikan

March 18, 2025

Hanya Kelas 2 SMA

March 18, 2025