Ilustrasi : Meta AI/ Rizal Pandiya
Penulis : Albertus M. Patty
HATIPENA.COM – Krishnamurti berkata, pendidikan sejati adalah kebebasan. Bukan sekadar menggumuli pelajaran di balik bangku kuliah atau sekedar menghafal ayat-ayat ekonomi. Pendidikan yang relevan adalah yang memahami kemiskinan yang mengalir di jalanan kota.
Di negeri ini, rakyat tak hanya lapar nasi, mereka lapar keadilan. Kebijakan turun, mengangkat yang kaya, menekan yang kecil hingga tulang. Kelas menengah turun drastis. kelas bawah terkapar dalam lapar
Masyarakat resah, suara-suara gelap bergema. Ada janji-janji yang patah, dan impian yang dirampok oleh oligarki stelan rapi yang dalam seringai menebar janji manis bagi rakyat yang menyambut dengan euforia berapi-api.
Mahasiswa, hati nuranimu adalah api. Seruan Aksi Massa Indonesia Gelap adalah nyala, bukan sekadar teriakan di bawah bendera-bendera kumal. Saat para pejabat dan intelektual konformis hanya bisa mengangguk patuh, mahasiswa perlu berteriak agar ubah jalan yang ditempuh. Bergeraklah dengan kecerdasan dan cinta, bukan dalam anarkisme.
Jalanan adalah ruang kelas yang sejati. Di sana, pelajaran tentang kemanusiaan diajarkan oleh jerit ibu-ibu pasar, petani yang kehilangan sawahnya, tukang-tukang bangunan yang lenyap pekerjaannya dan pengangguran yang menanti dengan harapan hampa.
Konformitas? Lupakan itu. Dunia digital penuh algoritma, penuh racun berita yang dipilih demi menyenangkan kekuasaan. Bebaskan pikiran dari jebakan angka dan kata. Lihatlah dengan mata terbuka rakyat jelata yang sangat merana. Itulah panggilan kebangsaan dan kemanusiaanmu.
Ketakutan adalah senjata. Tapi mahasiswa yang bebas tidak takut. Mereka adalah lentera yang menyala di gulita, membawa harapan ke depan.
Pendidikan tidak boleh steril. Ia harus menyentuh lumpur kehidupan, ia harus menjadi suara bagi mereka yang hanya memiliki diam, ia adalah teriakan mereka yang bisu oleh karena ketidakberdayaannya.(*)
Bandung, 17 Februari 2025