HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600 ------ HATIPENA.COM adalah portal sastra dan media untuk pengembangan literasi. Silakan kirim karya Anda ke Redaksi melalui pesan whatsapp ke 0812 1712 6600

Pejuang Literasi Sang Kepala Kemenag

October 10, 2025 07:44
IMG-20251010-WA0020

Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

HATIPENA.COM – Sorry kemarin saya absen menulis. Karena sedang berada di Sekadau, jadi narsum pelatihan penulisan berita dan artikel di Kemenag Sekadau. Sekarang sudah di Pontianak lagi. Saya ingin menulis seorang pejuang literasi sejati sebagai oleh-oleh dari daerah pecahan Kabupaten Sanggau itu. Sambil seruput kopi sedikit gula aren, nikmati narasinya, wak.

Di tengah rutinitas birokrasi, muncul satu sosok yang menyalakan bara semangat menulis di setiap tempat ia memimpin. Namanya H. Damsir, S.Ag, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Ia bukan penulis aktif seperti hal saya (sombong amat, ups), Dahlan Iskan atau Ketua Satupena Denny JA. Ia juga bukan kolumnis yang saban minggu menghiasi halaman opini. Tapi semangatnya membumikan literasi, itulah yang membuatnya berbeda.

Di mana pun ia ditempatkan, literasi selalu jadi darah yang mengalir dalam kepemimpinannya. Saat menjabat Kepala Kemenag Bengkayang (2022–2025), Damsir menjadikan literasi bukan hanya jargon, tapi gerakan. Ia menggerakkan semua pegawai untuk menulis setiap kegiatan, setiap peristiwa, agar tak lenyap dalam bisu rutinitas. “Tulislah, agar kegiatanmu tak berhenti di papan pengumuman,” begitu kira-kira semangat yang ia tularkan.

Hasilnya luar biasa. Dalam tiga tahun, ribuan berita dan artikel lahir dari tangan para pegawai Kemenag Bengkayang. Bukan sekadar laporan basa-basi, tapi tulisan yang hidup dan terdokumentasi di internet. Kemenag Bengkayang pun selalu berada di peringkat teratas produktivitas penulisan berita setiap tahunnya. Di sinilah alumni Ponpes Ushuluddin ini membuktikan, menggerakkan orang agar mau menulis jauh lebih sulit, dan mulia, dari sekadar menyuruh bekerja.

Yang mengagumkan, semangat itu bukan bagian dari tupoksi resmi pegawai. Menulis tidak tercantum dalam SKP. Tapi Damsir menanamkan kesadaran, menulis adalah bentuk tanggung jawab moral. Ia ingin setiap pegawai sadar, apa pun yang dikerjakan harus meninggalkan jejak. Maka setiap tahun, ia menggelar pelatihan literasi. Saya, beruntung, menjadi narasumber tetapnya. Saya memberikan tips dan tutorial menulisnya, tapi menggerakkan pegawai menjadi pasukan literasi, pria asal Sambas ini.

Kini, roda mutasi membawa Damsir ke Kabupaten Sekadau. Ia resmi menjabat Kepala Kemenag Sekadau sejak 21 Agustus 2025, menggantikan H. Syahrul, S.Ag yang dipindah ke Kemenag Kapuas Hulu. Tapi alih-alih sibuk adaptasi atau mencari kenyamanan, yang pertama ia lakukan justru menggelar pelatihan literasi. Ia ingin Humas, penyuluh agama, dan pegawai lainnya produktif menulis seperti halnya di Bengkayang. Hasilnya mencengangkan, baru beberapa bulan, sudah ratusan berita dihasilkan pasukan literasinya.

Sosok Damsir dikenal humoris, mengayomi, tapi tegas dalam prinsip. Saat di Bengkayang, ia juga aktif memperkuat kelembagaan keagamaan di perbatasan dan membina umat lintas sektor. Sebagai Ketua PCNU Bengkayang, ia turut mendorong badan otonom seperti GP Ansor, IPNU-IPPNU, Fatayat, dan Muslimat agar aktif bergerak.

Kini di Sekadau, ia membawa visi besar, “Terwujudnya masyarakat Kabupaten Sekadau yang taat beragama, berakhlak mulia, rukun, cerdas, berintegritas, sejahtera lahir dan batin.”

Di balik visi itu, ada keyakinan sederhana, masyarakat yang melek literasi akan lebih beradab, lebih berpikir, lebih beriman. Karena menulis bukan sekadar menuang kata, tapi menanam nilai.

Banyak pejabat berbicara tentang perubahan, tapi Damsir menulisnya lewat tindakan. Ia bukan pemimpin yang sibuk menuntut laporan, tapi pemimpin yang menulis sejarahnya sendiri. Barangkali, di tengah banyak kepala kantor yang gemar membaca teks pidato, hanya sedikit yang memahami makna dari kalimat ini, “Pena seorang pegawai bisa jadi ibadah, bila tulisannya menebar manfaat.”

H. Damsir, S.Ag, sang pejuang literasi dari Kemenag Sekadau, telah membuktikan, memimpin bukan hanya tentang memerintah, tapi menyalakan cahaya. Cahaya itu bernama literasi. (*)

#camanewak

Foto AI hanya ilustrasi