Penulis : Ririe Aiko
Puisi 07
#30harimenulispuisiesai
HATIPENA.COM – Seorang pemuda bernama Zul bekerja sebagai Kuli bangunan di Makassar tapi upahnya selama bekerja tidak dibayar sehingga ia nekat berjalan kaki melewati jalan tol dari Makassar ke Manado –
Di sebuah proyek di sudut Makassar,
debu berterbangan,
Di antara bata dan semen yang mengeras,
Ijal membungkuk,
memeras keringatnya sendiri.
Tiga bulan sudah ia bekerja,
mencangkul, mengangkut,
memaku impian orang lain.
Dari fajar hingga malam menyelimuti,
tenaganya diperas,
tubuhnya dihajar lelah,
tapi bukan demi rupiah.
Dan di sana,
di bawah atap biru kantor proyek,
Seorang mandor duduk sambil tertawa.
Tangannya sibuk menghitung uang,
tapi bukan untuk upah,
melainkan untuk menelan kerakusan,
dari jerih payah orang lain.
“Besok,” katanya, saat Ijal bertanya.
“Lusa,” janjinya, seakan waktu tak berarti.
Dan setelah tiga bulan,
janji tinggal janji,
mandor itu pergi!
Ia lari dari tanggung jawab seperti pencuri,
Ia tinggalkan tubuh lelah dengan ketidakberdayaan.
Ijal mengetuk pintu kantor proyek,
tapi hanya keheningan yang menyambutnya.
Tidak ada upah, tidak ada belas kasihan,
hanya ruangan kosong dan dinding yang bisu.
Penjahat itu pergi tanpa belas kasihan.
Ijal terjebak dalam penipuan,
Kerja kerasnya menjadi peluh tak berbayar.
Lelah dan lapar menggantung di tubuhnya,
tapi lebih sakit lagi hatinya.
Bagaimana bisa seorang manusia
mengambil keringat orang lain tanpa merasa bersalah?
Di saku Ijal, hanya ada koin-koin kecil,
tak cukup untuk sepotong roti,
apalagi tiket pulang.
Tapi ia rindukan pelukan rumah.
Tempat ia bisa mengungkapkan Keluh kesah.
Di pelabuhan, ombak bersuara pelan,
mengiringi hatinya yang mengutuk dunia.
Tak ada kapal, tak ada bus,
hanya dua kakinya dan tekad yang tersisa.
Maka Ijal pun berjalan, melewati tol,
ratusan kilometer menuju rumahnya di Manado.
Di pinggir jalan, Ijal duduk di trotoar,
perutnya keroncongan, tubuhnya menggigil.
Dari kantongnya, ia mengeluarkan satu koin,
menatapnya lama, seperti menatap nasib.
“Mengapa ini terjadi padaku?”
bisiknya kepada angin malam.
“Aku hanya orang kecil yang lapar,
mengapa hak ku diinjak?”
Tapi angin pun tak punya jawaban.
Hanya dunia yang mengiyakan,
“Memang Beginilah Hidup, penuh ketidakadilan, yang kaya makin serakah, yang kecil makin dikerdilkan”
Fajar merangkak perlahan,
membawa sinar yang enggan menyentuh luka.
Ijal masih berjalan, meski kakinya gemetar,
meski dadanya penuh sesak,
Menahan air mata yang tertahan di perjalanan pulang.
—ooo—
Sumber:
Sedih! pria ini nekat berjalan kaki 1.775km untuk pulang karena upahnya tidak dibayar https://www.instagram.com/reel/DGzt33VSYup/?igsh=MTE4NHl3OG9ldjMzcw==