Puisi Esai L k Ara
HATIPENA.COM – Berangkatlah aku dari Sigli,
menyusuri jalan sepanjang 63,8 kilometer,
sepanjang napas yang terselip di sela-sela
asap knalpot dan debu jalanan.¹
Satu jam dua puluh tiga menit,
begitu kata peta digital,
tapi siapa yang menghitung waktu
saat mata mengunyah hijau pepohonan²
dan telinga meminum desir angin yang tak berhenti bercerita?³
Jembatan Batee Iliek,
seperti penjaga perbatasan antara
kehidupan kota dan rahasia alam.⁴
Di sanalah aku merasa:
perjalanan sesungguhnya baru dimulai.
Simpang Alue di kanan jalan,
adalah undangan sunyi menuju Gampong Alue Barat,
tempat jalanan aspal menyerah⁵
dan jalan tanah mengambil alih.
Di sinilah kaki harus belajar rendah hati,
menyapa tanah yang lengket,
menyusuri jalan setapak,
mengikuti irama hutan,
dan menukar gemuruh mesin
dengan denting suara burung
dan bisikan air dari kejauhan.
Air Terjun Piramida,
engkau bukan sekadar destinasi,
engkau adalah perjalanan itu sendiri.⁶
Bentukmu yang mengerucut, bertingkat,
mengajarkan manusia
bahwa keindahan lahir dari ketekunan,
bahwa aliran yang terus-menerus
mencipta bentuk, mencipta makna,
mencipta takjub bagi siapa saja
yang berani melangkah mendekat.
Aku berdiri di hadapanmu,
mendengar air berbicara dalam bahasa yang purba,⁷
merasakan percikanmu membasuh wajah,
dan mengerti, sejenak saja,
bahwa kita semua adalah pengelana,
mencari piramida kita masing-masing:⁸
tempat di mana hati bertemu tenang,
tempat di mana alam memeluk
tanpa syarat, tanpa tuntutan.
Dan perjalanan pulang pun tak lagi terasa berat,
karena aku tahu,
aku telah membawa pulang
sepotong keabadian yang jatuh
bersama setiap tetes air terjun.⁹
⸻
Catatan Kaki (Metafora)
¹ Napas di sela asap & debu → perjalanan fisik + batin.
² Mata mengunyah hijau → alam jadi santapan jiwa.
³ Telinga meminum angin → suara alam menyegarkan batin.
⁴ Batee Iliek sebagai penjaga → simbol peralihan kota ke alam.
⁵ Aspal menyerah → manusia tunduk pada alam.
⁶ Perjalanan itu sendiri → makna perjalanan, bukan sekadar tujuan.
⁷ Bahasa purba air → suara alam abadi.
⁸ Piramida masing-masing → cita-cita, makna hidup.
⁹ Sepotong keabadian → kenangan & pengalaman abadi.
⸻
Kadang, jarak sejauh 63,8 km bukan sekadar angka.
Kadang, waktu tempuh 1 jam 23 menit bukan sekadar durasi.
Karena perjalanan sejati adalah:
seberapa jauh kita mau membuka hati,
melepas diri dari riuh kota,
dan membiarkan alam memeluk kita tanpa syarat.
Air Terjun Piramida mengajarkan:
setiap tetes air yang jatuh,
adalah latihan kesabaran,
adalah pesan tentang ketekunan,
dan di balik itu,
ada sepotong keabadian yang bisa kita bawa pulang.
Setiap perjalanan alam adalah perjalanan batin.
Setiap langkah menyusuri hutan adalah langkah menyusuri diri sendiri.
#PuisiEsai #AirTerjunPiramida #PerjalananBatin #KeindahanAlam #Aceh
✨