Ilustrasi : Mila Muzakkar
Penulis : Mila Muzakkar
Puisi esai ini mengangkat perjuangan hidup Oprah Winfrey, yang dulu kelam, lalu sukses menjadi miliarder perempuan berkulit hitam pertama di dunia tahun 2004-2006 (1)
HATIPENA.COM – 29 Januari 1954,
di negara seribu Magnolia,
bayi mungil berambut tebal menjemput matahari.
Mulanya, kehadirannya tak istimewa.
Di lorong-lorong peternakan sempit yang ringkih,
bayi berkulit hitam itu belajar menggepakkan sayap.
Tubuh mungilnya hanya berselimut angin malam,
tak ada pelukan hangat,
Sebab Ibunya, harus menaklukkan terang dan gelap, untuk sesuap nasi.
Kepompong itu kini menjadi kupu-kupu,
Ia terbang kesana-kemari, hinggap di antara bunga yang bermekaran.
Monica, gadis kecil itu tumbuh riang gembira.
Tapi, langit tak selalu cerah,
hujan kadang jatuh di antara sengatan matahari.
Di usianya yang ke-9,
Serigala bertopeng manusia menerkamnya,
ia tak lain adalah sepupunya sendiri.
Petir bersahut-sahutan di langit Missipi.
Laki-laki itu merobek kesuciannya,
menanam benih yang belum waktunya,
Monica menjadi pelampiasan nafsu bejat laki-laki itu.
Malam begitu kelam,
sinarnya tak tersisa untuk Monica.
Kupu-kupu kecil itu menangis di antara kuncup bunga.
Tubuh mungilnya kini berbadan dua.
Sembilan bulan ia membawa cabang bayi di rahimnya,
meski tak lama, malaikat kecil itu kembali ke pangkuan-Nya.
Monica adalah batu karang yang tak pecah dihempas ombak,
dinding pertahannya terbuat dari beton.
Ia adalah api yang terus menyala,
meski angin kencang mati-matian memadamkannya.
“Aku harus punya mimpi, agar aku punya alasan untuk terus berlari mengejarnya,” Monica membantin.
Baginya, petualangan terbesar dalam hidup adalah perjuangan meraih mimpi.
Tak ingin jatuh di lubang yang sama,
Monica kecil hijrah ke Nashville, tempat ayahnya.
Bagai senjata yang terus menderu,
Ayahnya menghujani Monica dengan ratusan buku.
Pohon-pohon ilmu itu berbuah manis,
Monica tumbuh jadi gadis cerdas dengan segudang bakat.
Ia terus mengasah bakatnya,
Membakar lilin-lilin kehidupannya.
Ia adalah bintang yang bersinar terang di langit malam,
matahari ia kejar hingga ke Tennessee State University.
Mengadu nasib di radio dan di layar kaca,
macam-macam prestasi ia lukiskan.
Semerbak wanginya tercium di udara,
ia bagai mutiara yang kilaunya bersinar meski tersembunyi.
Karirnya melejit pesat,
The Oprah Winfrey Show, acara yang dipandunya, dikenal di penjuru dunia.
25 tahun ia wara-wiri di layar kaca,
namanya mendunia,
perempuan merah itu dibanjiri tepuk tangan.
Ia kini bergelimang harta,
dunia mencatatnya sebagai miliarder perempuan berkulit hitam pertama di dunia.
Tapi ia adalah bintang yang tak menyombongkan cahayanya,
berbagi adalah mantra hidupnya.
Ia tak ingin menikmati sinarnya sendirian,
Ia ingin memancarkannya,
menghangatkan penghuni dunia lainnya.
Lembaga filantropi didirikannya,
Oprah Winfrey Foundation, namanya.
Ribuan perempuan muda Afrika diantarnya ke altar kecerdasan,
gerbang-gerbang cahaya ia buka lebar bagi kaum papa dan terpinggirkan.
Perempuan itu terus menyala,
merah adalah warnanya.
“Kamu tidak dilahirkan untuk menyusut semakin kecil, tetapi untuk berkembang semakin besar,” mantra hidupnya. (*)
Depok, 9 Februari, 2025
Catatan
(1) https://daihatsu.co.id/tips-and-event/tips-sahabat/detail-content/cerita-inspiratif-perjalanan-mewujudkan-mimpi-seorang-oprah-winfrey-/